BWPT Serap Belanja Modal Rp125 Miliar
A
A
A
JAKARTA - Emiten perkebunan milik Rajawali Corpora, PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) hingga kuartal I/2016 telah menyerap belanja modal sebesar 25% dari alokasi total capex tahun ini senilai Rp500 miliar.
Corporate Secretary BWPT, Rudy Suhendra, menjelaskan tahun ini perseroan menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp400 miliar hingga Rp500 miliar. Jika alokasi capex telah terserap 25%, maka setidaknya dana yang telah digunakan sekitar Rp100 miliar hingga Rp125 miliar.
"Kuartal I tahun ini sudah terserap 25% dari capex. Jumlah tersebut sebagian digunakan untuk pembangunan pabrik di Kalimantan Barat yang apabila tidak ada hambatan akan beroperasi pada kuartal IV tahun ini," kata Rudy dalam paparan publik perseroan di Jakarta, Jumat (17/6/2016).
Perseroan mengaku optimis bisa mengejar target peningkatan produksi CPO sebesar 6%. Optimisme ini didukung oleh usia masa tanam milik emiten perkebunan tersebut yang diperkirakan lebih dari 75% sudah memasuki usia panen. Nantinya produktivitas tandan buah segar (TBS) juga diprediksi akan meningkat.
"Tren produksi buah BWPT mengikuti tren pertumbuhan eksponensial yang saat ini masih dibawah tren karena curah hujan yang buruk," jelasnya.
Namun fase hujan dan la nina akan berakhir dan dapat dipastikan produksi akan naik dan kembali ke tren. Kenaikan tersebut juga akan meningkatkan arus kas, yang saat ini dijaga dengan memperlambat penanaman dan fokus ke suistanabillity khususnya pembangunan pabrik.
Selain itu, harga CPO saat ini cukup positif dan akan berdampak baik terhadap BWPT. Harga jual di kuartal I sudah mengalami peningkatan, berbanding terbalik dengan kondisi setahun sebelumnya yang terus menurun. Harga CPO diprediksi masih akan menguat pada kuartal selanjutnya dan itu akan berdampak baik kepada perusahaan yang saat ini berencana meningkatkan produksinya.
Per akhir 2015, area tanam BWPT sudah mencapai lebih dari 150.000 hektar dengan kapasitas pabrik saat ini mencapai 2,3 juta ton TBS per tahun. Selain itu, pada tahun ini BWPT akan mengurangi pengembangan lahan cadangan sebagai upaya menghemat modal sehingga bisa dialihkan kepada proyek peningkatan kapasitas pabrik.
Sedang untuk pabrik di Papua, BWPT akan menginvestasikan dananya sebesar Rp250 miliar dengan target akan mampu beroperasi pada tahun depan. Lokasi pabrik tersebut akan terletak di Jayapura, dekat dengan lahan BWPT sehingga akan menghemat biaya. Selain pabrik di Jayapura, emiten CPO itu juga tengah melakukan kajian dan visibilitas untuk area tanam dan pabrik di Sorong.
Corporate Secretary BWPT, Rudy Suhendra, menjelaskan tahun ini perseroan menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp400 miliar hingga Rp500 miliar. Jika alokasi capex telah terserap 25%, maka setidaknya dana yang telah digunakan sekitar Rp100 miliar hingga Rp125 miliar.
"Kuartal I tahun ini sudah terserap 25% dari capex. Jumlah tersebut sebagian digunakan untuk pembangunan pabrik di Kalimantan Barat yang apabila tidak ada hambatan akan beroperasi pada kuartal IV tahun ini," kata Rudy dalam paparan publik perseroan di Jakarta, Jumat (17/6/2016).
Perseroan mengaku optimis bisa mengejar target peningkatan produksi CPO sebesar 6%. Optimisme ini didukung oleh usia masa tanam milik emiten perkebunan tersebut yang diperkirakan lebih dari 75% sudah memasuki usia panen. Nantinya produktivitas tandan buah segar (TBS) juga diprediksi akan meningkat.
"Tren produksi buah BWPT mengikuti tren pertumbuhan eksponensial yang saat ini masih dibawah tren karena curah hujan yang buruk," jelasnya.
Namun fase hujan dan la nina akan berakhir dan dapat dipastikan produksi akan naik dan kembali ke tren. Kenaikan tersebut juga akan meningkatkan arus kas, yang saat ini dijaga dengan memperlambat penanaman dan fokus ke suistanabillity khususnya pembangunan pabrik.
Selain itu, harga CPO saat ini cukup positif dan akan berdampak baik terhadap BWPT. Harga jual di kuartal I sudah mengalami peningkatan, berbanding terbalik dengan kondisi setahun sebelumnya yang terus menurun. Harga CPO diprediksi masih akan menguat pada kuartal selanjutnya dan itu akan berdampak baik kepada perusahaan yang saat ini berencana meningkatkan produksinya.
Per akhir 2015, area tanam BWPT sudah mencapai lebih dari 150.000 hektar dengan kapasitas pabrik saat ini mencapai 2,3 juta ton TBS per tahun. Selain itu, pada tahun ini BWPT akan mengurangi pengembangan lahan cadangan sebagai upaya menghemat modal sehingga bisa dialihkan kepada proyek peningkatan kapasitas pabrik.
Sedang untuk pabrik di Papua, BWPT akan menginvestasikan dananya sebesar Rp250 miliar dengan target akan mampu beroperasi pada tahun depan. Lokasi pabrik tersebut akan terletak di Jayapura, dekat dengan lahan BWPT sehingga akan menghemat biaya. Selain pabrik di Jayapura, emiten CPO itu juga tengah melakukan kajian dan visibilitas untuk area tanam dan pabrik di Sorong.
(ven)