Harga BBM Kemahalan, Pertamina Permudah Distribusi di Papua
A
A
A
JAKARTA - Kendala jalur distribusi membuat harga BBM di Indonesia bagian timur, terutama Papua, jauh dijangkau masyarakat. Harga bahan bakar minyak di provinsi itu mencapai Rp80 ribu per liter, bahkan pernah mencapai Rp200 ribu per liter saat hari raya.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Wianda Pusponegoro mengakui, kendala jalur distribusi adalah pemicu mahalnya harga BBM di Papua. Untuk mengurai masalah ini, kata dia, diperlukan partisipasi dari pemprov dan pemda tingkat dua agar bisa mengatur harga yang bersahabat bagi masyarakat.
"Penyaluran distribusi di sana mahal karena mereka menjual di luar lini distribusi Pertamina. Kami sering mendengar harga BBM di Papua sampai Rp20ribu per liter bahkan ada yang sampai Rp 80ribu per liter di Wamena. Dan pas hari raya pernah mencapai Rp200 ribu per liter. Enggak wajar kan?" kata Wianda di Jakarta, Kamis (28/4/2016).
Wianda mengatakan, harga mahal ini karena line bisnis Pertamina hanya sampai kepada SPBU, agen premium minyak solar (APMS), SPDN (stasiun pengisian diler nelayan) dan SPBR.
"Harga yang ditemukan melenceng itu di luar dari empat line Pertamina. Meski bukan tanggung jawab Pertamina tapi itu bukan jawaban terbaik untuk masyarakat,” sambung perempuan yang pernah menjadi jurnalis ini.
(Baca: Pertamina Target Bangun 15 Storage di Indonesia Timur)
Terpanggil tugas, Pertamina merasa tertantang untuk mempermudah distribusi di Papua. Untuk wilayah Papua Barat dan Papua, Pertamina mendirikan 36 unit SPBU, AMPS 97 unit, SPDN 16 unit dan empat unit SPBR.
Adapun dari sisi distribusinya, Pertamina menyalurkan dari kilang Balikpapan, kemudian masuk ke terminal besar Wayame seterusnya ke SPBU kecil. "Dan itu kami harus layani sembilan terminal BBM dan satu turunan terminal BBM," pungkasnya.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Wianda Pusponegoro mengakui, kendala jalur distribusi adalah pemicu mahalnya harga BBM di Papua. Untuk mengurai masalah ini, kata dia, diperlukan partisipasi dari pemprov dan pemda tingkat dua agar bisa mengatur harga yang bersahabat bagi masyarakat.
"Penyaluran distribusi di sana mahal karena mereka menjual di luar lini distribusi Pertamina. Kami sering mendengar harga BBM di Papua sampai Rp20ribu per liter bahkan ada yang sampai Rp 80ribu per liter di Wamena. Dan pas hari raya pernah mencapai Rp200 ribu per liter. Enggak wajar kan?" kata Wianda di Jakarta, Kamis (28/4/2016).
Wianda mengatakan, harga mahal ini karena line bisnis Pertamina hanya sampai kepada SPBU, agen premium minyak solar (APMS), SPDN (stasiun pengisian diler nelayan) dan SPBR.
"Harga yang ditemukan melenceng itu di luar dari empat line Pertamina. Meski bukan tanggung jawab Pertamina tapi itu bukan jawaban terbaik untuk masyarakat,” sambung perempuan yang pernah menjadi jurnalis ini.
(Baca: Pertamina Target Bangun 15 Storage di Indonesia Timur)
Terpanggil tugas, Pertamina merasa tertantang untuk mempermudah distribusi di Papua. Untuk wilayah Papua Barat dan Papua, Pertamina mendirikan 36 unit SPBU, AMPS 97 unit, SPDN 16 unit dan empat unit SPBR.
Adapun dari sisi distribusinya, Pertamina menyalurkan dari kilang Balikpapan, kemudian masuk ke terminal besar Wayame seterusnya ke SPBU kecil. "Dan itu kami harus layani sembilan terminal BBM dan satu turunan terminal BBM," pungkasnya.
(ven)