Indonesia Infrastructure Ikut Biayai Terminal 3 Ultimate

Rabu, 08 Juni 2016 - 20:14 WIB
Indonesia Infrastructure Ikut Biayai Terminal 3 Ultimate
Indonesia Infrastructure Ikut Biayai Terminal 3 Ultimate
A A A
JAKARTA - PT Indonesia Infrastructure Finance menerangkan telah ikut membiayai Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) yang menelan biaya Rp5,4 triliun tersebut. Presiden Direktur PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) Ari Soerono mengatakan, pihaknya memberikan maksimal sebesar 35% dari keseluruhan total pendanaan proyek besar.

"Bandara yang sekarang terminal 3 Cengkareng kita ikut pendanaan, lumayan tapi bukan mayoritas. Maksimum 35% dari satu proyek besar atau 20% dari proyek lebih kecil," ujarnya di Jakarta, Rabu (8/6/2016).

Sementara, kata dia, Indonesia Infrastructure berhasil menyalurkan pembiayaan sebanyak Rp6 triliun hingga Mei lalu dan ditargetkan Rp10 triliun akhir 2016. Proyek yang dibiayai tersebar di delapan sektor yakni transportasi, jalan, pengairan, air minum, air limbah, telekomunikasi dan informatika, ketenagalistrikan serta minyak dan gas.

Kendati demikian, lanjut dia perusahaan hanya fokus ke 3 sektor yaitu telekomunikasi, ketenagalistrikan dan jalan tol. "Proyek-proyek infrastruktur di Indonesia kita mendanai 8 sektor, paling banyak telekomunikasi 30%, tenaga listrik 20% dan jalan tol 12%," katanya.

Dia menjelaskan, untuk sektor telekomunikasi, perusahaan memberikan pembiayaan ke proyek Palapa Ring Tengah. Sementara pendanaan di bidang pembangkit listrik ada tersebar di Sumatera, Gorontalo dan Batam.

"Powerplant di Sumatera, Gorontalo kemudian ada di Batam. Paling besar 180 Mega Watt (MW) di Sumatera Utara. Ada beberapa proyek lain tapi kami terikat perjanjian, enggak bisa diutarakan semua," tutur Ari.

Adapun untuk mendukung pembiayaan tersebut, perusahaan menerbitkan obligasi senilai Rp2 triliun tahun ini. Selain itu, Indonesia Infrastructure masih memiliki beberapa pinjaman yang sudah ada.

Rinciannya, pinjaman sebesar USD200 juta dari World Bank dan ADB dengan skema two step loan yakni mereka memberikan dananya ke pemerintah. Kemudian diberikan lagi ke SMI selaku induk usaha dan terakhir sampai ke kas perusahaan.

Selanjutnya ada juga pinjaman USD250 juta dari sindikasi 16 bank dengan dipimpin IFC, Deutsche Bank dan Standar Chartered dengan jangka waktu 5 dan 7 tahun. Selain itu, sebesar USD150 juta dari sindikasi 8 bank dengan dipimpin IFC dan ANZ dengan jangka waktu 3 dan 5 tahun. Terakhir, ada dari Bank Mandiri senilai Rp1 triliun. "Kita ada pinjaman Bank Mandiri Rp1 triliun," pungkasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5439 seconds (0.1#10.140)