BI 7-day Repo Rate Turun, Ekonom Nilai Belum Dorong Daya Beli Masyarakat
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, penurunan BI 7-day Reserve Repo Rate tidak dipungkiri terkait ruang pelonggaran likuiditas seiring dengan perkembangan data ekonomi Indonesia beberapa waktu terakhir. Inflasi bulan September terkendali, surplus neraca perdagangan dan peningkatan cadangan devisa.
Namun, analisa Josua, ekspektasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2016 lebih rendag dari perkiraan. "Hal ini disebabkan terbatasnya kontribusi konsumsi pemerintah akibat penghematan anggaran," katanya, Senin (24/10/2016).
Dia memperkirakan pemangkasan suku bunga acuan BI pada bulan inimerupakan yang terakhir pada akhir tahun, dengan kata lain BI 7-day RR diperkirakan akan bertahan 4,75% hingga akhir tahun 2016.
"Menurut saya penurunan BI 7-day RR pada bulan ini belum dapat seketika mendorong daya beli masyarakat yang pada akhirnya mendorong permintaan kredit secara keseluruhan," ungkap dia.
Di tengah kondisi risiko kredit yang cenderung tinggi, suplai kredit diperkirakan masih melambat. Bahkan dana repatriasi yang diharapkan dapat meningkatkan kondisi likuiditas perbankan juga belum akan efektif mendorong pertumbuhan kredit hingga akhir tahun.
"Jadi hingga akhir tahun ini pun pertumbuhan kredit hanya berkisar tujuh hingga sembilan persen year on year," tandasnya.
Namun, analisa Josua, ekspektasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2016 lebih rendag dari perkiraan. "Hal ini disebabkan terbatasnya kontribusi konsumsi pemerintah akibat penghematan anggaran," katanya, Senin (24/10/2016).
Dia memperkirakan pemangkasan suku bunga acuan BI pada bulan inimerupakan yang terakhir pada akhir tahun, dengan kata lain BI 7-day RR diperkirakan akan bertahan 4,75% hingga akhir tahun 2016.
"Menurut saya penurunan BI 7-day RR pada bulan ini belum dapat seketika mendorong daya beli masyarakat yang pada akhirnya mendorong permintaan kredit secara keseluruhan," ungkap dia.
Di tengah kondisi risiko kredit yang cenderung tinggi, suplai kredit diperkirakan masih melambat. Bahkan dana repatriasi yang diharapkan dapat meningkatkan kondisi likuiditas perbankan juga belum akan efektif mendorong pertumbuhan kredit hingga akhir tahun.
"Jadi hingga akhir tahun ini pun pertumbuhan kredit hanya berkisar tujuh hingga sembilan persen year on year," tandasnya.
(ven)