Awas! Uang Palsu Makin Marak Jelang Lebaran
A
A
A
JAKARTA - Masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaanya terhadap peredaran uang palsu (upal), di tengah meningkatnya peredaran uang selama Ramadhan dan Lebaran.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) Wilayah Jateng, peredaran uang sepanjang Januari hingga Mei mengalami tren peningkatan dibanding periode sama tahun lalu.
Kepala BI Wilayah Jateng Iskandar Simorangkir mengatakan, jumlah uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke BI, hingga kuartal I/2016 mencapai 12.197 lembar. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sekitar 6% dibanding tahun lalu. "Lembar uang yang dipalsukan terdiri atas pecahan Rp100 ribu, dan pecahan Rp50 ribu," katanya, Kamis (9/6/2016).
Menurutnya, pecahan paling banyak dipalsukan adalah pecahan Rp100 ribu, yakni 44% atau 5.615 lembar. Berikutnya pecahan Rp50 ribu yakni 53% atau 6.340 lembar.
Dia menyatakan, banyaknya praktik pemalsuan uang tentunya dapat menciptakan ketidakpercayaan terhadap rupiah, yang pada akhirnya menggerus kecintaan masyarakat untuk bertransaksi keuangan dengan menggunakan rupiah.
Karena itu, penanganan dugaan tindak pidana terhadap uang rupiah menjadi salah satu faktor penting dalam upaya penciptaan rasa aman dan kepercayaan dalam bertransaksi keuangan menggunakan rupiah.
Pihaknya berharap masyarakat menerapkan 3D yakni dilihat, diraba dan diterawang sebelum melakukan transaksi dimanapun. "Kami juga mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan penukaran uang di BI atau di bank, dan tidak melakukan penukaran uang pada calo di pinggir jalan," ujarnya.
Ketua Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) Ngargono menyatakan, peredaran uang palsu selama Ramadhan dan Lebaran sering terjadi. Menurutnya, pasar-pasar tradisional menjadi salah satu tempat yang memiliki tingkat peredaran uang palsu cukup tinggi.
Menurutnya, masih banyak pedagang yang belum melengkapi diri dengan alat pendeteksi uang palsu. "Sekarang ini kondisi pasar pasti ramai, ini menjadi peluang bagi oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab," kata dia.
Karena itu, pihaknya mengimbau masyarakat untuk waspada terutama saat melakukan transaksi di pasar-pasar tradisional.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) Wilayah Jateng, peredaran uang sepanjang Januari hingga Mei mengalami tren peningkatan dibanding periode sama tahun lalu.
Kepala BI Wilayah Jateng Iskandar Simorangkir mengatakan, jumlah uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke BI, hingga kuartal I/2016 mencapai 12.197 lembar. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sekitar 6% dibanding tahun lalu. "Lembar uang yang dipalsukan terdiri atas pecahan Rp100 ribu, dan pecahan Rp50 ribu," katanya, Kamis (9/6/2016).
Menurutnya, pecahan paling banyak dipalsukan adalah pecahan Rp100 ribu, yakni 44% atau 5.615 lembar. Berikutnya pecahan Rp50 ribu yakni 53% atau 6.340 lembar.
Dia menyatakan, banyaknya praktik pemalsuan uang tentunya dapat menciptakan ketidakpercayaan terhadap rupiah, yang pada akhirnya menggerus kecintaan masyarakat untuk bertransaksi keuangan dengan menggunakan rupiah.
Karena itu, penanganan dugaan tindak pidana terhadap uang rupiah menjadi salah satu faktor penting dalam upaya penciptaan rasa aman dan kepercayaan dalam bertransaksi keuangan menggunakan rupiah.
Pihaknya berharap masyarakat menerapkan 3D yakni dilihat, diraba dan diterawang sebelum melakukan transaksi dimanapun. "Kami juga mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan penukaran uang di BI atau di bank, dan tidak melakukan penukaran uang pada calo di pinggir jalan," ujarnya.
Ketua Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) Ngargono menyatakan, peredaran uang palsu selama Ramadhan dan Lebaran sering terjadi. Menurutnya, pasar-pasar tradisional menjadi salah satu tempat yang memiliki tingkat peredaran uang palsu cukup tinggi.
Menurutnya, masih banyak pedagang yang belum melengkapi diri dengan alat pendeteksi uang palsu. "Sekarang ini kondisi pasar pasti ramai, ini menjadi peluang bagi oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab," kata dia.
Karena itu, pihaknya mengimbau masyarakat untuk waspada terutama saat melakukan transaksi di pasar-pasar tradisional.
(izz)