Perkuat Gas Kota, PGN Cocok Jadi Aggregator Gas
A
A
A
JAKARTA - Penggunaan energi alternatif berupa gas dinilai penting untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan bahan bakar minyak (BBM). Tak hanya untuk kebutuhan pembangkit listrik dan transportasi, tapi juga kebutuhan rumah tangga.
"Penggunaan gas ini penting sebagai solusi pemenuhan kebutuhan energi nasional. Harus dibentuk badan penyangga gas (aggregator), yang mengatur segala sesuatunya. PGN cocok jadi aggregator, tapi tidak boleh ambil untung harus nonprofit," ujar Anggota Komisi VII DPR Dito Ganinduto kepada KORAN SINDO/SINDOnews di Jakarta.
Artinya, lanjut dia, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) tidak boleh mengambil keuntungan dari fungsinya sebagai aggregator gas tersebut. "Harus penugasan dan sifatnya nirlaba," ujar Dito.
Sebab, kata dia, pembangunan infrastruktur gas kota terbukti mampu mengurangi konsumsi energi fosil dan memberikan penghematan bagi masyarakat.
Menurutnya, pengembangan infrastruktur gas kota tidak bisa dilakukan oleh swasta. Salah satu pendanaan yang diandalkan sekarang yakni berasal dari APBN. "Tapi anggarannya terbatas, Jadi pemerintah tugaskan saja PGN sebagai aggregator untuk menyalurkan gas di kawasan perumahan yang ada sumber gas dan infrastrukturnya. Yang investasi nanti PGN," cetusnya.
Pemerintah sendiri telah mencanangkan program gas kota yang bertujuan agar masyarakat mendapatkan energi dengan harga murah dan ramah lingkungan. Menggunakan gas kota masyarakat membayar 50%-60% lebih murah ketimbang menggunakan elpiji. Adanya gas kota ini diharapkan dapat meningkatkan rasio gasifikasi atau meningkatkan jumlah masyarakat yang menggunakan gas.
PGN sendiri terus mengembangkan infrastruktur dalam rangka mendukung peningkatan penggunaan gas untuk rumah tangga. Di Surabaya misalnya, PGN mengembangkan 24 ribu jaringan gas rumah tangga untuk 14 kelurahan. Dana proyek tersebut bersumber dari APBN 2016.
Saat ini terdapat 14.955 rumah tangga di Surabaya yang memanfaatkan gas bumi dari PGN. Pelanggan lainnya yakni rumah sakit, restoran, hotel, dan mal.
Pemerintah juga menugaskan PGN untuk mengelola dan mengoperasikan 43.000 sambungan jaringan gas rumah tangga yang dibangun di 10 kota lainnya. Yakni Bogor, rumah susun di Jabodetabek, Cirebon, Palembang, Depok, Tarakan, Bekasi, Blora, Semarang, sampai Sorong. Hingga 2019, PGN akan membangun 110.000 jaringan gas rumah tangga dengan dana internal perusahaan.
PGN telah menyalurkan gas bumi ke lebih dari 116.600 pelanggan rumah tangga, 1.879 usaha kecil, mal, hotel, rumah sakit, restoran, hingga rumah makan dan 1.576 industri berskala besar serta pembangkit listrik. Hingga saat ini, PGN terus mengembangkan infrastruktur gas bumi di Tanah Air. Sekarang, 78% infrastruktur pipa gas nasional telah dibangun dan dioperasikan oleh PGN.
Sekretaris Perusahaan PGN, Heri Yusup mengatakan, saat ini pipa gas PGN sudah lebih dari 7.200 km. Hal ini merupakan komitmen PGN dalam pembangunan infrastruktur gas nasional.
"Semua ini dilakukan agar semakin banyak masyarakat di Indonesia yang merasakan manfaat baik dari energi gas bumi yang bersih, ramah lingkungan, aman, dan efisien dibanding bahan bakar lainnya," ujarnya.
Selain memperluas akses terhadap gas melalui pengembangan infrastruktur gas, PGN juga memberi layanan khusus kepada rumah sakit yang ada di Jakarta pengguna gas bumi. Salah satunya yakni Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
Selama 30 tahun RSPAD Gatot Subroto menggunakan gas bumi dari PGN, yang digunakan untuk memasak makanan para pasien, perawat, dan dokter.
Sales Area Head Jakarta PGN, Sabaruddin mengatakan, terdapat 10 rumah sakit di Jakarta yang selama bertahun-tahun menggunakan gas bumi dari PGN. Selain RSPAD Gatot Subroto, PGN memberikan layanan khusus kepada RS Cipto Mangunkusumo, RS Santo Carolus, RS Thamrin, RS Bunda, RS Jakarta, RS Tebet, dan RS YPK Mandiri.
"Di Jakarta kami telah memasok gas bumi sebanyak 14.964 pelanggan, terbagi dari 14.568 pelanggan rumah tangga, 135 pelanggan kecil, 106 pelanggan komersial dan 155 pelanggan industri dan pembangkit listrik," ungkapnya.
Dalam melayani pelanggan tersebut, Pipa PGN Jakarta saat ini telah membentang sepanjang 584 km di penjuru Jakarta.
"PGN area Jakarta akan terus mengembangkan jaringan distribusi gas bumi yang bersih, efisien, mudah dan aman ke seluruh segmen pengguna gas Jakarta," ungkap Sabaruddin.
Direktur Pembinaan Penunjang Umum RSPAD Gatot Subroto, Kolonel CKM Jajang Edy Priyanto SpB MARS menambahkan, pihaknya berterima kasih kepada PGN yang selama ini sangat baik memberikan layanan pasokan gas bumi selama 30 tahun lebih.
"Kami berharap pelayanan yang sudah baik ini makin ditingkatkan. Apalagi kami akan membangun gedung baru dengan dua tower untuk memperluas layanan kepada masyarakat, yang rencananya Groundbreaking 2017. Tentunya kami juga membutuhkan tambahan pasokan gas yang cukup besar," kata Jajang.
Saat ini, gas bumi PGN digunakan RSPAD Gatot Subroto untuk kebutuhan memasak rata-rata sebanyak 800 pasien setiap hari.
"Penggunaan gas ini penting sebagai solusi pemenuhan kebutuhan energi nasional. Harus dibentuk badan penyangga gas (aggregator), yang mengatur segala sesuatunya. PGN cocok jadi aggregator, tapi tidak boleh ambil untung harus nonprofit," ujar Anggota Komisi VII DPR Dito Ganinduto kepada KORAN SINDO/SINDOnews di Jakarta.
Artinya, lanjut dia, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) tidak boleh mengambil keuntungan dari fungsinya sebagai aggregator gas tersebut. "Harus penugasan dan sifatnya nirlaba," ujar Dito.
Sebab, kata dia, pembangunan infrastruktur gas kota terbukti mampu mengurangi konsumsi energi fosil dan memberikan penghematan bagi masyarakat.
Menurutnya, pengembangan infrastruktur gas kota tidak bisa dilakukan oleh swasta. Salah satu pendanaan yang diandalkan sekarang yakni berasal dari APBN. "Tapi anggarannya terbatas, Jadi pemerintah tugaskan saja PGN sebagai aggregator untuk menyalurkan gas di kawasan perumahan yang ada sumber gas dan infrastrukturnya. Yang investasi nanti PGN," cetusnya.
Pemerintah sendiri telah mencanangkan program gas kota yang bertujuan agar masyarakat mendapatkan energi dengan harga murah dan ramah lingkungan. Menggunakan gas kota masyarakat membayar 50%-60% lebih murah ketimbang menggunakan elpiji. Adanya gas kota ini diharapkan dapat meningkatkan rasio gasifikasi atau meningkatkan jumlah masyarakat yang menggunakan gas.
PGN sendiri terus mengembangkan infrastruktur dalam rangka mendukung peningkatan penggunaan gas untuk rumah tangga. Di Surabaya misalnya, PGN mengembangkan 24 ribu jaringan gas rumah tangga untuk 14 kelurahan. Dana proyek tersebut bersumber dari APBN 2016.
Saat ini terdapat 14.955 rumah tangga di Surabaya yang memanfaatkan gas bumi dari PGN. Pelanggan lainnya yakni rumah sakit, restoran, hotel, dan mal.
Pemerintah juga menugaskan PGN untuk mengelola dan mengoperasikan 43.000 sambungan jaringan gas rumah tangga yang dibangun di 10 kota lainnya. Yakni Bogor, rumah susun di Jabodetabek, Cirebon, Palembang, Depok, Tarakan, Bekasi, Blora, Semarang, sampai Sorong. Hingga 2019, PGN akan membangun 110.000 jaringan gas rumah tangga dengan dana internal perusahaan.
PGN telah menyalurkan gas bumi ke lebih dari 116.600 pelanggan rumah tangga, 1.879 usaha kecil, mal, hotel, rumah sakit, restoran, hingga rumah makan dan 1.576 industri berskala besar serta pembangkit listrik. Hingga saat ini, PGN terus mengembangkan infrastruktur gas bumi di Tanah Air. Sekarang, 78% infrastruktur pipa gas nasional telah dibangun dan dioperasikan oleh PGN.
Sekretaris Perusahaan PGN, Heri Yusup mengatakan, saat ini pipa gas PGN sudah lebih dari 7.200 km. Hal ini merupakan komitmen PGN dalam pembangunan infrastruktur gas nasional.
"Semua ini dilakukan agar semakin banyak masyarakat di Indonesia yang merasakan manfaat baik dari energi gas bumi yang bersih, ramah lingkungan, aman, dan efisien dibanding bahan bakar lainnya," ujarnya.
Selain memperluas akses terhadap gas melalui pengembangan infrastruktur gas, PGN juga memberi layanan khusus kepada rumah sakit yang ada di Jakarta pengguna gas bumi. Salah satunya yakni Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
Selama 30 tahun RSPAD Gatot Subroto menggunakan gas bumi dari PGN, yang digunakan untuk memasak makanan para pasien, perawat, dan dokter.
Sales Area Head Jakarta PGN, Sabaruddin mengatakan, terdapat 10 rumah sakit di Jakarta yang selama bertahun-tahun menggunakan gas bumi dari PGN. Selain RSPAD Gatot Subroto, PGN memberikan layanan khusus kepada RS Cipto Mangunkusumo, RS Santo Carolus, RS Thamrin, RS Bunda, RS Jakarta, RS Tebet, dan RS YPK Mandiri.
"Di Jakarta kami telah memasok gas bumi sebanyak 14.964 pelanggan, terbagi dari 14.568 pelanggan rumah tangga, 135 pelanggan kecil, 106 pelanggan komersial dan 155 pelanggan industri dan pembangkit listrik," ungkapnya.
Dalam melayani pelanggan tersebut, Pipa PGN Jakarta saat ini telah membentang sepanjang 584 km di penjuru Jakarta.
"PGN area Jakarta akan terus mengembangkan jaringan distribusi gas bumi yang bersih, efisien, mudah dan aman ke seluruh segmen pengguna gas Jakarta," ungkap Sabaruddin.
Direktur Pembinaan Penunjang Umum RSPAD Gatot Subroto, Kolonel CKM Jajang Edy Priyanto SpB MARS menambahkan, pihaknya berterima kasih kepada PGN yang selama ini sangat baik memberikan layanan pasokan gas bumi selama 30 tahun lebih.
"Kami berharap pelayanan yang sudah baik ini makin ditingkatkan. Apalagi kami akan membangun gedung baru dengan dua tower untuk memperluas layanan kepada masyarakat, yang rencananya Groundbreaking 2017. Tentunya kami juga membutuhkan tambahan pasokan gas yang cukup besar," kata Jajang.
Saat ini, gas bumi PGN digunakan RSPAD Gatot Subroto untuk kebutuhan memasak rata-rata sebanyak 800 pasien setiap hari.
(dmd)