Strategi Inovasi dan Antisipatif Ciptakan Loyalitas Konsumen
A
A
A
JAKARTA - Membangun sebuah merek bukanlah pekerjaan yang mudah, terlebih di tengah persaingan bisnis yang makin ketat dan konsumen semakin cerdas. Karena itu butuh inovasi dan strategi jitu dari manajemen perusahaan agar merek yang dijual mendapat tempat di hati konsumen.
“Butuh strategi untuk memenangkan pertarungan dengan kompetitor agar merek kita dipilih konsumen,” kata Marketing Director CHD 2 Kalbe Consumer Health Division, Sinteisa Sunarjo saat menjadi pembicara dalam peluncuran buku “Ini Dia Merek-Merek Juara Kebanggan Indonesia” di Jakarta.
Dia mencontohkan merek “Promag”, salah satu produk obat yang diproduksi Kalbe Farma. Merek ini sudah menjadi market leader (pemimpin pasar) menguasai pasar obat maag di Indonesia puluhan tahun. Tapi penguasaan pasar membutuhkan kerja keras yang inovatif.
“Kami punya 20-an produk dan 12 di antaranya menjadi produk andalan. Salah satunya adalah Promag yang menguasai pasar obat antisida atau maag. Kami menyampaikan pesan kepada masyarakat, bahwa Promag bukan hanya obat maag. Tapi juga ahlinya lambung,” ungkap Sinteisa Sunarjo.
Selain membutuhkan inovasi, kelanggengan suatu produk juga memerlukan strategi antisipatif. Artinya, ujar Sinteisa Sunarjo, produk inovatif yang dirilis ke pasar memang dibutuhkan oleh konsumen. “Varian Promag bisa dibilang sebagai produk obat maag terlengkap. Kami tetap mempertahankan yang orisinilnya yakni 12 tablet,” katanya.
Banyaknya varian yang dilempar ke pasaran merupakan hasil survei perusahaan terhadap kebutuhan atau keinginan konsumen. “Jadi tak sekadar inovatif, tapi juga antisipatif. Produk yang dibuat memang dibutuhkan dan diterima konsumen,” tambah dia.
Sementara pada kesempatan yang Head of Marketing PT Tang Mas (Zestea) Irawan Hartono mengutarakan, perusahaan berbasis produk teh ini telah berdiri sejak tahun 1940-an. Salah satu kunci kesuksesan hingga mampu bertahan sampai sekarang dan menjadi market leader, ialah penguasaan di hulu hingga hilir produk.
“Dari cara penanaman, pemetikan teh, pengolahan di pabrik hingga distribusi benar-benar kami perhatikan,” kata Irawan Hartono saat menjadi pembicara kedua dalam sharing session.
Selain itu, tambah dia, kunci sukses utama lainnya adalah memberikan nilai lebih pada produk sehingga menciptakan loyalitas konsumen. “Ini yang mahal harganya. Kita harus membuat produk disukai konsumen dan saat produk sedang kosong di toko, mereka tak mudah beralih ke merek lain. Jadi bukan soal masalah harga saja,” katanya.
Selain itu, lanjut Irawan, konsumen loyal ini menjadi “ammbasador” merek. Karena mereka secara tidak langsung suka mempromosikan produk yang disukainya kepada orang lain.
“Butuh strategi untuk memenangkan pertarungan dengan kompetitor agar merek kita dipilih konsumen,” kata Marketing Director CHD 2 Kalbe Consumer Health Division, Sinteisa Sunarjo saat menjadi pembicara dalam peluncuran buku “Ini Dia Merek-Merek Juara Kebanggan Indonesia” di Jakarta.
Dia mencontohkan merek “Promag”, salah satu produk obat yang diproduksi Kalbe Farma. Merek ini sudah menjadi market leader (pemimpin pasar) menguasai pasar obat maag di Indonesia puluhan tahun. Tapi penguasaan pasar membutuhkan kerja keras yang inovatif.
“Kami punya 20-an produk dan 12 di antaranya menjadi produk andalan. Salah satunya adalah Promag yang menguasai pasar obat antisida atau maag. Kami menyampaikan pesan kepada masyarakat, bahwa Promag bukan hanya obat maag. Tapi juga ahlinya lambung,” ungkap Sinteisa Sunarjo.
Selain membutuhkan inovasi, kelanggengan suatu produk juga memerlukan strategi antisipatif. Artinya, ujar Sinteisa Sunarjo, produk inovatif yang dirilis ke pasar memang dibutuhkan oleh konsumen. “Varian Promag bisa dibilang sebagai produk obat maag terlengkap. Kami tetap mempertahankan yang orisinilnya yakni 12 tablet,” katanya.
Banyaknya varian yang dilempar ke pasaran merupakan hasil survei perusahaan terhadap kebutuhan atau keinginan konsumen. “Jadi tak sekadar inovatif, tapi juga antisipatif. Produk yang dibuat memang dibutuhkan dan diterima konsumen,” tambah dia.
Sementara pada kesempatan yang Head of Marketing PT Tang Mas (Zestea) Irawan Hartono mengutarakan, perusahaan berbasis produk teh ini telah berdiri sejak tahun 1940-an. Salah satu kunci kesuksesan hingga mampu bertahan sampai sekarang dan menjadi market leader, ialah penguasaan di hulu hingga hilir produk.
“Dari cara penanaman, pemetikan teh, pengolahan di pabrik hingga distribusi benar-benar kami perhatikan,” kata Irawan Hartono saat menjadi pembicara kedua dalam sharing session.
Selain itu, tambah dia, kunci sukses utama lainnya adalah memberikan nilai lebih pada produk sehingga menciptakan loyalitas konsumen. “Ini yang mahal harganya. Kita harus membuat produk disukai konsumen dan saat produk sedang kosong di toko, mereka tak mudah beralih ke merek lain. Jadi bukan soal masalah harga saja,” katanya.
Selain itu, lanjut Irawan, konsumen loyal ini menjadi “ammbasador” merek. Karena mereka secara tidak langsung suka mempromosikan produk yang disukainya kepada orang lain.
(akr)