Enam Pendorong Utama Inflasi Juli 2016
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengungkapkan enam pendorong utama inflasi pada Juli 2017, yang mencapai 0,69%. Pertama, adalah angkutan udara yang kenaikan harganya mencapai 11,02%.
Hal ini terjadi karena demand dari masyarakat Indonesia tinggi seiring arus mudik Lebaran. Namun, ini juga menandakan daya beli masyarakat meningkat.
"Terjadi kenaikan di 47 kota IHK, atas kenaikan tarif ini. Tertinggi di Semarang 53% dan Lampung 47%," ujar Suryamin di Jakarta, Senin (1/8/2016).
Kedua, angkutan antar kota yang kenaikannya sebesar 10,53% dengan andil 0,08%. Ini karena ada kenaikan tarif angkutan antara kota sebelum dan sesudah Idul Fitri. Kenaikan terjadi di 47 kota IHK, dengan kenaikan tertinggi di Madiun 34% dan Semarang 30%.
"Ketiga, yakni harga bawang merah. Terjadi perubahan harga 9,44% dengan andil 0,06%. Ini terjadi karena pasokannya sempat terbatas ya karena permintaan yang tinggi juga di hari raya. Terjadi kenaikan harga di 64 kota IHK dan tertinggi di Pare-pare 35%," kata Suryamin.
Keempat, daging ayam ras yang kenaikannya mencapai 3,53% dan andilnya 0,05%. Ini terjadi karena peningkatan permintaan. Terjadi kenaikan di 66 kota IHK dengan yang tertinggi di Tanjung Pandan dan Sibolga sebesar 17% dan Palembang 16%.
Kelima, komoditas kentang dengan kenaikan 14,84% dan inflasinya 0,04%. Hal ini karena permintaan terhadap kentang yang cukup tinggi, sehingga terjadi kenaikan di 74 kota IHK. Tertinggi di Bogor, yakni 51% dan Bukitinggi 43%.
"Ini kentang tumben menjadi peneyebab inflasi. Mungkin karena orang Indonesia banyak yang bikin perkedel kentang sama sambel goreng kentang pas Puasa dan Lebaran. Jadinya demand-nya bertambah " kata Suryamin.
Keenan, kenaikan tarif listrik yang sebesar 1,12p% dengan andil 0,04%. Hampir di semua kota IHK mengalami kenaikan tarif ini yakni di 80 kota IHK kecuali di Tarakan dan Batam yang dikelol Pemda.
"Ini karena ada kenaikan tarif listrik per Juli 2016 pra dan pasca bayar untuk golongan 1.300 volt ampere," pungkasnya.
Hal ini terjadi karena demand dari masyarakat Indonesia tinggi seiring arus mudik Lebaran. Namun, ini juga menandakan daya beli masyarakat meningkat.
"Terjadi kenaikan di 47 kota IHK, atas kenaikan tarif ini. Tertinggi di Semarang 53% dan Lampung 47%," ujar Suryamin di Jakarta, Senin (1/8/2016).
Kedua, angkutan antar kota yang kenaikannya sebesar 10,53% dengan andil 0,08%. Ini karena ada kenaikan tarif angkutan antara kota sebelum dan sesudah Idul Fitri. Kenaikan terjadi di 47 kota IHK, dengan kenaikan tertinggi di Madiun 34% dan Semarang 30%.
"Ketiga, yakni harga bawang merah. Terjadi perubahan harga 9,44% dengan andil 0,06%. Ini terjadi karena pasokannya sempat terbatas ya karena permintaan yang tinggi juga di hari raya. Terjadi kenaikan harga di 64 kota IHK dan tertinggi di Pare-pare 35%," kata Suryamin.
Keempat, daging ayam ras yang kenaikannya mencapai 3,53% dan andilnya 0,05%. Ini terjadi karena peningkatan permintaan. Terjadi kenaikan di 66 kota IHK dengan yang tertinggi di Tanjung Pandan dan Sibolga sebesar 17% dan Palembang 16%.
Kelima, komoditas kentang dengan kenaikan 14,84% dan inflasinya 0,04%. Hal ini karena permintaan terhadap kentang yang cukup tinggi, sehingga terjadi kenaikan di 74 kota IHK. Tertinggi di Bogor, yakni 51% dan Bukitinggi 43%.
"Ini kentang tumben menjadi peneyebab inflasi. Mungkin karena orang Indonesia banyak yang bikin perkedel kentang sama sambel goreng kentang pas Puasa dan Lebaran. Jadinya demand-nya bertambah " kata Suryamin.
Keenan, kenaikan tarif listrik yang sebesar 1,12p% dengan andil 0,04%. Hampir di semua kota IHK mengalami kenaikan tarif ini yakni di 80 kota IHK kecuali di Tarakan dan Batam yang dikelol Pemda.
"Ini karena ada kenaikan tarif listrik per Juli 2016 pra dan pasca bayar untuk golongan 1.300 volt ampere," pungkasnya.
(dmd)