Kinerja Industri Pengolahan di Daerah Ini Melambat

Selasa, 25 Oktober 2016 - 22:33 WIB
Kinerja Industri Pengolahan di Daerah Ini Melambat
Kinerja Industri Pengolahan di Daerah Ini Melambat
A A A
YOGYAKARTA - Kinerja sektor industri pengolahan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami perlambatan pada kuartal III tahun ini dibanding kuartal sebelumnya. Bank Indonesia (BI) mencatat terjadi Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sektor industri pengolahan mengalami perlambatan dari 2,53% di kuartal II menjadi 1,52% di kuartal III/2016.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta Arief Budi Santosa mengatakan, penurunan nilai SBT ini sebanding dengan penurunan Prompt Manufacturing Index (PMI) sektor industri pengolahan pada triwulan III dibanding triwulan sebelumnya.

BI mencatat angka PMI pada triwulan III ini mencapai 44,57% atau menurun dari triwulan sebelumnya yang mencapai 51,02%. "Memang masih terjadi perlambatan akibat kondisi ekonomi yang belum stabil," kata dia di Yogyakarta, Selasa (25/10/2016).

Menurutnya, berdasarkan pendataan yang mereka lakukan, penurunan PMI tersebut sebagai akibat penurunan semua indeks pendukung dari sektor industri pengolahan ini. Pihaknya mencatat, semua indeks sektor industri pengolahan menurun kecuali volume persediaan atau stok barang jadi.

Penurunan terbesar terjadi pada indeks tenaga kerja dan volume produksi. Melambatnya sektor industri pengolahan ini memang meleset dari perkiraan sebelumnya.

Bulan lalu, BI memperkirakan kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan III/2016 akan kembali tumbuh pascalibur hari raya. Berakhirnya Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri diperkirakan mampu mendorong peningkatan kinerja industri pengolahan.

Peningkatan permintaan domestik seperti produk kerajinan seiring meningkatnya permintaan makanan jadi pendorong peningkatan kinerja industri makanan dan minuman. Selain itu, turunnya harga BBM akan mengurangi biaya produksi dan juga merupakan faktor pendorong pertumbuhan industri pengolahan.

"Pascalebaran biasanya mendorong peningkatan sektor industri pengolahan," ucapnya.

Arief mengakui, pada kuartal II/2016 terjadi perlambatan kinerja industri pengolahan karena didorong turunnya kinerja industri kecil dan Menengah (IMK). Pada kuarrtal II/2016, IMK tumbuh 4,19%, menurun dibanding triwulan pertama yang mampu tumbuh hingga 10,99%.

Perlambatan terjadi hampir di seluruh sektor kecuali pada industri kertas dan furniture yang masih mampu tumbuh positif. Perlambatan terbesar terjadi pada industri kayu yang terkonstraksi sebesar 16,02% lebih besar dibainding konstraksi triwulan sebelumnaya 2,19%.

Sementara, industri besar dan sedang mampu tumbuh meningkat dari 6,34% menjadi 7,27%. "Sebenarnya triwulan kedua perbaikan kinerja terjadi di seluruh kelompok industri yaitu industri makanan, pakaian jadi, mesin dan perlengkapan serta industri furniture dengan peningkatan pertumbuhan tertinggi pada industri makanan," terangnya.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY Bambang Kristiyawan menyebutkan, struktur PDRB DIY menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada triwulan II/2016 untuk urutan lima besarnya adalah industri pengolahan, penyediaan akomodasi dan makan minum, pertanian, kehutanan, dan perikanan, konstruksi, dan perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor.

Lima lapangan usaha tersebut memberikan kontribusi sebesar 51,51 % terhadap pertumbuhan ekonomi DIY. "Membaiknya kondisi ekonomi triwulan II/2016 dipengaruhi oleh faktor siklikal aktivitas ekonomi Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah," tandasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7403 seconds (0.1#10.140)