BI Ingin Kredit UMKM Sumbang 20% ke PDB
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia menginginkan kredit UMKM di Indonesia bisa menyumbang lebih besar lagi pada pertumbuhan ekonomi.
Jika dibandingkan dengan negara tetangga, pangsa pasar kredit UMKM di Indonesia terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) hanya 7,1%. Padahal China mencapai angka 50,5% ke PDB, sementara Thailand 36,6% dan Korea Selatan sebesar 35,8%. Dan kredit UMKM menjadi salah satu motor penggerak di negara berkembang juga menengah ke atas.
"Harapan kami, kredit UMKM bisa tumbuh sekitar 20% untuk semua perbankan. Negara menengah ke atas umumnya di atas 30% kontribusinya. Makanya kami harapkan bisa ke arah sana," ujar Kepala Departemen UMKM Bank Indonesia, Yunita Resmi Sari pada Minggu (22/5/2016).
Akan tetapi, di sisi lain, umumnya UMKM masih menghadapi permasalahan utama yakni permodalan yang terbatas. Dengan terbatasnya modal maka kapasistasnya untuk berkembang juga terbatas.
UMKM juga masih memiliki banyak kendala dalam mengakses pembiayaan dari lembaga keuangan khususnya perbankan.
Sejalan dengan tugas pokoknya dalam menjaga kestabilan nilai rupiah melalui kebijakan moneter, kebijakan makroprudensial, serta kebijakan sistem pembayaran, BI akan senantiasa menginisiasi program-program pengembangan UMKM.
Sari memaparkan, pengembangan UMKM dilakukan melalui dua strategi utama yaitu perluasan dan pendalaman infrastruktur keuangan serta peningkatan kapasitas UMKM.
"Kedua strategi utama itu yang didukung strategi peningkatan koordinasi dan kerja sama dengan stakeholder, pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kredit perbankan kepada UMKM," ungkap Sari.
Jika dibandingkan dengan negara tetangga, pangsa pasar kredit UMKM di Indonesia terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) hanya 7,1%. Padahal China mencapai angka 50,5% ke PDB, sementara Thailand 36,6% dan Korea Selatan sebesar 35,8%. Dan kredit UMKM menjadi salah satu motor penggerak di negara berkembang juga menengah ke atas.
"Harapan kami, kredit UMKM bisa tumbuh sekitar 20% untuk semua perbankan. Negara menengah ke atas umumnya di atas 30% kontribusinya. Makanya kami harapkan bisa ke arah sana," ujar Kepala Departemen UMKM Bank Indonesia, Yunita Resmi Sari pada Minggu (22/5/2016).
Akan tetapi, di sisi lain, umumnya UMKM masih menghadapi permasalahan utama yakni permodalan yang terbatas. Dengan terbatasnya modal maka kapasistasnya untuk berkembang juga terbatas.
UMKM juga masih memiliki banyak kendala dalam mengakses pembiayaan dari lembaga keuangan khususnya perbankan.
Sejalan dengan tugas pokoknya dalam menjaga kestabilan nilai rupiah melalui kebijakan moneter, kebijakan makroprudensial, serta kebijakan sistem pembayaran, BI akan senantiasa menginisiasi program-program pengembangan UMKM.
Sari memaparkan, pengembangan UMKM dilakukan melalui dua strategi utama yaitu perluasan dan pendalaman infrastruktur keuangan serta peningkatan kapasitas UMKM.
"Kedua strategi utama itu yang didukung strategi peningkatan koordinasi dan kerja sama dengan stakeholder, pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kredit perbankan kepada UMKM," ungkap Sari.
(ven)