Jokowi Disanjung Bos Adaro Soal Proyek PLTU Batang
A
A
A
JAKARTA - Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk Garibaldy Thohir menyanjung komitmen Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menyelesaikan persoalan yang menyebabkan pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang menjadi mangkrak bertahun-tahun. Proyek PLTU terbesar se-Asia ini sudah mulai dicanangkan pada 2006, namun sejak 2011 mangkrak dan baru dimulai lagi pada tahun ini.
(Baca Juga: Jokowi Minta Pengoperasian PLTU Batang Tak Molor)
Sejak menjabat sebagai orang nomor satu di negeri ini, kata pria yang akrab disapa Boy ini, Presiden Jokowi langsung memanggil dirinya untuk mengetahui alasan proyek tersebut tertunda. Sejak mengetahui persoalan yang terjadi dalam pembangunan PLTU Batang, Presiden Jokowi langsung mencari solusi dan memantau perkembangannya.
"Tadi beliau (Presiden Jokowi) katakan enam bulan (Januari-Juni) itu terus dipantau dan bukan saja dipantau, dipanggil dan ditanyakan problemnya. Itu yang menurut saya menggambarkan satu leadership seorang pemimpin," katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (9/6/2016).
(Baca Juga: Mangkrak 4 Tahun, Pendanaan PLTU Terbesar se-Asia Akhirnya Cair)
Menurutnya, komitmen mantan Gubernur DKI Jakarta itu menjadi satu motivasi untuk para pengusaha di dalam negeri dan menjadi daya tarik tersendiri untuk para investor dari luar negeri. "Bahwa berinvestasi di Indonesia itu sangat menjanjikan. Karena komitmennya dari Presiden langsung," imbuh dia.
Lanjut dia dengan kerja sama yang baik antara pemerintah pusat, daerah, PLN, dan konsorsium maka target pengoperasian PLTU Batang pada 2019 akan dapat terealisasi. Apalagi, proyek ini bukan hanya penting untuk konsorsium, melainkan juga untuk kepentingan bangsa dan negara. Pasalnya, di Kabupaten Batang memang masih banyak ditemukan kampung yang tidak memiliki listrik.
"Ini udah 2016, kita merasa terenyuh bahwa anak-anak kita di kampung-kampung tidak ada listrik. Mereka harus belajar dengan lampu templok dimana tentunya kita sangat yakin bangsa yang besar ini harus dimulai dengan pendiidikan mumpuni," tandasnya.
(Baca Juga: Jokowi Minta Pengoperasian PLTU Batang Tak Molor)
Sejak menjabat sebagai orang nomor satu di negeri ini, kata pria yang akrab disapa Boy ini, Presiden Jokowi langsung memanggil dirinya untuk mengetahui alasan proyek tersebut tertunda. Sejak mengetahui persoalan yang terjadi dalam pembangunan PLTU Batang, Presiden Jokowi langsung mencari solusi dan memantau perkembangannya.
"Tadi beliau (Presiden Jokowi) katakan enam bulan (Januari-Juni) itu terus dipantau dan bukan saja dipantau, dipanggil dan ditanyakan problemnya. Itu yang menurut saya menggambarkan satu leadership seorang pemimpin," katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (9/6/2016).
(Baca Juga: Mangkrak 4 Tahun, Pendanaan PLTU Terbesar se-Asia Akhirnya Cair)
Menurutnya, komitmen mantan Gubernur DKI Jakarta itu menjadi satu motivasi untuk para pengusaha di dalam negeri dan menjadi daya tarik tersendiri untuk para investor dari luar negeri. "Bahwa berinvestasi di Indonesia itu sangat menjanjikan. Karena komitmennya dari Presiden langsung," imbuh dia.
Lanjut dia dengan kerja sama yang baik antara pemerintah pusat, daerah, PLN, dan konsorsium maka target pengoperasian PLTU Batang pada 2019 akan dapat terealisasi. Apalagi, proyek ini bukan hanya penting untuk konsorsium, melainkan juga untuk kepentingan bangsa dan negara. Pasalnya, di Kabupaten Batang memang masih banyak ditemukan kampung yang tidak memiliki listrik.
"Ini udah 2016, kita merasa terenyuh bahwa anak-anak kita di kampung-kampung tidak ada listrik. Mereka harus belajar dengan lampu templok dimana tentunya kita sangat yakin bangsa yang besar ini harus dimulai dengan pendiidikan mumpuni," tandasnya.
(akr)