Populasi Seret, Harga Daging Sapi Kian Meroket

Jum'at, 29 Juli 2016 - 17:18 WIB
Populasi Seret, Harga...
Populasi Seret, Harga Daging Sapi Kian Meroket
A A A
JAKARTA - Merosotnya populasi sapi dalam negeri dituding menjadi salah satu penyebab tingginya harga daging sapi saat ini. Berbagai kebijakan pemerintah belum efektif mestabilkan harga daging sapi di kisaran Rp75 ribu sampai Rp80 ribu per kg seperti keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Pengamat Peternakan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Yeka Hendra Fatika menilai pangkal utama meroketnya harga daging sapi saat ini disebabkan merosotnya populasi sapi dalam negeri, sementara kebutuhan masyarakat terus meningkat.

"Masalah utamanya itu di hulu bukan di hilir, segera lakukan perbaikan pembibitan nasional," ujar dia dalam forum diskusi ekonomi Forum Komunikasi Wartawan Ekonomi Makro (Forkem) di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (29/7/2016).

Pengamat yang juga merupakan Founder Bincang-Bincang Agribisnis (BBA) ini mengatakan, dikeluarkannya paket kebijakan ekonomi yang mengatur Peraturan Pemerintah (PP) No.4/2016 tentang pemasukan hewan dan produk ternak melalui zona based, kemudian pencabutan kuota impor, hingga pemasukan barang sampah produk ternak semisal jeroan hanya membuat pelaku usaha sapi dalam negeri gundah gulana.

"Seharusnya regulasi pemerintah bisa menentramkan, bukan sebaliknya, yang membuat pengusaha sapi dalam negeri gundah," ucap dia.

Yeka menyatakan, persoalan tingginya harga daging sapi nasional harus dicermati secara bijak oleh pemerintah khususnya Kementerian Pertanian (Kementan). Kebiasaan masyarakat Indonesia yang lebih doyan membeli daging sapi segar, menyebaban gelontoran daging impor beku tidak begitu diminati dan kurang berpengaruh terhadap penurunan harga daging.

"Sekarang yang terjadi justru barang lebih banyak, namun harga daging sapi tetap tinggi," imbuhnya.

Dia menilai, kenaikan harga daging sapi juga tidak bisa distabilkan dengan jeroan impor. Konsumsi jeroan seperti hati hanya agak besar pada menjelang Lebaran. Artinya, jika impor jeroan yang dibuka, maka kembali mengalami kemunduran dan membuktikan rakyat Indoensia diminta makan jeroan karena tidak mampu membeli daging.

"Harga Rp80 ribu per kg seperti yang diminta Presiden, sejatinya sangat mungkin terjadi. Ini karena harga secondary cut daging dari Australia saja rata-rata USD5 per kg, kurang lebih Rp66 ribu per kg," tutup Yeka.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8795 seconds (0.1#10.140)