Perusahaan Raksasa Bir Asal China Dihantam Perlambatan Ekonomi
A
A
A
BEIJING - Tsingtao Brewery, yang merupakan perusahaan produsen bir terbesar kedua di China melaporkan mengalami penurunan tajam dalam hal keuntungan. Pada periode enam bulan sampai dengan Juni, laba bersih perusahaan tercatat anjlok 11% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 1,07 miliar yuan atau setara dengan USD160 juta.
Dilansir BBCnews, Rabu (31/8/2016) ini menjadi pelemahan laba pertama kali pada semester pertama sejak 2012, lalu. Perlambatan ekonomi telah memukul pengeluaran di sektor konsumen China dan penjualan bir juga terkena dampak pengaruh cuaca buruk termasuk banjir untuk membuat keuntungan perusahaan merosot.
Selain itu Tsingtao juga menghadapi peningkatan persaingan dari merek bir asing yang masuk ke Negeri Tirai Bambu -julukan China-. Konsumsi China yang mencapai seperempat dari konsumsi bir di dunia, membuat mereka menjadi pasar yang sangat menarik bagi perusahaan-perusahaan minuman dari luar negeri.
Tapi sayang hal itu justru membuat perusahaan minumal lokal mulai tergerus seiring perjuangan mereka untuk mencetak keuntungan. Situasi ini diperparah dengan kondisi perlambatan ekonomi China, sehingga membuat konsumen mengekang pengeluaran mereka.
Pertumbuhan penjualan ritel jatuh pada Juli sebesar 10,2% ketika pada Juni sempat meningkat 10,6%.
Dilansir BBCnews, Rabu (31/8/2016) ini menjadi pelemahan laba pertama kali pada semester pertama sejak 2012, lalu. Perlambatan ekonomi telah memukul pengeluaran di sektor konsumen China dan penjualan bir juga terkena dampak pengaruh cuaca buruk termasuk banjir untuk membuat keuntungan perusahaan merosot.
Selain itu Tsingtao juga menghadapi peningkatan persaingan dari merek bir asing yang masuk ke Negeri Tirai Bambu -julukan China-. Konsumsi China yang mencapai seperempat dari konsumsi bir di dunia, membuat mereka menjadi pasar yang sangat menarik bagi perusahaan-perusahaan minuman dari luar negeri.
Tapi sayang hal itu justru membuat perusahaan minumal lokal mulai tergerus seiring perjuangan mereka untuk mencetak keuntungan. Situasi ini diperparah dengan kondisi perlambatan ekonomi China, sehingga membuat konsumen mengekang pengeluaran mereka.
Pertumbuhan penjualan ritel jatuh pada Juli sebesar 10,2% ketika pada Juni sempat meningkat 10,6%.
(akr)