Inflasi di Jakarta pada Juni 2016 Meningkat

Sabtu, 02 Juli 2016 - 08:25 WIB
Inflasi di Jakarta pada...
Inflasi di Jakarta pada Juni 2016 Meningkat
A A A
JAKARTA - Tekanan inflasi DKI Jakarta meningkat, namun masih terkendali. Meningkatnya permintaan masyarakat pada bulan Ramadhan, terkait aktivitas konsumsi selama bulan puasa dan persiapan Hari Raya Idul Fitri, membawa Jakarta mengalami inflasi 0,52% (mtm).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta, Doni Joewono mengatakan pencapaian ini sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata historis inflasi satu bulan sebelum Idul Fitri dalam lima tahun terakhir, yaitu 0,48% (mtm). Penyebabnya, kata dia, karena jarak waktu Idul Fitri 2016 dengan pekan pertama Juli 2016, dimana tidak terjadi pada lima tahun sebelumnya.

“Namun inflasi Jakarta masih terkendali, tercermin dari capaian lebih rendah dari inflasi nasional sebesar 0,66% (mtm),” ujar Doni dalam siaran pers, di Jakarta, Jumat (1/7/2016).

Inflasi Jakarta pada Juni 2016 dipengaruhi meningkatnya permintaan masyarakat menghadapi persiapan Hari Raya Idul Fitri dan masa libur panjang. Juga meningkatnya pendapatan menjelang hari raya keagamaan karena adanya Tunjangan Hari Raya. Beberapa komoditas yang mengalami peningkatan permintaan dan kenaikan harga menghadapi pola musiman ini adalah transportasi, sandang dan bahan makanan.

Melanjutkan kenaikan bulan sebelumnya, inflasi kelompok bahan pangan yang bergejolak (volatile food) kembali meningkat dan menjadi sumber utama inflasi Juni. Kenaikan terutama dari komoditas jeruk, kentang dan daging ayam ras yang mengalami inflasi masing-masing 6,79% (mtm), 17,49% (mtm) dan 2,48% (mtm).

Walau demikian, laju inflasi volatile food masih tertahan oleh penurunan harga pada subkelompok bumbu-bumbuan, yang mengalami deflasi sebesar 3,72% (mtm). Hal ini didorong turunnya harga cabai merah dan bawang merah di pasar, seiring pasokan yang memadai. Cabai merah dan bawang merah masing-masing mengalami deflasi 4,52% dan 9,85% (mtm).

Secara keseluruhan, pencapaian inflasi bahan makanan pada Juni 2016 sebesar 1,32% (mtm), jauh lebih terkendali dibandingkan dengan inflasi pada bulan-bulan menjelang Idul Fitri dalam lima tahun terakhir yang mencapai rata-rata 1,58% (mtm).

Sejalan dengan kelompok volatile foods, kelompok administered prices juga mengalami kenaikan inflasi. Tingginya tingkat permintaan jasa transportasi pada masa libur sekolah dan menjelang Idul Fitri, terutama pada angkutan udara dan angkutan antarkota, menyebabkan kedua moda transportasi mengalami inflasi masing-masing sebesar 9,98% (mtm) dan 3,94%(mtm).

Perkembangan harga ini membawa kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 0,67% (mtm). Selain jasa transportasi, kebijakan pemerintah menaikkan tarif tenaga listrik (TTL) per 1 Juni 2016 pada 12 kelompok nonsubsidi membawa tarif listrik mengalami inflasi sebesar 0,72% (mtm). Ketiga komoditas tersebut menjadi pendorong utama kenaikan laju inflasi administered prices.

Inflasi juga dipicu naiknya beberapa komoditas pada kelompok inti, walau masih relatif terbatas. Komoditas yang tergabung pada sandang serta makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau merupakan pendorong utama kelompok ini. Budaya masyarakat dalam membeli pakaian baru beserta perlengkapan sandang lainnya seperti emas perhiasan untuk keperluan Idul Fitri, menjadi penyebab utama naiknya inflasi sandang, yang mencapai 0,87% (mtm).

Dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, meningkatnya inflasi dipicu dorongan permintaan kue-kue seperti biskuit dan kue kering dalam rangka persiapan hari raya. Kenaikan harga-harga tersebut juga didorong meningkatnya harga bahan baku seperti telur, margarin, kelapa, dan santan jadi, di samping kenaikan margin pedagang yang memanfaatkan perilaku konsumsi masyarakat menghadapi hari raya. Berbagai perkembangan yang ada membawa kelompok ini mengalami inflasi sebesar 0,22% (mtm).

Memerhatikan pola pergerakan harga-harga, dan rencana kebijakan pemerintah di bidang harga, tekanan inflasi pada Juli 2016 diperkirakan masih akan meningkat. Konsumsi masyarakat terhadap bahan pangan dan jasa transportasi masih akan tinggi hingga Juli 2016, seiring dengan perayaan Idul Fitri serta bertepatan dengan libur anak sekolah. Selain itu, dimulainya tahun ajaran baru untuk anak sekolah pada pertengahan Juli 2016 juga akan menyumbang inflasi secara umum.

Penguatan koordinasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi DKI melalui TPID sangat diperlukan untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi 2016. Diperlukan komitmen kuat untuk mengimplementasi Roadmap Program Pengendalian Inflasi yang telah disusun TPID agar inflasi yang rendah dan stabil, dapat menjamin pertumbuhan ekonomi dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8132 seconds (0.1#10.140)