Warga Yogyakarta Kesulitan Mendapat Gas Melon

Selasa, 11 Oktober 2016 - 02:37 WIB
Warga Yogyakarta Kesulitan...
Warga Yogyakarta Kesulitan Mendapat Gas Melon
A A A
YOGYAKARTA - Sejumlah warga mengeluhkan sulitnya mendapatkan gas ukuran 3 kilogram di wilayahnya. Mereka sudah berkeliling ke sejumlah warung atau pangkalan yang ada di seputaran tempat tinggal mereka. Di media sosial juga ramai pembicaraan terkait dengan sulitnya mendapatkan gas bersubsidi tersebut.

Ika Ningsih, warga di seputaran Stadion Maguwoharjo, Kabupaten Sleman mengaku sulit mendapatkan gas ukuran 3 kilogram sejak beberapa hari yang lalu. Ia sudah berkeliling setidaknya ke lima pangkalan yang ada di dekat rumahnya. Namun ia tidak mendapatkannya karena pangkalan yang ia datangi mengaku telah kehabisan stok. “Di mana-mana kosong, tidak ada persediaan,” tuturnya, Senin (10/10/2016).

Sulitnya mendapatkan gas melon ini tentu membuatnya sedih, sebab ia khawatir warung lesehan di pinggir jalan miliknya tidak bisa buka lagi. Karena gas melon merupakan bahan baku untuk membuka warungnya. Jika menggunakan gas elpiji ukuran 12 kilogram, ia mengaku tidak mendapatkan untung karena harganya yang selangit.

Hal yang serupa juga diungkapkan Fauzan, warga Sariharjo, Kabupaten Sleman. Bahkan setelah keliling ke beberapa pangkalan dan warung, ia mendapatkan gas 3 kilogram yang harganya cukup mahal, jauh dari Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan PT Pertamina. Untuk mendapatkan gas tersebut ia terpaksa membayar Rp25.000 per tabungnya. “Kata penjualnya karena susah maka harganya mahal,” ungkapnya.

Communication & Relations Pertamina Jawa Bagian Tengah (JBT) Area Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Didi Andrian Indra Kusuma mengatakan sulitnya mendapatkan gas 3 kilogram akibat peningkatan konsumsi selama bulan September. Untuk bulan Septemberkonsumsi gas melon naik dikarenakan ada Idul Adha dan banyaknyahajatan sebelum bulan suro.

“Di bulan September, elpiji 3 kg untuk wilyah Yogyakarta mencapai 2.780.000 tabung. Insya Allah bulan Oktober ini akan aman stoknya,” tuturnya. Didi menambahkan pada September 2016 untuk wilayah Yogyakarta. Pertamina mencatat adanya peningkatan konsumsi elpiji 3 kg hingga 3% jika dibandingkan dengan rata-rata normal tahun 2016.

Menurut pantauan tim PT Pertamina di lapangan, hal tersebut dikarenakan meningkatnya kegiatan rumah tangga pada momen Idul Adha dan tingginya tren seremoni keagamaan, seperti pernikahan. Sudah menjadi tradisi, banyak masyarakat melaksanakan seremoni keagamaan seperti pernikahan sebelum bulan Suro. Bulan Suro pada kalendar adat Jawa tidak diperkenankan menggelar upacara pernikahan. Kebetulan pada Oktober sudah memasuki bulan Suro, maka masyarakat banyak menggelar tradisi di bulan September hingga awal bulan Oktober.

Namun demikian, lanjutnya, dalam menjalankan fungsi Public Service Obligation (PSO) yang salah satunya dalam hal pendistribusian elpiji 3 kg sebagai barang bersubsidi, Pertamina terus berkomitmen memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.

Monitoring lapangan bersama Pemerintah Kota dan Hiswana Migas menjadi salah satu upaya Pertamina guna memastikan elpiji 3 kg tersedia bagi masyarakat yang membutuhkan. Sebagai barang bersubsidi, elpiji 3 kg sejatinya merupakan komoditas yang diperuntukan bagi masyarakat miskin dan usaha kecil.

Untuk itu, ia mengimbau kepada masyarakat yang sudah tidak tergolong miskin dan pelaku bisnis hotel, restoran serta industri menengah ke atas lainnya segera beralih ke produk elpiji non subsidi.

“Pertamina terus melakukan kajian terkait tren konsumsi elpiji masyarakat. Pada Oktober ini, Pertamina telah menyiapkan alokasi sejumlah 312.68 metrik ton (tambahan 6,3%) di Yogyakarta yang akan terus dipantau kebutuhannya di lapangan,” paparnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6036 seconds (0.1#10.140)