Apindo: Ketahanan Energi Indonesia Mengkhawatirkan
A
A
A
JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan, saat ini kondisi ketahanan energi nasional berada dalam kondisi cukup mengkhawatirkan. Salah satu indikasinya ketersediaan stok BBM nasional yang hanya 20-25 hari saja.
Minimnya ketersediaan BBM di dalam negeri terjadi akibat ketergantungan impor minyak mentah maupun BBM yang tidak lagi sebanding dengan tingkat konsumsi nasional.
"Konsumsi yang tidak sebanding dengan produksi secara alamiah akan menimbulkan persoalan harga dan ketersediaan,” ujar Ketua Apindo Hariyadi Sukamdani di Jakarta, Kamis (8/9/2016).
Menurut Hariyadi, ketersediaan listrik juga menjadi syarat utama bagi investor menanamkan modalnya di suatu daerah. Program 35 ribu Mega Watt (MW) yang dicanangkan Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla juga penting mendapat perhatian khusus.
Sebagaimana diketahui, ketersediaan energi listrik mempunyai peranan vital dalam pengembangan sektor industri. Namun, untuk mencapai target 35 ribu MW hingga 2019 mendatang, diyakini bukanlah persoalan mudah.
“Sumbatan birokrasi maupun aspek finansialnya menjadi rintangan yang masih harus terus dicarikan solusi," tutur Hariyadi. (Baca: Arcandra Tahar Ungkap Bisnis Energi RI Tak Transparan)
Sementara, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, konsumsi energi diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk. Karena itu, teknologi di sektor energi harus terus dikembangkan untuk mencapai ketersediaan energi.
“Energi adalah pijakan berbagai aktivitas ekonomi dan sosial mayarakat. Ketersediaan energi juga salah satu tantangan besar bagi pengembangan tahapan-tahapan industrialisasi," pungkas Rosan.
Minimnya ketersediaan BBM di dalam negeri terjadi akibat ketergantungan impor minyak mentah maupun BBM yang tidak lagi sebanding dengan tingkat konsumsi nasional.
"Konsumsi yang tidak sebanding dengan produksi secara alamiah akan menimbulkan persoalan harga dan ketersediaan,” ujar Ketua Apindo Hariyadi Sukamdani di Jakarta, Kamis (8/9/2016).
Menurut Hariyadi, ketersediaan listrik juga menjadi syarat utama bagi investor menanamkan modalnya di suatu daerah. Program 35 ribu Mega Watt (MW) yang dicanangkan Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla juga penting mendapat perhatian khusus.
Sebagaimana diketahui, ketersediaan energi listrik mempunyai peranan vital dalam pengembangan sektor industri. Namun, untuk mencapai target 35 ribu MW hingga 2019 mendatang, diyakini bukanlah persoalan mudah.
“Sumbatan birokrasi maupun aspek finansialnya menjadi rintangan yang masih harus terus dicarikan solusi," tutur Hariyadi. (Baca: Arcandra Tahar Ungkap Bisnis Energi RI Tak Transparan)
Sementara, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, konsumsi energi diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk. Karena itu, teknologi di sektor energi harus terus dikembangkan untuk mencapai ketersediaan energi.
“Energi adalah pijakan berbagai aktivitas ekonomi dan sosial mayarakat. Ketersediaan energi juga salah satu tantangan besar bagi pengembangan tahapan-tahapan industrialisasi," pungkas Rosan.
(ven)