IPOP Tetap Dukung Upaya Pemerintah di Sektor Kelapa Sawit
A
A
A
JAKARTA - Perusahaan penandatangan Indonesia Palm Oil Pledge (IPOP) mendukung upaya pemerintah Indonesia mentransformasi sektor kelapa sawit Indonesia menuju keberlanjutan, termasuk memperkuat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) dengan meleburkan entitas IPOP.
Perusahaan penandatanganan IPOP telah memutuskan beberapa kebijakan terbaru terkait dukungan terhadap keberlanjutan di Indonesia telah membuktikan tercapainya tujuan IPOP. Yaitu, untuk mempercepat dan mempromosikan proses transformasi di sektor kelapa sawit menuju keberlanjutan. Maka, keberadaan IPOP dapat dilebur.
Perusahaan penandatangan IPOP akan melanjutkan komitmennya melalui kebijakan keberlanjutan yang sudah ada di setiap perusahaan secara individu.
Pemerintah Indonesia telah menunjukann kepemimpinan ini dengan menerbitkan sejumlah kebijakan terkait keberlanjutan seperti moratorium terhadap lahan gambut, pembentukan Badan Restorasi Gambut, dan moratorium ekspansi perizinan kelapa sawit yang baru saja dinyatakan Presiden Jokowi pada April 2016.
"Semua pemangku kepentingan industri kelapa sawit Indonesia memandang perlu untuk meningkatkan komitmen keberlanjutan di bidang kelapa sawit, sehingga dapat menjaga posisi strategis kelapa sawit di pasar internasional," tutur Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Darmin Nasution belum lama ini.
Pernyataan tersebut dibuat setelah pertemuan dengan perusahaan penandatangan IPOP, yang dihadiri sejumlah kementerian terkait. Perusahaan penandatangan IPOP yang hadir dalam pertemuan sepakat untuk melanjutkan kolaborasi dengan pemerintah untuk melebur dalam platform yang berfungsi mendorong upaya pencapaian kelapa sawit berkelanjutan, termasuk penguatan ISPO sebagai standard yang dapat diterima semua pemangku
kepentingan.
Sebelum bergabung sebagai IPOP, para perusahaan tersebut memiliki kebijakan keberlanjutan masing-masing, yang penting untuk memastikan produksi kelapa sawit secara jangka panjang sekaligus mempertahankan daya jual kepala sawit Indonesia di pasar global.
Berangkat dari komitmen inidividu ini, maka IPOP ditandatangani pada 24 September 2014 oleh Kadin dan empat perusahaan kelapa sawit terdepan yaitu Wilmar, Golden Agri Resources (GAR), Cargill, dan Asian Agri. Pada Maret 2015, Musim Mas bergabung, diikuti Astra Argo Lestari pada awal 2016.
"GAR mendukung upaya Pemerintah membangun industri kelapa sawit berkelanjutan dan kami akan terus meningkatkan implementasi Kebijakan Sosial dan Lingkungan perusahaan kami," kata Agus Purnomo selaku Managing Director for Sustainability & Strategic Stakeholders Engagement Golden Agri Resources,
Pihaknya percaya bahwa pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan dapat berjalan berdampingan dan pihaknya juga fokus dalam membantu petani kelapa sawit meningkatkan produktivitas, kesejahteraan dan praktik-praktik bertani mereka yang lebih berkelanjutan.
"Wilmar akan melanjutkan komitmen keberlanjutan kami seperti yang ditetapkan sebelumnya di dalam Kebijakan Bebas Deforestasi dan Bebas Ekspliotasi perusahaan. Kami akan terus mendukung pemerintah Indonesia dalam upaya mempercepat proses transformasi industri kelapa sawit di Indonesia," kata Chief Sustainability Officer of Wilmar International Limited Jeremy Goon.
Direktur Asian Agri Freddy Widjaya juga menyatakan komitmen serupa. Asian Agri bekerja berdampingan dengan pemerintah, pelaku industri dan masyarakat untuk memperkuat dan berkontribusi secara positif terhadap transformasi kelapa sawit yang berkelanjutan.
"Komitmen ini tetap kami laksanakan sambil terus fokus pada penerapan Kebijakan Keberlanjutan perusahan untuk melindungi dan melestarikan lingkungan, serta memberdayakan petani plasma dan independen serta untuk mencapai 100% keterlacakan rantai pasok," ujarnya.
"Melihat ketegasan langkah yang dilakukan Indonesia menuju kelapa sawit berkelanjutan, maka Cargill menyetujui pembubaran IPOP," tutur Director of Corporate Affairs Cargill, Colin Lee,
Cargill berkomitmen membangun rantai pasok yang dapat terlacak dan transparan, serta akan terus meningkatkan keberlanjutan di industri kepala sawit, baik di perkebunan, para pemasok pihak ketiga, maupun petani sawit yang didampinginya.
Senior Corporate Affairs Manager Grup Musim Mas Togar Sitanggang mengatakan, pihaknya mendukung tujuan pemerintah untuk mencapai pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkeadilan sosial.
Dia mengaku perusahaannya tetap berkomitmen penuh terhadap visi perusahaan yaitu untuk mencapai industri kelapa sawit yang berkelanjutan, dengan tetap menjunjung tinggi keikutsertaan petani di dalam sistem rantai pasok perusahaan. Selain itu, juga mengembangkan sistem rantai pasok yang dapat ditelusuri dan transparan, serta memastikan adanya dampak positif terhadap lingkungan.
Terkait komitmen pemerintah Indonesia untuk memperkuat ISPO, Wakil Ketua Hubungan Internasional Kadin Shinta Kamdani mengatakan, para perusahaan penandatangan IPOP berkomitmen mendukung upaya penguatan dan peningkatan ISPO sebagai standard yang dapat diterima dan diakui di pasar internasional.
"Kami berharap dapat memiliki koordinasi yang lebih baik antara pemerintah dan sektor swasta dalam melakukan transformasi sektor kelapa sawit. Sehingga, dapat menjadi sektor yang berkelanjutan, serta mempertahankan kelapa sawit sebagai komoditas strategis bangsa," tutup Shinta.
Perusahaan penandatanganan IPOP telah memutuskan beberapa kebijakan terbaru terkait dukungan terhadap keberlanjutan di Indonesia telah membuktikan tercapainya tujuan IPOP. Yaitu, untuk mempercepat dan mempromosikan proses transformasi di sektor kelapa sawit menuju keberlanjutan. Maka, keberadaan IPOP dapat dilebur.
Perusahaan penandatangan IPOP akan melanjutkan komitmennya melalui kebijakan keberlanjutan yang sudah ada di setiap perusahaan secara individu.
Pemerintah Indonesia telah menunjukann kepemimpinan ini dengan menerbitkan sejumlah kebijakan terkait keberlanjutan seperti moratorium terhadap lahan gambut, pembentukan Badan Restorasi Gambut, dan moratorium ekspansi perizinan kelapa sawit yang baru saja dinyatakan Presiden Jokowi pada April 2016.
"Semua pemangku kepentingan industri kelapa sawit Indonesia memandang perlu untuk meningkatkan komitmen keberlanjutan di bidang kelapa sawit, sehingga dapat menjaga posisi strategis kelapa sawit di pasar internasional," tutur Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Darmin Nasution belum lama ini.
Pernyataan tersebut dibuat setelah pertemuan dengan perusahaan penandatangan IPOP, yang dihadiri sejumlah kementerian terkait. Perusahaan penandatangan IPOP yang hadir dalam pertemuan sepakat untuk melanjutkan kolaborasi dengan pemerintah untuk melebur dalam platform yang berfungsi mendorong upaya pencapaian kelapa sawit berkelanjutan, termasuk penguatan ISPO sebagai standard yang dapat diterima semua pemangku
kepentingan.
Sebelum bergabung sebagai IPOP, para perusahaan tersebut memiliki kebijakan keberlanjutan masing-masing, yang penting untuk memastikan produksi kelapa sawit secara jangka panjang sekaligus mempertahankan daya jual kepala sawit Indonesia di pasar global.
Berangkat dari komitmen inidividu ini, maka IPOP ditandatangani pada 24 September 2014 oleh Kadin dan empat perusahaan kelapa sawit terdepan yaitu Wilmar, Golden Agri Resources (GAR), Cargill, dan Asian Agri. Pada Maret 2015, Musim Mas bergabung, diikuti Astra Argo Lestari pada awal 2016.
"GAR mendukung upaya Pemerintah membangun industri kelapa sawit berkelanjutan dan kami akan terus meningkatkan implementasi Kebijakan Sosial dan Lingkungan perusahaan kami," kata Agus Purnomo selaku Managing Director for Sustainability & Strategic Stakeholders Engagement Golden Agri Resources,
Pihaknya percaya bahwa pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan dapat berjalan berdampingan dan pihaknya juga fokus dalam membantu petani kelapa sawit meningkatkan produktivitas, kesejahteraan dan praktik-praktik bertani mereka yang lebih berkelanjutan.
"Wilmar akan melanjutkan komitmen keberlanjutan kami seperti yang ditetapkan sebelumnya di dalam Kebijakan Bebas Deforestasi dan Bebas Ekspliotasi perusahaan. Kami akan terus mendukung pemerintah Indonesia dalam upaya mempercepat proses transformasi industri kelapa sawit di Indonesia," kata Chief Sustainability Officer of Wilmar International Limited Jeremy Goon.
Direktur Asian Agri Freddy Widjaya juga menyatakan komitmen serupa. Asian Agri bekerja berdampingan dengan pemerintah, pelaku industri dan masyarakat untuk memperkuat dan berkontribusi secara positif terhadap transformasi kelapa sawit yang berkelanjutan.
"Komitmen ini tetap kami laksanakan sambil terus fokus pada penerapan Kebijakan Keberlanjutan perusahan untuk melindungi dan melestarikan lingkungan, serta memberdayakan petani plasma dan independen serta untuk mencapai 100% keterlacakan rantai pasok," ujarnya.
"Melihat ketegasan langkah yang dilakukan Indonesia menuju kelapa sawit berkelanjutan, maka Cargill menyetujui pembubaran IPOP," tutur Director of Corporate Affairs Cargill, Colin Lee,
Cargill berkomitmen membangun rantai pasok yang dapat terlacak dan transparan, serta akan terus meningkatkan keberlanjutan di industri kepala sawit, baik di perkebunan, para pemasok pihak ketiga, maupun petani sawit yang didampinginya.
Senior Corporate Affairs Manager Grup Musim Mas Togar Sitanggang mengatakan, pihaknya mendukung tujuan pemerintah untuk mencapai pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkeadilan sosial.
Dia mengaku perusahaannya tetap berkomitmen penuh terhadap visi perusahaan yaitu untuk mencapai industri kelapa sawit yang berkelanjutan, dengan tetap menjunjung tinggi keikutsertaan petani di dalam sistem rantai pasok perusahaan. Selain itu, juga mengembangkan sistem rantai pasok yang dapat ditelusuri dan transparan, serta memastikan adanya dampak positif terhadap lingkungan.
Terkait komitmen pemerintah Indonesia untuk memperkuat ISPO, Wakil Ketua Hubungan Internasional Kadin Shinta Kamdani mengatakan, para perusahaan penandatangan IPOP berkomitmen mendukung upaya penguatan dan peningkatan ISPO sebagai standard yang dapat diterima dan diakui di pasar internasional.
"Kami berharap dapat memiliki koordinasi yang lebih baik antara pemerintah dan sektor swasta dalam melakukan transformasi sektor kelapa sawit. Sehingga, dapat menjadi sektor yang berkelanjutan, serta mempertahankan kelapa sawit sebagai komoditas strategis bangsa," tutup Shinta.
(izz)