Harga Turun Drastis, Petani Tembakau Resah

Jum'at, 23 September 2016 - 04:14 WIB
Harga Turun Drastis,...
Harga Turun Drastis, Petani Tembakau Resah
A A A
DEMAK - Penurunan harga tembakau ke titik terendah pada tahun ini dikeluhkan oleh para petani di Desa Wonosekar Kecamatan Karangawen. Tembakau kering yang dulunya sempat mencapai harga Rp50.000, kini turun drastis di angka Rp5.000 sehingga membuat petani tembakau terpaksa beralih menanam jagung.

"Waduh, tembakau sekarang tidak ada yang mau membeli. Kalaupun ada hanya laku Rp5.000 per kilogram untuk tembakau rajang kering. Petani tidak untung dari hasil tanam tembakau, malah tombok banyak. Akhirnya, kami jual berapapun asalkan laku ketimbang tidak laku sama sekali," ucap seorang petani tembakau Faizin, 45.

Sedangkan Selamat,39, petani tembakau lain mengaku tembakau super yang dihasilkannya paling tinggi dibeli oleh pabrikan dengan harga Rp17.000. "Itu harga tertinggi, artinya bisa turun lagi," paparnya.

Menurutnya, lahan pertanian tembakau di wilayahnya terus berkurang, seiring merosotnya pendapatan petani dari hasil panen. Selain harga murah, petani juga kesulitan mencari pembeli. "Sudah susah jualnya, disamping itu harganya sangat murah. Sehingga petani tembakau memilih menanam yang lain, kalau daerah sini jagung," imbuhnya.

Sementara, Sekretaris Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Demak, Marzuki mengatakan, bahwa turunnya harga tembakau dipengaruhi oleh anomali cuaca dan penataan irigasi yang semrawut. "Air yang masuk ke lahan tembakau sulit keluarnya, sehingga mempengaruhi kadar air, selain anomali cuaca. Sehingga hasilnya kurang bagus," ungkap Marzuki.

Dia menerangkan lahan tembakau di Kabupaten Demak memang tiap tahun berkurang. Dari 1500 hektare, kini menjadi sekitar 750 hektare yang tersebar di Karangawen dan Mranggen. "Sedangkan soal harga tembakau saat ini memang hancur. Hasil jualnya belum menutupi biaya produksi," sambung dia.

"Satu hektare lahan dapat sekitar 1,5 kuintal tembakau kering tiap kali petik. Jika dijual hasilnya Rp3 juta dengan harga sekitar Rp20.000 per kilogramnya. Dalam musim tanam, bisa memetik empat sampai enam kali," ucapnya.

Diharapkannya, melemahnya harga tembakau ini perlu campur tangan pemerintah setempat untuk memulihkan ke kondisi normal. "Jika tidak, tembakau akan ditinggalkan dan hanya tinggal cerita. Padahal, Indonesia merupakan produsen tembakau terbanyak," tutupnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1452 seconds (0.1#10.140)