Faktor Pendorong Konsumsi Pertalite Meningkat Geser Premium
A
A
A
YOGYAKARTA - Pengetatan pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) premium, melalui larangan dengan jerigen dinilai mendorong konsumsi Bahan Bakar Khusus (BBK) terutama Pertalite meningkat dua kali lipat di wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kini, market share Pertalite paling tinggi di antara produk-produk lain, bahkan telah menggeser konsumsi premium di posisi kedua.
(Baca Juga: Penjualan Premium Turun, Kini Pertalite Jadi Primadona Baru)
Communication dan Relations Pertamina Jawa Bagian Tengah (JBT) Area Jawa Tengah dan DIY Didi Andrian Indra Kusuma mengatakan, kebijakan larangan membeli premium dengan jerigen serta penambahan outlet penjualan Pertalite, nampaknya cukup berhasil menekan konsumsi premium. BBK kini dengan cepat menggeser konsumsi BBM seiring banyaknya ketersediaan di outlet atau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di DIY.
"Market share Pertalite sudah mencapai angka 49 %," ungkap Didi.
Angka konsumsi Premium di DIY kini berada pada kisaran angka 36% hingga pekan terakhir September 2016. Jauh bergeser dari posisi semula ketika kebijakan larangan pembelian premium dengan jerigen diberlakukan awal Agustus lalu.
(Baca Juga: Konsumsi Turun, Pertamina Dorong Penghapusan Premium)
Hal ini menunjukkan migrasi konsumsi premium ke pertalite di DIY mengalami lonjakan sangat signifikan. Sebelum diberlakukan larangan pembelian dengan jerigen untuk premium serta penambahan outlet, konsumsi Premium sangat mendominasi penjualan bahan bakar dibandingkan produk lainnya.
Namun kini mampu ditekan menjadi angka 36% dan diyakini angka tersebut akan terus berkurang seiring dengan kesadaran masyarakat akan BBK berkualitas. Sebelum pengetatan penjualan premium diberlakukan melalui larangan membeli dengan jerigen, rata-rata konsumsi Premium mencapai 1.300 Kilo liter (KL) hingga 1.500 KL perhari.
Didi menambahkan kini mulai berangsur turun dan konsumsi premium tinggal 30% dari semula. Menurutnya realisasi harian konsumsi Premium mencapai 500 Kilo Liter (KL), Pertamax 360 KL dan Pertalite mencapai 1090 KL. "Kami sudah memberikan banyak alternatif pilihan bahan bakar," tuturnya.
Kini, pihaknya juga tengah melakukan ujicoba ke delapan SPBU untuk menjual bahan bakar dengan RON 90 ke atas atau di atas Pertalite. Kemungkinan jumlah tersebut akan ditambah lagi mengingat tren penjualan di delapan SPBU tersebut juga meningkat. Sementara untuk SPBU yang menjual Pertalite kini sudah mencapai 95 buah dari 101 SPBU yang ada di DIY.
Sementara Ketua Himpunan Pengusaha Minyak dan Gas (Hiswana Migas) DIY Siswanto mengakui jika kesadaran masyarakat untuk menggunakan bahan bakar khusus sudah semakin meningkat. Menurut dia meskipun ada disparitas harga, tetapi masyarakat kini sudah tidak mempermasalahkannya lagi.
Lanjut dia menerangkan masyarakat kini lebih memilih bahan bakar yang berkualitas meskipun harganya sedikit lebih mahal. "Harganya tidak jauh selisihnya dengan Premium namun lebih irit dan berkualitas," imbuhnya.
(Baca Juga: Penjualan Premium Turun, Kini Pertalite Jadi Primadona Baru)
Communication dan Relations Pertamina Jawa Bagian Tengah (JBT) Area Jawa Tengah dan DIY Didi Andrian Indra Kusuma mengatakan, kebijakan larangan membeli premium dengan jerigen serta penambahan outlet penjualan Pertalite, nampaknya cukup berhasil menekan konsumsi premium. BBK kini dengan cepat menggeser konsumsi BBM seiring banyaknya ketersediaan di outlet atau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di DIY.
"Market share Pertalite sudah mencapai angka 49 %," ungkap Didi.
Angka konsumsi Premium di DIY kini berada pada kisaran angka 36% hingga pekan terakhir September 2016. Jauh bergeser dari posisi semula ketika kebijakan larangan pembelian premium dengan jerigen diberlakukan awal Agustus lalu.
(Baca Juga: Konsumsi Turun, Pertamina Dorong Penghapusan Premium)
Hal ini menunjukkan migrasi konsumsi premium ke pertalite di DIY mengalami lonjakan sangat signifikan. Sebelum diberlakukan larangan pembelian dengan jerigen untuk premium serta penambahan outlet, konsumsi Premium sangat mendominasi penjualan bahan bakar dibandingkan produk lainnya.
Namun kini mampu ditekan menjadi angka 36% dan diyakini angka tersebut akan terus berkurang seiring dengan kesadaran masyarakat akan BBK berkualitas. Sebelum pengetatan penjualan premium diberlakukan melalui larangan membeli dengan jerigen, rata-rata konsumsi Premium mencapai 1.300 Kilo liter (KL) hingga 1.500 KL perhari.
Didi menambahkan kini mulai berangsur turun dan konsumsi premium tinggal 30% dari semula. Menurutnya realisasi harian konsumsi Premium mencapai 500 Kilo Liter (KL), Pertamax 360 KL dan Pertalite mencapai 1090 KL. "Kami sudah memberikan banyak alternatif pilihan bahan bakar," tuturnya.
Kini, pihaknya juga tengah melakukan ujicoba ke delapan SPBU untuk menjual bahan bakar dengan RON 90 ke atas atau di atas Pertalite. Kemungkinan jumlah tersebut akan ditambah lagi mengingat tren penjualan di delapan SPBU tersebut juga meningkat. Sementara untuk SPBU yang menjual Pertalite kini sudah mencapai 95 buah dari 101 SPBU yang ada di DIY.
Sementara Ketua Himpunan Pengusaha Minyak dan Gas (Hiswana Migas) DIY Siswanto mengakui jika kesadaran masyarakat untuk menggunakan bahan bakar khusus sudah semakin meningkat. Menurut dia meskipun ada disparitas harga, tetapi masyarakat kini sudah tidak mempermasalahkannya lagi.
Lanjut dia menerangkan masyarakat kini lebih memilih bahan bakar yang berkualitas meskipun harganya sedikit lebih mahal. "Harganya tidak jauh selisihnya dengan Premium namun lebih irit dan berkualitas," imbuhnya.
(akr)