Arab Saudi Setop Kecanduan Minyak, Sudirman Said Lihat Peluang
A
A
A
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said mengatakan rencana Arab Saudi yang tengah coba mengurangi ketergantungan kepada minyak mentah bisa menjadi peluang buat Indonesia untuk menjadi mitra dalam soal energi baru dan terbarukan. Menurutnya Saudi berencana menghabiskan minimal USD2 triliun pada sektor energi baru.
"Kita akan jadi mitra mereka untuk diversifikasi energi. Dari sisi ini, arah kita tidak salah. Bukan bermaksud menyingkirkan peran fosil, tapi energi baru dan terbarukan akan menjadi pertaruhan kita ke depan," terang dia di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Rabu (27/4/2016).
(Baca Juga: Pangeran Muda Arab Saudi Akan Akhiri 'Kecanduan' Minyak)
Dia menambahkan Indonesia seharusnya bisa mencontoh Saudi yang dalam fase reformasi baru melepaskan kecanduan akan minyak, meski mereka merupakan salah satu yang mempunyai sumber minyak terbesar. Menurutnya meski tercatat produksi minyak Saudi mencapai 12 juta barel per hari, namun mereka sudah mulai berpikir ke depan dengan melepaskan ketergantungan dan bergeser kepada energi terbarukan.
"Negara sekuat Arab yang produksinya 12 juta barel per hari pun sudah mulai berpikir, we can no longer relay on oil," lanjut dia.
(Baca Juga: Arab Saudi Jual Saham Perusahaan Minyak Nasional USD2 Triliun)
Langkah yang dilakukan Saudi dijelaskan berbeda jauh dengan Indonesia, dimana gairah untuk membangun energi baru dan terbarukan masih sangat kecil. Padahal, produksi minyak di Indonesia hanya 800 ribu barel per hari atau separuh dari kebutuhan minyak per harinya yang mencapai 1,5 juta barel per hari.
"Nah kita produksinya cuma separuh dari kebutuhan, tapi greget untuk energi baru dan terbarukan masih kecil. Karena itu kita habis-habisan ngebut," tandasnya.
"Kita akan jadi mitra mereka untuk diversifikasi energi. Dari sisi ini, arah kita tidak salah. Bukan bermaksud menyingkirkan peran fosil, tapi energi baru dan terbarukan akan menjadi pertaruhan kita ke depan," terang dia di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Rabu (27/4/2016).
(Baca Juga: Pangeran Muda Arab Saudi Akan Akhiri 'Kecanduan' Minyak)
Dia menambahkan Indonesia seharusnya bisa mencontoh Saudi yang dalam fase reformasi baru melepaskan kecanduan akan minyak, meski mereka merupakan salah satu yang mempunyai sumber minyak terbesar. Menurutnya meski tercatat produksi minyak Saudi mencapai 12 juta barel per hari, namun mereka sudah mulai berpikir ke depan dengan melepaskan ketergantungan dan bergeser kepada energi terbarukan.
"Negara sekuat Arab yang produksinya 12 juta barel per hari pun sudah mulai berpikir, we can no longer relay on oil," lanjut dia.
(Baca Juga: Arab Saudi Jual Saham Perusahaan Minyak Nasional USD2 Triliun)
Langkah yang dilakukan Saudi dijelaskan berbeda jauh dengan Indonesia, dimana gairah untuk membangun energi baru dan terbarukan masih sangat kecil. Padahal, produksi minyak di Indonesia hanya 800 ribu barel per hari atau separuh dari kebutuhan minyak per harinya yang mencapai 1,5 juta barel per hari.
"Nah kita produksinya cuma separuh dari kebutuhan, tapi greget untuk energi baru dan terbarukan masih kecil. Karena itu kita habis-habisan ngebut," tandasnya.
(akr)