Proyek Listrik 35.000 MW Tersendat, Ini Respons PLN
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir memastikan saat ini proyek kelistrikan 35.000 megawatt (MW) masih berjalan dengan baik. Bahkan, pihaknya telah menandatangani power purchase agreement (PPA) untuk hampir 20.000MW.
Hal ini sekaligus membantah anggapan beberapa pihak yang menyatakan bahwa proyek prestisius tersebut tersendat dan berjalan lambat.
"Untuk program 35.000 MW dan 46.000 km transmisi, sampai hari ini masih berjalan dengan baik. Dalam arti, bahwa untuk pembangkit 35.000 MW, ada yang 10.000MW ditangani PLN dan 25.000MW oleh IPP," katanya di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (25/7/2016).
(Baca Juga: Proyek Listrik 35 Ribu MW Molor Menuai Kritik)
Menurutnya, tahap prakualifikasi hingga kesepakatan tender memang membutuhkan waktu lama. Apalagi, independent power producer (IPP) juga membutuhkan waktu untuk menjajaki proyek tersebut.
"Persiapan tender dan prakualifikasi sampai tender memerlukan waktu cukup lama. Karena kesiapan dari IPP sendiri untuk menjajaki proyek itu sesuai dengan RUPTL yang ada," imbuh dia.
(Baca Juga: Tak Pernah Sowan, Menteri ESDM Semprot Dirut PLN)
Tak hanya itu, sambung mantan Bos BRI ini, perbankan juga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengevaluasi pinjaman kredit untuk membiayai proyek kelistrikan Jokowi tersebut. Pasalnya, kredit yang diajukan hingga mencapai Rp30 triliun.
"Kalau sudah bicara mengevaluasi kredit Rp20 triliun, Rp30 triliun itu pasti memerlukan waktu yang cukup panjang. Dan itu dari perbankan nasional sebagian kecil, dari perbankan luar negeri, Jepang maupun Eropa sebagian besar. Oleh karena itu mereka memerlukan waktu cukup lama perbankan meninjau, melihat dan mengevaluasi," tuturnya.
Sofyan menilai, hal tersebut masih sangatlah wajar dan tidak terlalu lambat. "Karena kita sudah melaksanakan lebih kurang hampir 19.000 sampai 20.000MW penandatanganan PPA. Yang kecil-kecil sudah berjalan, di lapangan sudah berjalan," tutup Sofyan.
Hal ini sekaligus membantah anggapan beberapa pihak yang menyatakan bahwa proyek prestisius tersebut tersendat dan berjalan lambat.
"Untuk program 35.000 MW dan 46.000 km transmisi, sampai hari ini masih berjalan dengan baik. Dalam arti, bahwa untuk pembangkit 35.000 MW, ada yang 10.000MW ditangani PLN dan 25.000MW oleh IPP," katanya di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (25/7/2016).
(Baca Juga: Proyek Listrik 35 Ribu MW Molor Menuai Kritik)
Menurutnya, tahap prakualifikasi hingga kesepakatan tender memang membutuhkan waktu lama. Apalagi, independent power producer (IPP) juga membutuhkan waktu untuk menjajaki proyek tersebut.
"Persiapan tender dan prakualifikasi sampai tender memerlukan waktu cukup lama. Karena kesiapan dari IPP sendiri untuk menjajaki proyek itu sesuai dengan RUPTL yang ada," imbuh dia.
(Baca Juga: Tak Pernah Sowan, Menteri ESDM Semprot Dirut PLN)
Tak hanya itu, sambung mantan Bos BRI ini, perbankan juga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengevaluasi pinjaman kredit untuk membiayai proyek kelistrikan Jokowi tersebut. Pasalnya, kredit yang diajukan hingga mencapai Rp30 triliun.
"Kalau sudah bicara mengevaluasi kredit Rp20 triliun, Rp30 triliun itu pasti memerlukan waktu yang cukup panjang. Dan itu dari perbankan nasional sebagian kecil, dari perbankan luar negeri, Jepang maupun Eropa sebagian besar. Oleh karena itu mereka memerlukan waktu cukup lama perbankan meninjau, melihat dan mengevaluasi," tuturnya.
Sofyan menilai, hal tersebut masih sangatlah wajar dan tidak terlalu lambat. "Karena kita sudah melaksanakan lebih kurang hampir 19.000 sampai 20.000MW penandatanganan PPA. Yang kecil-kecil sudah berjalan, di lapangan sudah berjalan," tutup Sofyan.
(akr)