Konsistensi Kebijakan Moneter Buat Makro Ekonomi RI Stabil
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan, kebijakan moneter yang konsisten dapat menjaga stabilitas makro ekonomi Indonesia. Hal tersebut terlihat dari suku bunga acuan atau BI rate yang dibiarkan tidak berubah pada 6,5%, bersamaan dengan fasilitas deposito dan fasilitas pinjaman sebesar 4,5% dan 7,00%.
"Bank Indonesia juga mengumumkan BI-7-Day Repo Rate dipertahankan pada 5,25%. Ini akan berfungsi sebagai tingkat kebijakan untuk menggantikan BI rate yang efeknya pertengahan Agustus tahun ini," kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo usai acara bedah buku “Perjuangan Mendirikan Bank Sentral Republik Indonesia” di Jakarta, Selasa (9/8/2016).
(Baca Juga: Makro Ekonomi Kuat, BI Beri Sinyal Pelonggaran Kebijakan Moneter)
Lanjut dia kebijakan moneter yang konsisten disertai dengan koordinasi kebijakan antara Bank Indonesia dan Pemerintah, berhasil mewujudkan tingkat inflasi yang rendah.
"Kami juga berada di jalur untuk mencapai Rupiah rendah dan stabil. Dalam dua tahun terakhir, Indonesia telah berhasil menahan inflasi pada tingkat bawah 5% didukung oleh harga energi yang lebih rendah dan produksi betterfood dan distribusi," jelasnya.
Sebagai ekonomi terbuka, berkaitan erat dengan kondisi ekonomi dunia. Memasuki paruh kedua tahun 2016, pemulihan ekonomi global tetap hangat, apalagi sejak hasil dari referendum Inggris atau "Brexit" alias keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa (UE)
Dia menerangkan dampak Brexit untuk perekonomian Indonesia masih terbatas namun pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif membaik pada kuartal 2 tahun 2016 di angka 5.18%. Pertumbuhan ini didorong oleh konsumsi swasta yang kuat seperti inflasi tetap, peningkatan pengeluaran pemerintah atas barang dan investasi dalam infrastruktur.
Proyek menurutnya juga telah mendorong ekonomi ke depan. Selain itu, dengan berlakunya Amnesti Pajak Juni lalu, BI berharap bahwa ini akan memperbaiki kondisi fiskal dan menyebabkan lebih kuat arus masuk modal serta mendorong pendalaman pasar keuangan dan menyediakan pembiayaan yang cukup untuk investasi dan produktif lainnya.
"Kondisi ekonomi Indonesia menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan pada kuartal II-2016. Ini menunjukan kondisi fundamental Indonesia," ungkap Agus.
Dia juga menilai, UU Tax Amnesty banyak direspons secara baik oleh masyarakat. Selain itu, adanya reshuffle kabinet dan pengumuman Pemerintah akan memotong APBNP 2016 itu semua menunjukan kondisi yang baik.
"Dan UU tax amnesty banyak direspon secara baik oleh masyarakat dan kemarin juga ada reshuffle kabinet dan pengumuman Pemerintah akan memotong APBNP 2016 itu semua menunjukan kondisi baik, direspon baik," tambah dia.
Apalagi besarnya dana asing yang masuk dan banyak korporasi yang melepas USD dapat mendorong penguatan pada nilai tukar rupiah. "Kami juga akan jaga rupiah sesuai fundamental ekonomi Indonesia dan kami juga akan jaga perekonomian Indonesia yang berkesinambungan," tandasnya.
"Bank Indonesia juga mengumumkan BI-7-Day Repo Rate dipertahankan pada 5,25%. Ini akan berfungsi sebagai tingkat kebijakan untuk menggantikan BI rate yang efeknya pertengahan Agustus tahun ini," kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo usai acara bedah buku “Perjuangan Mendirikan Bank Sentral Republik Indonesia” di Jakarta, Selasa (9/8/2016).
(Baca Juga: Makro Ekonomi Kuat, BI Beri Sinyal Pelonggaran Kebijakan Moneter)
Lanjut dia kebijakan moneter yang konsisten disertai dengan koordinasi kebijakan antara Bank Indonesia dan Pemerintah, berhasil mewujudkan tingkat inflasi yang rendah.
"Kami juga berada di jalur untuk mencapai Rupiah rendah dan stabil. Dalam dua tahun terakhir, Indonesia telah berhasil menahan inflasi pada tingkat bawah 5% didukung oleh harga energi yang lebih rendah dan produksi betterfood dan distribusi," jelasnya.
Sebagai ekonomi terbuka, berkaitan erat dengan kondisi ekonomi dunia. Memasuki paruh kedua tahun 2016, pemulihan ekonomi global tetap hangat, apalagi sejak hasil dari referendum Inggris atau "Brexit" alias keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa (UE)
Dia menerangkan dampak Brexit untuk perekonomian Indonesia masih terbatas namun pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif membaik pada kuartal 2 tahun 2016 di angka 5.18%. Pertumbuhan ini didorong oleh konsumsi swasta yang kuat seperti inflasi tetap, peningkatan pengeluaran pemerintah atas barang dan investasi dalam infrastruktur.
Proyek menurutnya juga telah mendorong ekonomi ke depan. Selain itu, dengan berlakunya Amnesti Pajak Juni lalu, BI berharap bahwa ini akan memperbaiki kondisi fiskal dan menyebabkan lebih kuat arus masuk modal serta mendorong pendalaman pasar keuangan dan menyediakan pembiayaan yang cukup untuk investasi dan produktif lainnya.
"Kondisi ekonomi Indonesia menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan pada kuartal II-2016. Ini menunjukan kondisi fundamental Indonesia," ungkap Agus.
Dia juga menilai, UU Tax Amnesty banyak direspons secara baik oleh masyarakat. Selain itu, adanya reshuffle kabinet dan pengumuman Pemerintah akan memotong APBNP 2016 itu semua menunjukan kondisi yang baik.
"Dan UU tax amnesty banyak direspon secara baik oleh masyarakat dan kemarin juga ada reshuffle kabinet dan pengumuman Pemerintah akan memotong APBNP 2016 itu semua menunjukan kondisi baik, direspon baik," tambah dia.
Apalagi besarnya dana asing yang masuk dan banyak korporasi yang melepas USD dapat mendorong penguatan pada nilai tukar rupiah. "Kami juga akan jaga rupiah sesuai fundamental ekonomi Indonesia dan kami juga akan jaga perekonomian Indonesia yang berkesinambungan," tandasnya.
(akr)