Penjualan DSNG Turun Akibat Produksi CPO Melemah
A
A
A
JAKARTA - PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) mencatat penjualan bersih kuartal III/2016 sebesar Rp2,64 triliun. Dibanding kuartal III tahun lalu, penjualan bersih tersebut turun 19,9% akibat turunnya produksi CPO perseroan sebagai dampak lanjutan El-Nino yang terjadi belum lama ini.
"Tandan buah segar (TBS) yang dipanen Perseroan selama sembilan bulan pertama tahun ini hanya mencapai 714 ribu ton, turun sekitar 32,6% dibanding periode sama tahun lalu," kata Direktur Utama DSNG Andrianto Oetomo dalam rilisnya, Sabtu (29/10/2016).
Turunnya produksi TBS, baik inti maupun plasma serta rendahnya pembelian TBS dari pihak ketiga ikut memengaruhi produktivitas pabrik kelapa sawit perseroan.
Jumlah TBS yang diproses perseroan hanya sekitar 857,1 ribu ton, turun sekitar 30,1% dibanding kuartal III/2015. Akibatnya, produksi CPO perseroan pada kuartal III/2016 juga turun 27,6% menjadi 206,9 ribu ton dibanding periode sama 2015 yang mencapai 285,9 ribu ton.
Meski demikian, selama sembilan bulan pertama 2016, pihaknya berhasil memperbaiki tingkat ekstraksi minyak sawit (Oil Extractrion Rate) pada lelvel 24,14% dibanding periode sama tahun lalu sebesar 23,32%.
Penurunan penjualan bersih tersebut ikut merefleksikan profitabilitas perseroan. Laba kotor perseroan turun sekitar 28,3% menjadi Rp563,6 miliar, dengan margin laba kotor sekitar 21,3%.
Sedangkan laba usaha juga turun sekitar 48,7% menjadi Rp220,7 miliar. Pada kuartal III/2016 perseroan membukukan laba komprehensif periode berjalan sebesar Rp24,8 miliar. Turunnya produktivitas TBS sebagai akibat dampak El-Nino 2015 yang masih terasa sampai kuartal III tahun ini.
Harga rata-rata CPO perseroan dalam sembilan bulan pertama 2016 mencapai Rp7,26 juta per ton, tidak jauh berbeda dengan harga rata-rata CPO di periode sama 2015 yang mencapai Rp7,27 juta per ton. Industri kelapa sawit masih memberikan kontribusi pendapatan paling tinggi untuk perseroan dari produk kayu.
Pada kuartal III tahun ini perseroan membukukan penjualan bersih untuk industri kelapa sawit sebesar Rp1,89 triliun atau turun sekitar 15,2% dibanding periode sama tahun lalu. Sedangkan penjualan bersih industri kayu turun sebesar29,5 % menjadi Rp754,8 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sampai September 2016, perseroan berhasil memperbaiki tingkat ekstraksi minyak sawit (Oil Extraction Rate-OER) menjadi 24,14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 23,32 %. Untuk industri produk kayu selama sembilan pertama tahun ini masih dipengaruhi turunnya permintaan produk panel yang diikuti dengan turunnya harga engineered door dan engineered floor.
Volume ekspor panel perseroan turun 49,5% menjadi 73,4 ribu m3, meskipun harga rata-rata panel mengalami kenaikan sekitar 4,1%. "Volume ekspor engineered door dan engineered floor, naik masing-masing sebesar 8,0% dan 14,2%," ungkapnya.
Namun, masih belum membaiknya ekonomi negara tujuan ekspor dan persaingan yang ketat dari negara lain menyebabkan harga rata-rata kedua produk tersebut turun masing-masing sekitar 22,8% dan 9,2%.
"Tandan buah segar (TBS) yang dipanen Perseroan selama sembilan bulan pertama tahun ini hanya mencapai 714 ribu ton, turun sekitar 32,6% dibanding periode sama tahun lalu," kata Direktur Utama DSNG Andrianto Oetomo dalam rilisnya, Sabtu (29/10/2016).
Turunnya produksi TBS, baik inti maupun plasma serta rendahnya pembelian TBS dari pihak ketiga ikut memengaruhi produktivitas pabrik kelapa sawit perseroan.
Jumlah TBS yang diproses perseroan hanya sekitar 857,1 ribu ton, turun sekitar 30,1% dibanding kuartal III/2015. Akibatnya, produksi CPO perseroan pada kuartal III/2016 juga turun 27,6% menjadi 206,9 ribu ton dibanding periode sama 2015 yang mencapai 285,9 ribu ton.
Meski demikian, selama sembilan bulan pertama 2016, pihaknya berhasil memperbaiki tingkat ekstraksi minyak sawit (Oil Extractrion Rate) pada lelvel 24,14% dibanding periode sama tahun lalu sebesar 23,32%.
Penurunan penjualan bersih tersebut ikut merefleksikan profitabilitas perseroan. Laba kotor perseroan turun sekitar 28,3% menjadi Rp563,6 miliar, dengan margin laba kotor sekitar 21,3%.
Sedangkan laba usaha juga turun sekitar 48,7% menjadi Rp220,7 miliar. Pada kuartal III/2016 perseroan membukukan laba komprehensif periode berjalan sebesar Rp24,8 miliar. Turunnya produktivitas TBS sebagai akibat dampak El-Nino 2015 yang masih terasa sampai kuartal III tahun ini.
Harga rata-rata CPO perseroan dalam sembilan bulan pertama 2016 mencapai Rp7,26 juta per ton, tidak jauh berbeda dengan harga rata-rata CPO di periode sama 2015 yang mencapai Rp7,27 juta per ton. Industri kelapa sawit masih memberikan kontribusi pendapatan paling tinggi untuk perseroan dari produk kayu.
Pada kuartal III tahun ini perseroan membukukan penjualan bersih untuk industri kelapa sawit sebesar Rp1,89 triliun atau turun sekitar 15,2% dibanding periode sama tahun lalu. Sedangkan penjualan bersih industri kayu turun sebesar29,5 % menjadi Rp754,8 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sampai September 2016, perseroan berhasil memperbaiki tingkat ekstraksi minyak sawit (Oil Extraction Rate-OER) menjadi 24,14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 23,32 %. Untuk industri produk kayu selama sembilan pertama tahun ini masih dipengaruhi turunnya permintaan produk panel yang diikuti dengan turunnya harga engineered door dan engineered floor.
Volume ekspor panel perseroan turun 49,5% menjadi 73,4 ribu m3, meskipun harga rata-rata panel mengalami kenaikan sekitar 4,1%. "Volume ekspor engineered door dan engineered floor, naik masing-masing sebesar 8,0% dan 14,2%," ungkapnya.
Namun, masih belum membaiknya ekonomi negara tujuan ekspor dan persaingan yang ketat dari negara lain menyebabkan harga rata-rata kedua produk tersebut turun masing-masing sekitar 22,8% dan 9,2%.
(izz)