BPS Beberkan Penyebab Neraca Perdagangan RI Turun
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) menyadari bahwa menurunnya nilai ekspor dan impor pada Juli tahun ini bukan tanpa ada alasan. Setidaknya ada beberapa faktor yang memengaruhi ekspr dan impor melempem, sehingga menyebabkan neraca perdagangan menurun, meski masih surplus.
(Baca: Ekspor-Impor Turun, Neraca Perdagangan RI Juli Surplus USD598 M)
"Kami menduga ada dua hal yang memengaruhi. Pertama karena pada awal Juli 2016 kita ada hari besar Lebaran, sehingga banyak pabrik perusahaan besar yang tutup lantaran libur, karyawannya pada mudik semua," kata Kepala BPS Suryamin di Kantornya, Jakarta, Senin (15/8/2016).
Suryamin mengatakan, total efektif hari kerja karyawan pada bulan tersebut ditaksir BPS hanya 16 hari kerja. Sisanya merupakan cuti bersama atau cuti yang diambil karyawan secara pribadi.
"Kalau mereka ambil cuti baik pribadi maupun bersama otomatis kegiatan produksi barang juga terhenti. Jadi kalau ada permintaan-permintaan barang atau mau impor juga kegiatannya terhenti untuk sementara," imbuh dia.
Kedua, dampak dari belum pulihnya perekonomian global yang juga turut memengaruhi nilai ekspor impor Indonesia terutama untuk beberapa negara mitra dagang dalam negeri.
"Ya kita tidak bisa pungkiri memang perekonomian global belum pulih. Jadi dampaknya pasti ke permintaan dan kegiatan dagang negara-negara mitra kita," pungkas dia.
Seperti diketahui, neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2016 surplus USD598,3 juta dengan total ekspor Rp9,51 miliar dan impor USD8,92 miliar. Secara month to month baik ekspor maupun impor terjadi penurunan, dimana ekspor secara bulanan menurun 26,67% dibanding bulan sebelumya dan impor secara bulanan juga menurun 26,28% dibanding Juni 2016.
(Baca: Ekspor-Impor Turun, Neraca Perdagangan RI Juli Surplus USD598 M)
"Kami menduga ada dua hal yang memengaruhi. Pertama karena pada awal Juli 2016 kita ada hari besar Lebaran, sehingga banyak pabrik perusahaan besar yang tutup lantaran libur, karyawannya pada mudik semua," kata Kepala BPS Suryamin di Kantornya, Jakarta, Senin (15/8/2016).
Suryamin mengatakan, total efektif hari kerja karyawan pada bulan tersebut ditaksir BPS hanya 16 hari kerja. Sisanya merupakan cuti bersama atau cuti yang diambil karyawan secara pribadi.
"Kalau mereka ambil cuti baik pribadi maupun bersama otomatis kegiatan produksi barang juga terhenti. Jadi kalau ada permintaan-permintaan barang atau mau impor juga kegiatannya terhenti untuk sementara," imbuh dia.
Kedua, dampak dari belum pulihnya perekonomian global yang juga turut memengaruhi nilai ekspor impor Indonesia terutama untuk beberapa negara mitra dagang dalam negeri.
"Ya kita tidak bisa pungkiri memang perekonomian global belum pulih. Jadi dampaknya pasti ke permintaan dan kegiatan dagang negara-negara mitra kita," pungkas dia.
Seperti diketahui, neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2016 surplus USD598,3 juta dengan total ekspor Rp9,51 miliar dan impor USD8,92 miliar. Secara month to month baik ekspor maupun impor terjadi penurunan, dimana ekspor secara bulanan menurun 26,67% dibanding bulan sebelumya dan impor secara bulanan juga menurun 26,28% dibanding Juni 2016.
(izz)