Adaro Caplok 75% Saham BHP Billiton Seharga USD120 Juta
A
A
A
JAKARTA - PT Adaro Energy (ADRO) resmi mencaplok saham BHP Billiton dengan nilai transaksi mencapai USD120 juta. Perjanjian jual beli bersyarat (conditional sales purchase agreement/CSPA) telah ditandatangani pekan lalu.
Presiden Direktur ADRO Garibaldi Thohir mengatakan, perseroan sebelumnya telah lebih dulu mencaplok 25% saham di BHP Billiton seharga USD350 juta. Dengan diakuisisinya 75% saham tersebut, maka perusahaan pertambangan multinasional tersebut yang sebelumnya 100% milik asing menjadi milik Indonesia sepenuhnya.
"Transaksi pertama di tahun 2010-2011 sekitar USD350 juta untuk 25%. Kemarin karena kondisi jelek, 75% kami beli dengan harga USD120 juta. Alhamdulillah yang awalnya 100% milik asing terus kita masuk sebagai minoritas di 2010-2011, sekarang milik Indonesia," katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (9/6/2016).
Menurutnya, dengan proses akuisisi ini maka Indonesia akan dapat memproduksi baja di dalam negeri tanpa harus mengimpor. Pencaplokan ini menjadi momen strategis bagi perseroan untuk memenuhi kebutuhan pabrik baja di dalam negeri.
"Adaro melihat ini momen strategis bahwa suatu saat kita bisa memenuhi kebutuhan pabrik baja, dan industri kita bisa lebih efeisien karena tidak tergantung dari impor. Selama ini memang masih impor. Impor umumnya dari Australia. Memang Australia mendominasi gitu ya," imbuh dia.
Pria yang akrab disapa Boy ini menambahkan, perseroan sedianya memang memprioritaskan produksi baja dari BHP Billiton untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, mengingat secara geografis jauh lebih dekat. Namun, dirinya tidak menutup kemungkinan kedepannya akan mengekspor produksi bajanya tersebut.
"CSPA ditandatangani minggu lalu. Tentunya bicara market, kita open untuk any market. Tapi secara geografis kan paling dekat kan ke dalam negeri. Tapi tidak menutup kemungkinan kalau ada kebutuhan ekspor, kita ekspor," tandasnya.
Presiden Direktur ADRO Garibaldi Thohir mengatakan, perseroan sebelumnya telah lebih dulu mencaplok 25% saham di BHP Billiton seharga USD350 juta. Dengan diakuisisinya 75% saham tersebut, maka perusahaan pertambangan multinasional tersebut yang sebelumnya 100% milik asing menjadi milik Indonesia sepenuhnya.
"Transaksi pertama di tahun 2010-2011 sekitar USD350 juta untuk 25%. Kemarin karena kondisi jelek, 75% kami beli dengan harga USD120 juta. Alhamdulillah yang awalnya 100% milik asing terus kita masuk sebagai minoritas di 2010-2011, sekarang milik Indonesia," katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (9/6/2016).
Menurutnya, dengan proses akuisisi ini maka Indonesia akan dapat memproduksi baja di dalam negeri tanpa harus mengimpor. Pencaplokan ini menjadi momen strategis bagi perseroan untuk memenuhi kebutuhan pabrik baja di dalam negeri.
"Adaro melihat ini momen strategis bahwa suatu saat kita bisa memenuhi kebutuhan pabrik baja, dan industri kita bisa lebih efeisien karena tidak tergantung dari impor. Selama ini memang masih impor. Impor umumnya dari Australia. Memang Australia mendominasi gitu ya," imbuh dia.
Pria yang akrab disapa Boy ini menambahkan, perseroan sedianya memang memprioritaskan produksi baja dari BHP Billiton untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, mengingat secara geografis jauh lebih dekat. Namun, dirinya tidak menutup kemungkinan kedepannya akan mengekspor produksi bajanya tersebut.
"CSPA ditandatangani minggu lalu. Tentunya bicara market, kita open untuk any market. Tapi secara geografis kan paling dekat kan ke dalam negeri. Tapi tidak menutup kemungkinan kalau ada kebutuhan ekspor, kita ekspor," tandasnya.
(akr)