Indeks Pulang Melemah 19,35 Poin Akibat Sentimen The Fed
A
A
A
JAKARTA - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHGS) pada penutupan perdagangan Selasa (20/9/2016) harus terhenti untuk berlari. IHSG ditutup berbalik arah dengan melemah sebesar 19,35 poin atau 0,36% ke 5.302,49.
Melemahnya IHSG mulai terpantau menjelang sesi I perdagangan. Dan pada jeda siang, indeks terkulai 15,21 poin atau 0,29% ke level 5.306,64.
Sebelumnya, di awal hari ini, indeks dibuka cerah meski hanya naik tipis 1,46 poin atau 0,03% ke posisi 5.323,30.
Lesunya IHSG akibat sentimen pelaku pasar yang sedang bersiap-siap menyambut keputusan The Fed dan Bank of Japan (BoJ) pada besok Rabu. Hal serupa juga berdampak kepada bursa Asia yang berakhir variatif.
Melansir dari CNBC, Selasa (20/9/2016), indeks utama Jepang, Nikkei 225 ditutup turun 27,14 poin atau 0,16% ke level 16.492,15. Namun indeks Topix menguat 5,47 poin atau 0,42% ke 1.316,97.
Melintasi Selat Korea, Kospi naik 9,93 poin atau 0,49% ke 2.025,71. Di Australia, patokan ASX 200 ditutup naik 8,8 poin atau 0,17% pada 5.303,60, dengan sebagian besar sektor menguat, terutama sektor energi yang bertambah 0,93%.
Di Hong Kong, indeks Hang Seng berakhir hampir datar di 23.543,36. Pasar Cina daratan juga ditutup hampir datar, dengan komposit Shanghai di 3.023,30 dan Shenzhen berada di 2.000,06.
Kepala analis pasar di CMC Markets, Ric Spooner mengatakan variatifnya bursa Asia karena pergerakan pasar sedang mengantisipasi seputar kebijakan moneter dari Federal Reserve AS dan BoJ pada besok Rabu. "Pasar tampaknya membentuk konsensus dari keseimbangan antara risiko dan keuntungan," katanya.
Spooner menambahkan pasar kemungkinan besar akan tetap relatif tidak aktif hingga keputusan bank sentral diumumkan pada esok Rabu. Hal ini juga diamini Kepala Strategi Perusahaan Pialang IG, Chris Weston. "Tidak ada yang bisa membayangkan (kondisi bursa), karena tidak ada orang yang siap mengambil risiko terlalu banyak," ujarnya kepada CNBC.
Di bursa Indonesia, dari 403 saham yang diperdagangkan, 110 saham menguat, 192 turun, dan 101 stagnan. Mayoritas sektor saham melemah, dimana sektor konsumer terperosok paling dalam sebesar 1,22%. Disusul oleh sektor manufaktur yang jatuh 0,65%. Sedangkan sektor perkebunan memimpin di zona positif naik 0,57%.
Nilai transaksi saham mencapai Rp6,40 triliun dari 8,011 miliar saham yang diperdagangkan. Sementara itu, nilai transaksi bersih asing negatif Rp458 miliar dengan aksi jual asing Rp2,589 triliun berbanding Rp2,130 triliun. Para investor tampaknya memilih melakukan aksi jual karena tidak ingin mengambil risiko ditengah-tengah jelang keputusan The Fed dan BoJ.
Sementara itu saham-saham yang mencetak laba adalah KBLV, AMFG, BBNI, ABDA, ASII, dan BJBR. Dan yang merugi antara lain: GGRM, IBST, PGAS, LPGI, TSPC.
Melemahnya IHSG mulai terpantau menjelang sesi I perdagangan. Dan pada jeda siang, indeks terkulai 15,21 poin atau 0,29% ke level 5.306,64.
Sebelumnya, di awal hari ini, indeks dibuka cerah meski hanya naik tipis 1,46 poin atau 0,03% ke posisi 5.323,30.
Lesunya IHSG akibat sentimen pelaku pasar yang sedang bersiap-siap menyambut keputusan The Fed dan Bank of Japan (BoJ) pada besok Rabu. Hal serupa juga berdampak kepada bursa Asia yang berakhir variatif.
Melansir dari CNBC, Selasa (20/9/2016), indeks utama Jepang, Nikkei 225 ditutup turun 27,14 poin atau 0,16% ke level 16.492,15. Namun indeks Topix menguat 5,47 poin atau 0,42% ke 1.316,97.
Melintasi Selat Korea, Kospi naik 9,93 poin atau 0,49% ke 2.025,71. Di Australia, patokan ASX 200 ditutup naik 8,8 poin atau 0,17% pada 5.303,60, dengan sebagian besar sektor menguat, terutama sektor energi yang bertambah 0,93%.
Di Hong Kong, indeks Hang Seng berakhir hampir datar di 23.543,36. Pasar Cina daratan juga ditutup hampir datar, dengan komposit Shanghai di 3.023,30 dan Shenzhen berada di 2.000,06.
Kepala analis pasar di CMC Markets, Ric Spooner mengatakan variatifnya bursa Asia karena pergerakan pasar sedang mengantisipasi seputar kebijakan moneter dari Federal Reserve AS dan BoJ pada besok Rabu. "Pasar tampaknya membentuk konsensus dari keseimbangan antara risiko dan keuntungan," katanya.
Spooner menambahkan pasar kemungkinan besar akan tetap relatif tidak aktif hingga keputusan bank sentral diumumkan pada esok Rabu. Hal ini juga diamini Kepala Strategi Perusahaan Pialang IG, Chris Weston. "Tidak ada yang bisa membayangkan (kondisi bursa), karena tidak ada orang yang siap mengambil risiko terlalu banyak," ujarnya kepada CNBC.
Di bursa Indonesia, dari 403 saham yang diperdagangkan, 110 saham menguat, 192 turun, dan 101 stagnan. Mayoritas sektor saham melemah, dimana sektor konsumer terperosok paling dalam sebesar 1,22%. Disusul oleh sektor manufaktur yang jatuh 0,65%. Sedangkan sektor perkebunan memimpin di zona positif naik 0,57%.
Nilai transaksi saham mencapai Rp6,40 triliun dari 8,011 miliar saham yang diperdagangkan. Sementara itu, nilai transaksi bersih asing negatif Rp458 miliar dengan aksi jual asing Rp2,589 triliun berbanding Rp2,130 triliun. Para investor tampaknya memilih melakukan aksi jual karena tidak ingin mengambil risiko ditengah-tengah jelang keputusan The Fed dan BoJ.
Sementara itu saham-saham yang mencetak laba adalah KBLV, AMFG, BBNI, ABDA, ASII, dan BJBR. Dan yang merugi antara lain: GGRM, IBST, PGAS, LPGI, TSPC.
(ven)