#BarterRezeki Amar Bank Dukung Pertumbuhan Inklusi Keuangan
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Amar Indonesia (Amar Bank) melalui produk Financial Technology (FinTech) Tunaiku menggagas inovasi pada semester II 2016 ini lewat gerakan sosial #BarterRezeki. Tujuannya, untuk mendukung pertumbuhan inklusi keuangan di Indonesia.
Direktur Amar Bank Vishal Tulsian mengatakan, ada tiga hal yang diharapkan dari gerakan sosial ini. Pertama, mendekatkan individu yang memiliki masalah keuangan guna memperoleh dana pinjaman supaya terjamin keamanannya dari rentenir.
Kemudian, kata dia, gerakan ini juga membantu setiap individu yang memiliki fasilitas kredit untuk secara sadar dan tertib dalam melakukan pembayaran. "Selanjutnya, sesuai dengan namanya, bagi individu yang telah membantu orang lain dalam berupaya mendapatkan pinjaman melalui akses www.tunaiku.com juga akan mendapatkan rezeki," ujarnya melalui keterangan tertulis yang diterima Sindonews di Jakarta, Sabtu (13/8/2016).
Menurutnya, #BarterRezki mudah dilakukan karena sekitar 50% dari populasi di negara ini sudah terbiasa dengan koneksi internet. Sehingga, tidak menyulitkan bagi mereka yang bertransaksi keuangan melalui perangkat elektronik.
"Langkah ini sekaligus turut menopang target penyaluran kredit Tunaiku sebesar Rp 200 miliar pada akhir tahun 2016,” kata Vishal.
Dia menjelaskan, agar dapat menjadi bagian dari gerakan ini hanya memerlukan tiga tahapan. Pertama, harus membuat kode referral terlebih dahulu, Tunaiku memberikan kebebasan dalam mengkreasikan kode tersebut.
Kedua, lanjut Vishal, setelah mendapatkan verifikasi oleh Tunaiku melalui SMS maka Anda dapat mulai menyebarkannya ke setiap kawan, kerabat, maupun keluarga melalui SMS, e-mail, chat, BBM, Twitter, atau Facebook. "Lalu yang ketiga, setiap individu yang memasukkan kode referral Anda saat mengajukan pinjaman di Tunaiku maka Anda mendapatkan kredit sebesar Rp35 ribu," pungkasnya.
Sekedar informasi, berdasarkan rilis data Global Financial Inclusion Index 2014 yang dikeluarkan oleh Bank Dunia, persentase inklusi keuangan di Indonesia masih berada di angka 36%. Jumlah ini tergolong lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya, misalnya Thailand (78%), Malaysia (81%), India (53%), Nigeria (44%), Tanzania (40%), dan Kenya (75%).
Direktur Amar Bank Vishal Tulsian mengatakan, ada tiga hal yang diharapkan dari gerakan sosial ini. Pertama, mendekatkan individu yang memiliki masalah keuangan guna memperoleh dana pinjaman supaya terjamin keamanannya dari rentenir.
Kemudian, kata dia, gerakan ini juga membantu setiap individu yang memiliki fasilitas kredit untuk secara sadar dan tertib dalam melakukan pembayaran. "Selanjutnya, sesuai dengan namanya, bagi individu yang telah membantu orang lain dalam berupaya mendapatkan pinjaman melalui akses www.tunaiku.com juga akan mendapatkan rezeki," ujarnya melalui keterangan tertulis yang diterima Sindonews di Jakarta, Sabtu (13/8/2016).
Menurutnya, #BarterRezki mudah dilakukan karena sekitar 50% dari populasi di negara ini sudah terbiasa dengan koneksi internet. Sehingga, tidak menyulitkan bagi mereka yang bertransaksi keuangan melalui perangkat elektronik.
"Langkah ini sekaligus turut menopang target penyaluran kredit Tunaiku sebesar Rp 200 miliar pada akhir tahun 2016,” kata Vishal.
Dia menjelaskan, agar dapat menjadi bagian dari gerakan ini hanya memerlukan tiga tahapan. Pertama, harus membuat kode referral terlebih dahulu, Tunaiku memberikan kebebasan dalam mengkreasikan kode tersebut.
Kedua, lanjut Vishal, setelah mendapatkan verifikasi oleh Tunaiku melalui SMS maka Anda dapat mulai menyebarkannya ke setiap kawan, kerabat, maupun keluarga melalui SMS, e-mail, chat, BBM, Twitter, atau Facebook. "Lalu yang ketiga, setiap individu yang memasukkan kode referral Anda saat mengajukan pinjaman di Tunaiku maka Anda mendapatkan kredit sebesar Rp35 ribu," pungkasnya.
Sekedar informasi, berdasarkan rilis data Global Financial Inclusion Index 2014 yang dikeluarkan oleh Bank Dunia, persentase inklusi keuangan di Indonesia masih berada di angka 36%. Jumlah ini tergolong lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya, misalnya Thailand (78%), Malaysia (81%), India (53%), Nigeria (44%), Tanzania (40%), dan Kenya (75%).
(ven)