IPO Online, Efisiensi Melantai di Pasar Modal
A
A
A
JAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sedang mempersiapkan proses pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO) melalui sistem online. Sehingga, perusahaan yang akan melantai di pasar modal Indonesia lebih efisien dalam beberapa hal seperti dokumentasi.
Direktur Penilaian BEI Samsul Hidayat mengatakan, sistem online ini juga dapat meningkatkan proses IPO. Tidak lagi merepotkan seperti lambatnya proses surat menyurat (korespondensi) sebelum perusahaan listing.
"Bagaimana kita bisa mengefisiensikan proses IPO itu sendiri termasuk juga dokumentasi, kecepatan kemudian korespondensi. Dengan cara ini (korespondensi) kan emiten biasanya agak sedikit merepotkan, ini yang coba kita perbaiki dengan tools ini," ujarnya di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (14/6/2016).
Harapan ke depan, kata Samsul, BEI bisa memiliki sistem yang bisa membuat dokumentasi dari emiten tidak rumit dengan hanya sekali kirim. Tidak harus dikirimkan dua kali ke bursa dan OJK.
"Harapannya kita punya sistem dokumen, emiten enggak repot juga. Kalau bisa cukup satu kali submit untuk dokumen yang sama ke bursa dan OJK," katanya.
Dia menjelaskan, BEI belum bisa memastikan secara pasti waktu penerapan IPO online tersebut. Pihaknya masih melakukan diskusi dengan OJK tekait prosedurnya.
"Ya kami bicara dulu dengan timnya OJK, karena ini kan nyangkut bursa sama OJK, lebih penting masalah kesepakatannya. Kalau infrastruktur tuh cepat, maksudnya kesamaan persepsi antara pemikiran pandangan dengan OJK, prosedurnya sama segala macem baru buat infrastruktur," jelas Samsul.
Sementara, tidak ada penghematan biaya dengan adanya program IPO online ini, karena hanya merupakan alat untuk mendukung perusahaan yang akan mencatatkan saham perdana.
Direktur Penilaian BEI Samsul Hidayat mengatakan, sistem online ini juga dapat meningkatkan proses IPO. Tidak lagi merepotkan seperti lambatnya proses surat menyurat (korespondensi) sebelum perusahaan listing.
"Bagaimana kita bisa mengefisiensikan proses IPO itu sendiri termasuk juga dokumentasi, kecepatan kemudian korespondensi. Dengan cara ini (korespondensi) kan emiten biasanya agak sedikit merepotkan, ini yang coba kita perbaiki dengan tools ini," ujarnya di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (14/6/2016).
Harapan ke depan, kata Samsul, BEI bisa memiliki sistem yang bisa membuat dokumentasi dari emiten tidak rumit dengan hanya sekali kirim. Tidak harus dikirimkan dua kali ke bursa dan OJK.
"Harapannya kita punya sistem dokumen, emiten enggak repot juga. Kalau bisa cukup satu kali submit untuk dokumen yang sama ke bursa dan OJK," katanya.
Dia menjelaskan, BEI belum bisa memastikan secara pasti waktu penerapan IPO online tersebut. Pihaknya masih melakukan diskusi dengan OJK tekait prosedurnya.
"Ya kami bicara dulu dengan timnya OJK, karena ini kan nyangkut bursa sama OJK, lebih penting masalah kesepakatannya. Kalau infrastruktur tuh cepat, maksudnya kesamaan persepsi antara pemikiran pandangan dengan OJK, prosedurnya sama segala macem baru buat infrastruktur," jelas Samsul.
Sementara, tidak ada penghematan biaya dengan adanya program IPO online ini, karena hanya merupakan alat untuk mendukung perusahaan yang akan mencatatkan saham perdana.
(izz)