Perlambatan Ekonomi Kuartal I 2016 di Luar Prediksi
A
A
A
JAKARTA - Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sepanjang kuartal I 2016 disampaikan oleh Economist UOB Ho Woei Chen lebih lemah dari pasar dan di luar perkiraan mereka yakni di atas 5,1%. Namun yang terjadi Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal 1 2016 hanya tumbuh sebesar 4,92%.
Menurut UOB pelemahan ekonomi RI pada kuartal I tahun ini sebagian besar disebabkan perlambatan pengeluaran pemerintah dan investasi sementara ekspor tetap di kontruksi.
"Pertumbuhan yang lemah di wilayah ini adalah refleksi dari kecepatan pemulihan dalam permintaan global. Sementara Indonesia kurang bergantung pada ekspor dan telah terpukul oleh komoditas lemah yang mencapai sekitar 40% dari ekspor," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (5/5/2016).
(Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Rendah Dipengaruhi Dua Faktor)
Lanjut dia selama kuartal pertama, pertumbuhan belanja pemerintah melambat tajam menjadi 2,93% yoy dari 7,31%, tapi sebanding dengan periode yang sama di 2015. Investasi tetap moderator di angka 5,57% yoy pada kuartal I tahun 2016 dari 6,90%, didominasi investasi di mesin dan peralatan saat pelemahan permintaan global meskipun investasi di bangunan dan struktur terus mencatat pertumbuhan yang kuat.
(Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi di Bawah Target, JK Salahkan Pemda)
Ekspor barang dan jasa dikontrak untuk kuartal berturut-turut 6 di -3,88% yoy tapi ini merupakan perbaikan dari -6,44% di kuartal IV tahun 2015. Sementara konsumsi rumah tangga yang menyumbang 56% dari PDB tetap tumbuh stabil 4,94% yOy di kuartal I tahun 2016 dibandingkan dengan 4,92% pada kuartal sebelumnya.
"Meskipun begitu, kita mempertahankan proyeksi pertumbuhan setahun penuh kami di 5,0% (2015: 4,8%) pada harapan bahwa pengeluaran pemerintah dan belanja infrastruktur akan mengambil langkah pada semester kedua tahun ini," tandasnya.
Menurut UOB pelemahan ekonomi RI pada kuartal I tahun ini sebagian besar disebabkan perlambatan pengeluaran pemerintah dan investasi sementara ekspor tetap di kontruksi.
"Pertumbuhan yang lemah di wilayah ini adalah refleksi dari kecepatan pemulihan dalam permintaan global. Sementara Indonesia kurang bergantung pada ekspor dan telah terpukul oleh komoditas lemah yang mencapai sekitar 40% dari ekspor," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (5/5/2016).
(Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Rendah Dipengaruhi Dua Faktor)
Lanjut dia selama kuartal pertama, pertumbuhan belanja pemerintah melambat tajam menjadi 2,93% yoy dari 7,31%, tapi sebanding dengan periode yang sama di 2015. Investasi tetap moderator di angka 5,57% yoy pada kuartal I tahun 2016 dari 6,90%, didominasi investasi di mesin dan peralatan saat pelemahan permintaan global meskipun investasi di bangunan dan struktur terus mencatat pertumbuhan yang kuat.
(Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi di Bawah Target, JK Salahkan Pemda)
Ekspor barang dan jasa dikontrak untuk kuartal berturut-turut 6 di -3,88% yoy tapi ini merupakan perbaikan dari -6,44% di kuartal IV tahun 2015. Sementara konsumsi rumah tangga yang menyumbang 56% dari PDB tetap tumbuh stabil 4,94% yOy di kuartal I tahun 2016 dibandingkan dengan 4,92% pada kuartal sebelumnya.
"Meskipun begitu, kita mempertahankan proyeksi pertumbuhan setahun penuh kami di 5,0% (2015: 4,8%) pada harapan bahwa pengeluaran pemerintah dan belanja infrastruktur akan mengambil langkah pada semester kedua tahun ini," tandasnya.
(akr)