TPID Waspadai Lonjakan Harga Daging Sapi
A
A
A
YOGYAKARTA - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Daerah Istimewa Yogyakarta mewaspadai lonjakan harga daging sapi di bulan Oktober mendatang. Pasalnya, sampai saat ini masih ada kekhawatiran kemungkinan menipisnya pasokan sapi akibat berkurangnya sapi bakalan yang ada.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia selaku bagian dari TPID, Arief Budi Santosa mengaku sampai saat ini belum memiliki data resmi terkait dengan stok sapi yang ada di Yogyakarta. Pasokan sapi di Yogyakarta selama hajatan Idul Adha kemarin aman karena selama ini sapi-sapi yang datang ke Yogyakarta untuk kurban bisa berasal dari manapun. "Karena pasokannya dari berbagai wilayah maka bisa banyak," tuturnya, Sabtu (17/9/2016).
Hanya saja, lanjutnya, kemungkinan adanya sapi bakalan yang disembelih selama perayaan Idul Adha lalu bisa saja terjadi. Karena kontrol yang dilakukan beberapa pihak tak menjamin adanya sapi yang belum cukup umur ternyata harus disembelih. Sehingga stok sapi yang akan disembelih paska Idul Adha menjadi berkurang atau minim.
Untuk sementara, yaitu bulan September ini memang belum terasa dampaknya. Karena stoknya kemungkinan masih aman. Namun, pihaknya mewaspadai efeknya akan terasa bulan depan yaitu Oktober. Akibat pasokan sapi bakalan yang menipis maka bisa memicu kenaikan harga daging sapi di pasaran.
Saat ini pihaknya tengah menganalisa dan melakukan pendataan stok sapi. Sementara untuk mengendalikan harga daging sapi, pihaknya sepenuhnya mengikuti strategi yang dilakukan Badan Urusan Logistik (Bulog). Bulog diberi kewenangan untuk melakukan pengendalian harga berbagai komoditas melalui mekanisme mereka. "Kemungkinan operasi pasar atau apa langkah yang digunakan kami serahkan ke Bulog," ujarnya.
Meski keran impor daging sapi dilakukan pemerintah untuk mengendalikan harga, bisa saja terjadi. Namun, menjadi pertanyaan apakah daging sapi impor tersebut sampai ke Yogyakarta, semuanya masih tergantung Bulog. Pasalnya, Bulog memiliki pengalaman jika daging sapi impor di Yogyakarta tidak diminati masyarakat. Kecenderungan masyarakat Yogyakarta lebih menyukai daging segar yang baru saja disembelih.
Ia tetap berharap stok sapi di Yogyakarta tetap aman sampai kapanpun. Iapun meminta kepada instansi terkait untuk dapat mengendalikan stok sapi di wilayah ini. Menurutnya, mekanisme lalu lintas perdagangan sapi yang ada saat ini harus diperbaiki demi menjaga ketersediaan pasokan. Agar kelangkaan tidak lagi terjadi seperti beberapa bulan lalu menjelang lebaran. "Kalau stok cukup maka harga tidak akan melonjak," terangnya.
Ketua Paguyuban Pengusaha Daging Sapi Segoroyoso (PPDSS) Pleret, Bantul Ilham Akhmadi mengatakan jumlah sapi yang ada di Yogyakarta sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan daging sapi di wilayah ini. Akibatnya, harga sapi diperkirakan akan terus mengalami kenaikan dalam beberapa tahun ke depan. Minimnya stok sapi tersebut akibat dari penyembelihan yang kurang terkontrol oleh warga.
Meski pemerintah mengklaim kekurangan sapi memadai, tetapi pihaknya justru memperkirakan pasokan sapi sangat kurang. Ia pun meragukan kondisi riil populasi sapi di Yogyakarta jauh dari angka yang disampaikan pemerintah.
Karena selama ini tidak pernah ada data valid terkait dengan stok sapi yang ada di Yogyakarta. "Jika melihat kondisi di lapangan angkanya bahkan tidak sampai 40.000 ekor," ungkap Ilham.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia selaku bagian dari TPID, Arief Budi Santosa mengaku sampai saat ini belum memiliki data resmi terkait dengan stok sapi yang ada di Yogyakarta. Pasokan sapi di Yogyakarta selama hajatan Idul Adha kemarin aman karena selama ini sapi-sapi yang datang ke Yogyakarta untuk kurban bisa berasal dari manapun. "Karena pasokannya dari berbagai wilayah maka bisa banyak," tuturnya, Sabtu (17/9/2016).
Hanya saja, lanjutnya, kemungkinan adanya sapi bakalan yang disembelih selama perayaan Idul Adha lalu bisa saja terjadi. Karena kontrol yang dilakukan beberapa pihak tak menjamin adanya sapi yang belum cukup umur ternyata harus disembelih. Sehingga stok sapi yang akan disembelih paska Idul Adha menjadi berkurang atau minim.
Untuk sementara, yaitu bulan September ini memang belum terasa dampaknya. Karena stoknya kemungkinan masih aman. Namun, pihaknya mewaspadai efeknya akan terasa bulan depan yaitu Oktober. Akibat pasokan sapi bakalan yang menipis maka bisa memicu kenaikan harga daging sapi di pasaran.
Saat ini pihaknya tengah menganalisa dan melakukan pendataan stok sapi. Sementara untuk mengendalikan harga daging sapi, pihaknya sepenuhnya mengikuti strategi yang dilakukan Badan Urusan Logistik (Bulog). Bulog diberi kewenangan untuk melakukan pengendalian harga berbagai komoditas melalui mekanisme mereka. "Kemungkinan operasi pasar atau apa langkah yang digunakan kami serahkan ke Bulog," ujarnya.
Meski keran impor daging sapi dilakukan pemerintah untuk mengendalikan harga, bisa saja terjadi. Namun, menjadi pertanyaan apakah daging sapi impor tersebut sampai ke Yogyakarta, semuanya masih tergantung Bulog. Pasalnya, Bulog memiliki pengalaman jika daging sapi impor di Yogyakarta tidak diminati masyarakat. Kecenderungan masyarakat Yogyakarta lebih menyukai daging segar yang baru saja disembelih.
Ia tetap berharap stok sapi di Yogyakarta tetap aman sampai kapanpun. Iapun meminta kepada instansi terkait untuk dapat mengendalikan stok sapi di wilayah ini. Menurutnya, mekanisme lalu lintas perdagangan sapi yang ada saat ini harus diperbaiki demi menjaga ketersediaan pasokan. Agar kelangkaan tidak lagi terjadi seperti beberapa bulan lalu menjelang lebaran. "Kalau stok cukup maka harga tidak akan melonjak," terangnya.
Ketua Paguyuban Pengusaha Daging Sapi Segoroyoso (PPDSS) Pleret, Bantul Ilham Akhmadi mengatakan jumlah sapi yang ada di Yogyakarta sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan daging sapi di wilayah ini. Akibatnya, harga sapi diperkirakan akan terus mengalami kenaikan dalam beberapa tahun ke depan. Minimnya stok sapi tersebut akibat dari penyembelihan yang kurang terkontrol oleh warga.
Meski pemerintah mengklaim kekurangan sapi memadai, tetapi pihaknya justru memperkirakan pasokan sapi sangat kurang. Ia pun meragukan kondisi riil populasi sapi di Yogyakarta jauh dari angka yang disampaikan pemerintah.
Karena selama ini tidak pernah ada data valid terkait dengan stok sapi yang ada di Yogyakarta. "Jika melihat kondisi di lapangan angkanya bahkan tidak sampai 40.000 ekor," ungkap Ilham.
(ven)