Vitamin A Saham
A
A
A
Lukas Setia Atmaja
Financial Expert - Prasetiya Mulya Business School
MINGGU lalu kita membahas unsur C dalam metode CAN SLIM, strategi investasi growth stock racikan William J ONeil. Dia adalah pendiri Investor’s Business Daily, sebuah harian bisnis terkenal di Amerika Serikat.
Strategi yang menggabungkan teknik fundamental dan teknikal ini amat populer dan telah menjadi inspirasi bagi banyak praktisi pasar modal. Strategi ini dikembangkan dari riset ONeil terhadap 500 saham berkinerja unggul selama empat dekade di AS, sejak tahun 1953. Tujuan strategi adalah menemukan saham pemenang sebelum harganya terlanjur terbang tinggi.
Menurut American Association of Individual Investor (AAII), antara Januari 1998-Desember 2008, portofolio yang disusun dengan metode CAN SLIM memberi rata-rata imbal hasil yang fantastis. Setiap huruf pada CAN SLIM merupakan akronim dari karakteristik saham pemenang pada studi ONeil. Misalnya, C adalah current quarterly earnings per share (EPS) atau laba bersih per saham kuartal terkini. Sebaiknya investor fokus pada laba bersih atau earnings, bukan penjualan.
Kemudian, gunakan EPS ketimbang total earnings /laba bersih. Mengapa? Yang penting bagi investor adalah laba bersih per saham, bukan total earnings. Bisa saja total earnings meningkat karena adanya kenaikan investasi baru yang didanai dengan modal ekuitas baru (penjualan saham baru melalui right issue). Kenaikan total earnings bisa saja lebih kecil dari tambahan jumlah saham beredar, sehingga EPS malah turun. Misalnya, tahun 2014 total earnings adalah Rp100 miliar dan jumlah saham beredar adalah 100 juta. Maka EPS adalah Rp1.000.
Pada 2015, ada right issue sehingga modal ekuitas bertambah dan saham beredar bertambah 20 juta saham. Tambahan modal baru ini hanya bisa menaikkan total earnings menjadi Rp110 miliar. Maka, meskipun total earnings naik namun EPS justru turun (Rp110 miliar dibagi 120 juta saham). A yang menjadi unsur kedua merujuk ke annual EPS atau EPS dari tahun ke tahun. Informasi tentang pertumbuhan EPS tahunan juga sangat penting.
Investor sebaiknya mencari saham dengan pertumbuhan annual EPS yang positif setiap tahunnya selama lima tahun terakhir. ONeil menyarankan agar investor memilih saham yang memiliki rata-rata pertumbuhan annual EPS minimal 25% per tahun. Selain rata-rata pertumbuhan, sebaiknya kita juga memeriksa stabilitas dan tren pertumbuhan annual EPS. Misalnya, perubahan annual EPS 20%, 30%, 40% dan 50% (tren positif) lebih bagus daripada 50%, 40%, 30% dan 20% (tren negatif) ataupun 30%, 20%, 50% dan 40% (fluktuatif).
Gunakan kriteria pertumbuhan lima tahun dengan minimal pertumbuhan 25% per tahun untuk memperketat seleksi saham yang istimewa. Untuk memperoleh data tentang EPS perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), investor bisa memanfaatkan informasi yang tersedia di website BEI yakni www.idx.co.id.
Di website tersebut kita tinggal klik di pilihan ”publikasi”, lalu pilih ”ringkasan kinerja perusahaan tercatat”. Masukkan kode saham perusahaan yang ingin kita cari, lalu unduh datanya. Pada tabel saya sajikan, annual EPS beberapa perusahaan unggulan di BEI. (lihat tabel) Dari observasi saya terhadap 14 saham unggulan selama periode lima tahun silam (2011 s/d 2015), ternyata tidak mudah untuk menemukan saham yang memenuhi kriteria CAN SLIM.
Hanya ada satu saham yang mendekati kriteria CAN SLIM , yakni PT Waskita Karya, Tbk (WSKT). Pertumbuhan EPS tahunan WSKT sangat bagus, 41%. Selain itu pertumbuhan EPS tahunan-nya juga cukup stabil. Harga sahamnya pun naik sekitar 41% per tahun. Gabungkan kriteria A ini dengan kriteria C (current quarterly earnings) yang kita pelajari minggu lalu (lihat artikel: ”Vitamin C” Saham).
Kesimpulannya, saham yang cantik adalah saham yang EPS-nya tumbuh bagus selama beberapa tahun terakhir maupun beberapa kuartal terkini. ”Vitamin A dan C” membuat saham kita tambah sehat walafiat.
Financial Expert - Prasetiya Mulya Business School
MINGGU lalu kita membahas unsur C dalam metode CAN SLIM, strategi investasi growth stock racikan William J ONeil. Dia adalah pendiri Investor’s Business Daily, sebuah harian bisnis terkenal di Amerika Serikat.
Strategi yang menggabungkan teknik fundamental dan teknikal ini amat populer dan telah menjadi inspirasi bagi banyak praktisi pasar modal. Strategi ini dikembangkan dari riset ONeil terhadap 500 saham berkinerja unggul selama empat dekade di AS, sejak tahun 1953. Tujuan strategi adalah menemukan saham pemenang sebelum harganya terlanjur terbang tinggi.
Menurut American Association of Individual Investor (AAII), antara Januari 1998-Desember 2008, portofolio yang disusun dengan metode CAN SLIM memberi rata-rata imbal hasil yang fantastis. Setiap huruf pada CAN SLIM merupakan akronim dari karakteristik saham pemenang pada studi ONeil. Misalnya, C adalah current quarterly earnings per share (EPS) atau laba bersih per saham kuartal terkini. Sebaiknya investor fokus pada laba bersih atau earnings, bukan penjualan.
Kemudian, gunakan EPS ketimbang total earnings /laba bersih. Mengapa? Yang penting bagi investor adalah laba bersih per saham, bukan total earnings. Bisa saja total earnings meningkat karena adanya kenaikan investasi baru yang didanai dengan modal ekuitas baru (penjualan saham baru melalui right issue). Kenaikan total earnings bisa saja lebih kecil dari tambahan jumlah saham beredar, sehingga EPS malah turun. Misalnya, tahun 2014 total earnings adalah Rp100 miliar dan jumlah saham beredar adalah 100 juta. Maka EPS adalah Rp1.000.
Pada 2015, ada right issue sehingga modal ekuitas bertambah dan saham beredar bertambah 20 juta saham. Tambahan modal baru ini hanya bisa menaikkan total earnings menjadi Rp110 miliar. Maka, meskipun total earnings naik namun EPS justru turun (Rp110 miliar dibagi 120 juta saham). A yang menjadi unsur kedua merujuk ke annual EPS atau EPS dari tahun ke tahun. Informasi tentang pertumbuhan EPS tahunan juga sangat penting.
Investor sebaiknya mencari saham dengan pertumbuhan annual EPS yang positif setiap tahunnya selama lima tahun terakhir. ONeil menyarankan agar investor memilih saham yang memiliki rata-rata pertumbuhan annual EPS minimal 25% per tahun. Selain rata-rata pertumbuhan, sebaiknya kita juga memeriksa stabilitas dan tren pertumbuhan annual EPS. Misalnya, perubahan annual EPS 20%, 30%, 40% dan 50% (tren positif) lebih bagus daripada 50%, 40%, 30% dan 20% (tren negatif) ataupun 30%, 20%, 50% dan 40% (fluktuatif).
Gunakan kriteria pertumbuhan lima tahun dengan minimal pertumbuhan 25% per tahun untuk memperketat seleksi saham yang istimewa. Untuk memperoleh data tentang EPS perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), investor bisa memanfaatkan informasi yang tersedia di website BEI yakni www.idx.co.id.
Di website tersebut kita tinggal klik di pilihan ”publikasi”, lalu pilih ”ringkasan kinerja perusahaan tercatat”. Masukkan kode saham perusahaan yang ingin kita cari, lalu unduh datanya. Pada tabel saya sajikan, annual EPS beberapa perusahaan unggulan di BEI. (lihat tabel) Dari observasi saya terhadap 14 saham unggulan selama periode lima tahun silam (2011 s/d 2015), ternyata tidak mudah untuk menemukan saham yang memenuhi kriteria CAN SLIM.
Hanya ada satu saham yang mendekati kriteria CAN SLIM , yakni PT Waskita Karya, Tbk (WSKT). Pertumbuhan EPS tahunan WSKT sangat bagus, 41%. Selain itu pertumbuhan EPS tahunan-nya juga cukup stabil. Harga sahamnya pun naik sekitar 41% per tahun. Gabungkan kriteria A ini dengan kriteria C (current quarterly earnings) yang kita pelajari minggu lalu (lihat artikel: ”Vitamin C” Saham).
Kesimpulannya, saham yang cantik adalah saham yang EPS-nya tumbuh bagus selama beberapa tahun terakhir maupun beberapa kuartal terkini. ”Vitamin A dan C” membuat saham kita tambah sehat walafiat.
(dmd)