BBM Jenis Premium di Pangandaran Mulai Dihilangkan
A
A
A
PANGANDARAN - Bahan bakar minyak (BBM) jenis premium saat ini mulai dihilangkan di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Hal tersebut terjadi menyusul adanya wacana Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang akan menghilangkan premium secara bertahap.
Salah satu anggota Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Kabupaten Pangandaran sekaligus pengusaha SPBU, Agus Koswara mengatakan, sejak tanggal 8 Agustus 2016 pengiriman premium ke SPBU yang berada di Kabupaten Pangandaran sudah dihentikan.
“SPBU yang ada di wilayah Kabupaten Pangandaran ada tujuh, seluruhnya sudah tidak dikirim premium oleh pihak Pertamina,” kata Agus, Rabu (10/8/2016).
Masih dikatakan Agus, SPBU saat ini hanya menyediakan bahan bakar jenis pertalite, pertamax dan solar. Secara perhitungan ekonomis antara premium dengan pertalite dan pertamax pada dasarnya memiliki kesamaan.
“Kalau menggunakan premium satu liter bisa menempuh jarak 35 kilometer, menggunakan pertalite dan pertamax pun sama, malahan pertalite dan pertamax lebih irit dan ramah lingkungan,” tambah Agus.
Selain itu Agus menjelaskan, dari aspek teknologi, penggunaan premium dalam mesin berkompresi tinggi akan menyebabkan knocking sehingga menyebabkan tenaga mesin berkurang dan terjadi pemborosan.
“Keunggulan pertalite dan pertamax diantaranya dapat menerima tekanan pada mesin berkompresi tinggi sehingga dapat bekerja dengan optimal pada gerakan piston sehingga hasilnya tenaga mesin akan lebih maksimal dan bertenaga,” paparnya.
Agus mengimbau, masyarakat jangan khawatir dengan ditiadakan bahan bakar jenis premium karena pada dasarnya secara perhitungan ekonomis dan teknologi memiliki kesamaan.
Sementara salah satu warga Dusun Ciwaru, RT 02/05 Desa/Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, Maman Rusmayadi Sutawijaya merasa heran dengan dihilangkannya BBM jenis premium.
“Saya mengetahui kalau penghilangan premium itu diberlakukan di kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, tetapi kenapa di Kabupaten Pangandaran begitu cepat dihilangkan, ataukah Kabupaten Pangandaran termasuk kota besar? Padahal secara ekonomi masyarakat belum siap membeli BBM jenis pertalite dan pertamax,” heran Maman.
Maman pun merasa heran selama ini belum ada sosialisasi baik dari pihak pemerintah daerah atau pengelola SPBU, sehingga masyarakat tidak mengetahui kalau premium sudah dihilangkan.
Salah satu supir pedesaan rute Cijulang-Pangandaran, Andri mengatakan, kalau pun memang penghapusan premium di Pangandaran terjadi saat ini tidak masalah, tetapi tarif angkutan harus dinaikan.
“Tarif ongkos Cijulang-Pangandaran sekarang Rp5000, setoran saya ke majikan sehari Rp150 ribu, yang biasanya kita dapat keuntungan Rp75 ribu terpaksa harus mendapat Rp50 ribu,” kata Andri.
Andri berharap Organda bisa mengadaptasikan antara kebutuhan beban angkutan dengan penghasilan yang didapat oleh buruh supir pedesaan.
Salah satu pekerja SPBU di Kecamatan Parigi Engkus mengatakan, tidak ada pengiriman premium yang terjadi ke wilayah Kabupaten Pangandaran sudah terjadi jauh-jauh hari sebelum tanggal 8 Agustus 2016.
“Awalnya saya sering mendapat pertanyaan dari konsumen terkait tidak adanya premium, sebelumnya sempat bingung menjawab lantaran sebelum tanggal 8 Agustus 2016 belum ada surat resmi dari pertamina,” kata Engkus.
Namun setelah ada surat dari Pertamina, Engkus bisa menjelaskan kalau BBM jenis premium di Kabupaten Pangandaran sudah dihilangkan.
Salah satu anggota Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Kabupaten Pangandaran sekaligus pengusaha SPBU, Agus Koswara mengatakan, sejak tanggal 8 Agustus 2016 pengiriman premium ke SPBU yang berada di Kabupaten Pangandaran sudah dihentikan.
“SPBU yang ada di wilayah Kabupaten Pangandaran ada tujuh, seluruhnya sudah tidak dikirim premium oleh pihak Pertamina,” kata Agus, Rabu (10/8/2016).
Masih dikatakan Agus, SPBU saat ini hanya menyediakan bahan bakar jenis pertalite, pertamax dan solar. Secara perhitungan ekonomis antara premium dengan pertalite dan pertamax pada dasarnya memiliki kesamaan.
“Kalau menggunakan premium satu liter bisa menempuh jarak 35 kilometer, menggunakan pertalite dan pertamax pun sama, malahan pertalite dan pertamax lebih irit dan ramah lingkungan,” tambah Agus.
Selain itu Agus menjelaskan, dari aspek teknologi, penggunaan premium dalam mesin berkompresi tinggi akan menyebabkan knocking sehingga menyebabkan tenaga mesin berkurang dan terjadi pemborosan.
“Keunggulan pertalite dan pertamax diantaranya dapat menerima tekanan pada mesin berkompresi tinggi sehingga dapat bekerja dengan optimal pada gerakan piston sehingga hasilnya tenaga mesin akan lebih maksimal dan bertenaga,” paparnya.
Agus mengimbau, masyarakat jangan khawatir dengan ditiadakan bahan bakar jenis premium karena pada dasarnya secara perhitungan ekonomis dan teknologi memiliki kesamaan.
Sementara salah satu warga Dusun Ciwaru, RT 02/05 Desa/Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, Maman Rusmayadi Sutawijaya merasa heran dengan dihilangkannya BBM jenis premium.
“Saya mengetahui kalau penghilangan premium itu diberlakukan di kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, tetapi kenapa di Kabupaten Pangandaran begitu cepat dihilangkan, ataukah Kabupaten Pangandaran termasuk kota besar? Padahal secara ekonomi masyarakat belum siap membeli BBM jenis pertalite dan pertamax,” heran Maman.
Maman pun merasa heran selama ini belum ada sosialisasi baik dari pihak pemerintah daerah atau pengelola SPBU, sehingga masyarakat tidak mengetahui kalau premium sudah dihilangkan.
Salah satu supir pedesaan rute Cijulang-Pangandaran, Andri mengatakan, kalau pun memang penghapusan premium di Pangandaran terjadi saat ini tidak masalah, tetapi tarif angkutan harus dinaikan.
“Tarif ongkos Cijulang-Pangandaran sekarang Rp5000, setoran saya ke majikan sehari Rp150 ribu, yang biasanya kita dapat keuntungan Rp75 ribu terpaksa harus mendapat Rp50 ribu,” kata Andri.
Andri berharap Organda bisa mengadaptasikan antara kebutuhan beban angkutan dengan penghasilan yang didapat oleh buruh supir pedesaan.
Salah satu pekerja SPBU di Kecamatan Parigi Engkus mengatakan, tidak ada pengiriman premium yang terjadi ke wilayah Kabupaten Pangandaran sudah terjadi jauh-jauh hari sebelum tanggal 8 Agustus 2016.
“Awalnya saya sering mendapat pertanyaan dari konsumen terkait tidak adanya premium, sebelumnya sempat bingung menjawab lantaran sebelum tanggal 8 Agustus 2016 belum ada surat resmi dari pertamina,” kata Engkus.
Namun setelah ada surat dari Pertamina, Engkus bisa menjelaskan kalau BBM jenis premium di Kabupaten Pangandaran sudah dihilangkan.
(ven)