Rizal Ramli: Dulu Negara Tetangga Hidup Hasil Curi Ikan RI

Senin, 13 Juni 2016 - 15:35 WIB
Rizal Ramli: Dulu Negara...
Rizal Ramli: Dulu Negara Tetangga Hidup Hasil Curi Ikan RI
A A A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengatakan, banyak negara tetangga yang hidup hasil dari mencuri ikan di perairan laut Indonesia. Namun, hal itu pada saat Menteri Kelautan dan Perikanan belum dijabat Susi Pudjiastuti.

Sebelum Susi menjabat, kata dia, negara-negara tetangga yang luas perairannya tidak sebanding dengan Indonesia, justru lebih banyak mendapatkan hasil laut yang kemudian disinyalir merupakan hasil tangkapan gelap dari laut Indonesia.

(Baca: Rizal Ramli Bicara Pentingnya Poros Maritim Kuasai Dunia)

"Hasil yang mereka dapatkan itu, colongan dari kita. Tapi itu dulu. Sekarang sudah dibereskan semua sama Ibu Susi. Meskipun langkah yang diambil cukup kontroversial, tapi manfaatnya terasa cukup besar," kata Rizal di Gedung DPR, Jakarta, Senin (13/6/2016).

Rizal mengatakan, negara yang banyak mencuri ikan di perairan laut Indonesia, saat ini industri perikanannya banyak yang bangkrut dan merugi. Sedangkan kondisi menguntungkan berbalik terjadi pada nelayan Indonesia.

"Tangkapan ikan tradisional rata-rata naik dua kali lipat. Saya ke Sibolga mereka tangkap 200 ton per hari. sekarang 400 ton. Sekarang industri perikanan di negara tetangga yang suka nyolong di kita itu, banyak yang alami kebangkrutan, merugi," ungkap Rizal.

Menurutnya, dari segi yang lain hal ini momentum membangun industri perikanan dalam negeri, karena selama ini Indonesia hanya menangkap dan ekspor kemudian dicuri, tidak memiliki industri perikanan.

"Itulah di mana, dalam paket deregulasi, dibuka investasi dalam dan luar negeri untuk industri perikanan supaya kita memiliki industri perikanan nilai tambah makin besar. Langkah ini akan menuai kontroversi internasional, tapi kita harus berjuang di kancah internasional, agar Indonesia bisa diterima," kata dia.

Perkembangan terakhir soal itu, lanjut Rizal, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengambil inisiatif yang sebagian besar atas usul Indonesia, agar ikan yang diekspor harus ada verifikasi originalnya darimana berasal, supaya tidak ada yang mengklaim ikan colongan.

Langkah tersebut sangat efektif di Eropa dan Amerika Serikat (AS) agar ikan-ikan dari laut Indonesia bisa diakui dan Indonesia bisa menjadi salah satu eksportir penting nomor satu dunia.

"Tuna misalnya, Indonesia menjadi eksportir nomor dua terbesar dunia, karena masih ada negara yang colong ikan di kita. Tanpa colongan kita bisa menjadi nomor satu," katanya.

Sama seperti seafood, ada negara tetangga yang menjadi eksportir nomor dua paling besar di dunia dalam hal seafood. Indonesia hanya berada di urutan 15 dunia.

Hal tersebut dinilainya tidak masuk akal karena pantai mereka kecil. "Itu besar kemungkinan colongan dari kita. Kalau kita benahi ini semua, 5-10 tahun lagi, kita bakal jadi eksportir produk ikan seafood nomor dua di dunia, bukan 15," pungkasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0858 seconds (0.1#10.140)