Ini Kata Pengamat soal BI Revisi Pertumbuhan Ekonomi RI

Minggu, 21 Agustus 2016 - 21:32 WIB
Ini Kata Pengamat soal...
Ini Kata Pengamat soal BI Revisi Pertumbuhan Ekonomi RI
A A A
JAKARTA - Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, salah satu faktor yang melatarbelakangi Bank Indonesia (BI) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dalam negeri adalah ketatnya kebijakan fiskal yang ditandai dengan pemangkasan belanja pemerintah pusat yang berpotensi menghambat investasi publik dari pencairan anggaran pemerintah.

Selain itu, dia juga berfikir BI juga melihat bahwa investasi sektor swasta belum akan cukup signifikan mendorong pertumbuhan ekonomi meski siklus bisnis menunjukkan beberapa sektor ekonomi menunjukkan tanda tanda pemulihan.

"Sementara, dampak tax amnesty khususnya dari repatriasi aset belum akan terlihat tahun ini sehingga investasi secara keseluruhan khususnya investasi pada sektor riil yang daya dongkraknya pada pertumbuhan ekonomi lebih besar, juga belum akan signifikan," kata Josua, Minggu (21/8/2016).

Dari sisi spasial, ekonomi Indonesia masih akan didominasi perekonomian pulau Jawa yang menjadi pusat industri manufaktur. Sementara, Sumatera dan Kalimantan yang masih mengandalkan komoditas alam seperti gas alam, minyak bumi, CPO dan batu bara diperkirakan masih akan cenderung stagnan seiring belum ada sinyal peningkatan harga komoditas global.

"Namun, ekonomi yang mengandalkan pariwisata seperti Bali dan Nusa Tenggara diperkirkan masih akan tumbuh dengan pace yang cukup tinggi, diikuti ekonomi Kawasan Indonesia Timur (Sulawesi)," paparnya.

Sebelumnya, BI merevisi laju pertumbuhan ekonomi 2016 menjadi kisaran 4,9%-5,3% dari yang sebelumnya sebesar 5%-5,4%. Hal tersebut sebagai indikasi penyesuaian fiskal oleh pemerintah, di mana penghematan belanja pemerintah pada semester II/2016 berpotensi menurunkan pertumbuhan.

"Sehingga, dalam konteks ini BI memandang itu sesuatu yang diperlukan untuk memperbaiki atau mendukung kinerja pertumbuhan ekonomi," kata Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo.
(izz)
Berita Terkait
Indonesia Butuh Rp47.587,3...
Indonesia Butuh Rp47.587,3 Triliun untuk Pertumbuhan Ekonomi 8%
Bahaya! Deflasi Hantam...
Bahaya! Deflasi Hantam Ekonomi RI 5 Bulan Beruntun
Prabowo Sering Diejek...
Prabowo Sering Diejek karena Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 8%
Pertumbuhan Ekonomi...
Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan Kuartal I Tahun 2024
Dorong Industri Event...
Dorong Industri Event untuk Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Prospek Bisnis Seiring...
Prospek Bisnis Seiring Pertumbuhan Ekonomi RI
Berita Terkini
Diproduksi di Solo,...
Diproduksi di Solo, GSP Siap Pasok Kain American Drill ke Pasar Domestik dan Global
38 menit yang lalu
Pemprov DKI Jakarta...
Pemprov DKI Jakarta Diskon Bayar PBB-P2 Tahun 2025, Catat Tanggalnya
1 jam yang lalu
10 Saham Paling Boncos...
10 Saham Paling Boncos dalam Sepekan 21-25 April 2025, Intip Daftarnya
1 jam yang lalu
Kolaborasi Perusahaan...
Kolaborasi Perusahaan Asuransi Ini dan Perbankan Hadirkan Perlindungan Unik
1 jam yang lalu
Status Ojol Bakal Diubah...
Status Ojol Bakal Diubah Jadi Pelaku UMKM, Grab Beri Catatan Ini
1 jam yang lalu
Dengar Curhat Pelaku...
Dengar Curhat Pelaku Ekraf Jatim, Yovie Widianto: Tingkatkan Daya Saing dengan Teknologi
2 jam yang lalu
Infografis
Ini Alasan Mengapa Tanaman...
Ini Alasan Mengapa Tanaman Ganja Harus Ditanam di Ketinggian
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved