Mata Uang Komoditas Pulih, Rupiah Dibuka Melemah Tipis
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan hari ini dibuka melemah, meski masih berada di level Rp12.000/USD. Pelemahan ini di tengah menguatnya mata uang komoditas.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah dibuka di level Rp12.952/USD. Posisi ini melemah dari posisi kemarin di level Rp12.926/USD.
Menurut data Yahoo Finance, rupiah dibuka mendatar di Rp12.945/USD dengan kisaran harian Rp12.924-Rp12.953/USD. Namun, pada pukul pukul 10.00 WIB posisi rupiah terlihat semakin melemah hingga di posisi Rp12.951/USD.
Data Sindonews bersumber dari Limas, rupiah juga melemah tipis ke level Rp12.950/USD dibanding penutupan kemarin di posisi Rp12.949/USD.
Posisi rupiah menurut data Bloomberg pada pembukaan hari ini berada pada level Rp12.947/USD. Nilai tersebut memang menguat dari posisi kemarin di level Rp12.957/USD, namun pada pukul 10.000 WIB rupiah berada di level Rp12.954/USD.
Sementara dilansir Reuters, Kamis (29/9/2016), mata uang komoditas menguat setelah OPEC sepakat untuk memangkas produksi minyak dan menjadi kesepakatan pertama sejak 2008, meningkatkan harga minyak cukup tajam.
OPEC akan mengurangi produksi ke level 32,5-33,0 juta barel per hari, atau mengalami pengurangan sebesar 0,7-2,2% dari perkiraan produksi OPEC saat ini di level 33.240.000 barel per hari. Harga minyak naik dengan patokan minyak internasional, brent naik tertinggi dalam 2,5 bulan terakhir.
Perekonomian Kanada, yang sangat bergantung pada ekspor minyak, melihat mata uangnya menguat terhadap USD ke level 1,3068, setelah kemarin naik 0,9% dan menjadi kenaikan harian terbesar dalam sebulan.
Dolar Australia terhadap USD juga mencapai level tertinggi dalam tiga pekan ke 0,7696, sebagai negara ekspor berbagai sumber daya alam meskipun itu adalah pengimpor minyak.
Namun, beberapa analis memperingatkan bahwa kesepakatan pembatasan minyak meninggalkan rincian penting tentang berapa banyak masing-masing negara akan menghasilkan akan diputuskan pada pertemuan OPEC secara resmi berikutnya pada November.
"Bisa jadi semua orang berpikir bahwa mereka tidak memangkas produksi sendiri. Saya pikir pasar masih belum sepenuhnya yakin," kata Daisuke Uno, kepala strategi di Sumitomo Mitsui Bank.
Di sisi lain, USD naik terhadap yen ke level 100,92, merayap naik dari posisi rendah dalam satu bulan di level 100,085. hal ini didukung oleh pemulihan harga minyak yang berimbas pada sektor saham energi.
Sementara, euro terhadap USD sedikit berubah pada level 1,1222, pulih dari posisi rendah kemarin di level 1,1182 sebagian dibantu oleh kenaikan saham Deutsche Bank (DBKGn.DE).
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah dibuka di level Rp12.952/USD. Posisi ini melemah dari posisi kemarin di level Rp12.926/USD.
Menurut data Yahoo Finance, rupiah dibuka mendatar di Rp12.945/USD dengan kisaran harian Rp12.924-Rp12.953/USD. Namun, pada pukul pukul 10.00 WIB posisi rupiah terlihat semakin melemah hingga di posisi Rp12.951/USD.
Data Sindonews bersumber dari Limas, rupiah juga melemah tipis ke level Rp12.950/USD dibanding penutupan kemarin di posisi Rp12.949/USD.
Posisi rupiah menurut data Bloomberg pada pembukaan hari ini berada pada level Rp12.947/USD. Nilai tersebut memang menguat dari posisi kemarin di level Rp12.957/USD, namun pada pukul 10.000 WIB rupiah berada di level Rp12.954/USD.
Sementara dilansir Reuters, Kamis (29/9/2016), mata uang komoditas menguat setelah OPEC sepakat untuk memangkas produksi minyak dan menjadi kesepakatan pertama sejak 2008, meningkatkan harga minyak cukup tajam.
OPEC akan mengurangi produksi ke level 32,5-33,0 juta barel per hari, atau mengalami pengurangan sebesar 0,7-2,2% dari perkiraan produksi OPEC saat ini di level 33.240.000 barel per hari. Harga minyak naik dengan patokan minyak internasional, brent naik tertinggi dalam 2,5 bulan terakhir.
Perekonomian Kanada, yang sangat bergantung pada ekspor minyak, melihat mata uangnya menguat terhadap USD ke level 1,3068, setelah kemarin naik 0,9% dan menjadi kenaikan harian terbesar dalam sebulan.
Dolar Australia terhadap USD juga mencapai level tertinggi dalam tiga pekan ke 0,7696, sebagai negara ekspor berbagai sumber daya alam meskipun itu adalah pengimpor minyak.
Namun, beberapa analis memperingatkan bahwa kesepakatan pembatasan minyak meninggalkan rincian penting tentang berapa banyak masing-masing negara akan menghasilkan akan diputuskan pada pertemuan OPEC secara resmi berikutnya pada November.
"Bisa jadi semua orang berpikir bahwa mereka tidak memangkas produksi sendiri. Saya pikir pasar masih belum sepenuhnya yakin," kata Daisuke Uno, kepala strategi di Sumitomo Mitsui Bank.
Di sisi lain, USD naik terhadap yen ke level 100,92, merayap naik dari posisi rendah dalam satu bulan di level 100,085. hal ini didukung oleh pemulihan harga minyak yang berimbas pada sektor saham energi.
Sementara, euro terhadap USD sedikit berubah pada level 1,1222, pulih dari posisi rendah kemarin di level 1,1182 sebagian dibantu oleh kenaikan saham Deutsche Bank (DBKGn.DE).
(izz)