ISEF 2016 Bahas Produk dan Akad Keuangan Syariah Khas Indonesia

Kamis, 27 Oktober 2016 - 05:22 WIB
ISEF 2016 Bahas Produk dan Akad Keuangan Syariah Khas Indonesia
ISEF 2016 Bahas Produk dan Akad Keuangan Syariah Khas Indonesia
A A A
JAKARTA - Indonesia Shari’a Economic Festival (ISEF) 2016 membahas mengenai dinamika produk dan akad keuangan syariah khas Indonesia. Pembahasan ini penting dilakukan untuk refleksi mengenai pengaturan dan pengembangan yang tetap mengedepankan prinsip-prinsip syariah, serta pembelajaran dalam penyusunan produk dan akad keuangan syariah selanjutnya.

Praktik keuangan syariah khas Indonesia akan menjadi bagian tersendiri dalam perkembangan keuangan syariah global. Hal tersebut disampaikan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hendar, dalam peluncuran buku Dinamika Produk dan Akad Keuangan Syariah di Indonesia, Rabu (26/10/2016), di Surabaya.

Buku hasil kajian Bank Indonesia ini diharapkan dapat memberi pencerahan mengenai pengembangan dan perbaikan yang masih perlu dilakukan. Hendar mengatakan, perjalanan industri keuangan syariah di Indonesia diwarnai oleh beragam dinamika sejak kelahirannya pada akhir abad ke-20.

"Berbagai lembaga keuangan syariah telah bermunculan, mulai dari perbankan, asuransi, pasar modal, pegadaian, hingga lembaga keuangan mikro, koperasi, dan Baitul Mal wat Tamwil," kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Kamis (27/10/2016).

Perkembangan lembaga syariah yang cukup signifikan dari tahun ke tahun, membuktikan bahwa minat masyarakat terhadap keuangan syariah semakin tinggi dan meluas. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan produk yang memenuhi prinsip syariah, produk keuangan syariah yang awalnya sangat sederhana kini menjadi semakin kompleks.

Berbeda dengan sistem keuangan konvensional, dalam sistem keuangan syariah setiap produk yang dikeluarkan selalu terikat pada akad-akad yang mendasarinya, yang bertindak sebagai landasan filosofis produk keuangan syariah. Akad syariah pun terus mengalami dinamika, untuk mengikuti perkembangan pasar.

Meski tumbuh cukup ekspansif, kata Hendar, ekonomi syariah di Indonesia masih menghadapi tantangan. Pangsa keuangan syariah terhadap keuangan nasional maupun perekonomian masih sangat kecil, yaitu kurang dari 5%.

Di sisi lain, ekonomi dan keuangan syariah dianggap dapat menjadi alternatif bagi pengembangan sistem ekonomi yang lebih aplikatif dan berkesinambungan. Untuk itu, akselerasi pengembangan ekonomi syariah menjadi semakin penting. Hal ini perlu diperhatikan oleh seluruh otoritas dan lembaga terkait.

Untuk menyediakan wadah berbagi informasi dan pandangan mengenai topik tersebut, Bank Indonesia juga menyelenggarakan seminar bertajuk Menyongsong Paradigma Baru Akselerasi Ekonomi dan Keuangan Syariah. Dalam seminar, para pembicara yang berasal dari Bank Indonesia, pemerintah serta perwakilan industri, saling bertukar pikiran dan menyamakan pandangan untuk memajukan ekonomi syariah.

Sinergi dari seluruh komponen bangsa ini baik regulator, akademisi, dewan syariah serta masyarakat diharapkan dapat menjadi katalis bagi pencapaian tujuan Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0221 seconds (0.1#10.140)