Penyebab Kredit Masih Lemah meski Suku Bunga Acuan BI Turun

Kamis, 03 November 2016 - 16:40 WIB
Penyebab Kredit Masih Lemah meski Suku Bunga Acuan BI Turun
Penyebab Kredit Masih Lemah meski Suku Bunga Acuan BI Turun
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyadari, meski sudah menurunkan suku bunga acuan sebesar 1,5% tahun ini, namun pertumbuhan kredit masih melemah. Bahkan, pada September belum menyentuh angka 7%.

BI menilai ada dua hal yang menyebabkan lambannya pertumbuhan kredit tahun ini. Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjio menuturkan, pertumbuhan kredit hingga September 2016 masih di antara 6,7%-6,8%.

Dia mengakui, selain menurunkan BI rate dan BI seven day reserve repo rate sebesar 1,5%, pihaknya juga sudah melakukan pengendoran likuiditas yang dipastikan di perbankan cukup untuk salurkan kredit. Maka, relaksasi makroprudensial dalam hal kredit bisa tumbuh.

"Memang faktor utamanya dua. Pertama‎, karena bank ada kenaikan non performing loan (NPL), maka bank menaikkan cadangan untuk kredit macet. Maka, suku bunga kredit baru turun 60 basis poin (bps) padahal kita sudah turunkan suku bunga kebijakan 1,5%. Jadi cost of fund sudah turun cuma kredit belum turun karena bank naikan cadangan," terangnya di Jakarta, Kamis (3/11/2016).

Kedua, permintaan kredit belum kuat karena utilisasi kapasitas dari sektor swasta masih 76%, yang umumnya investasi swasta baik. Itu kondisi yang akan terjadi.

Namun, BI melihat ada indikasi bahwa sejumlah korporasi swasta mulai menambah investasinya, dan ini terlihat dari impor nonmigas tumbuh positif karena impor bahan baku dan barang modal.

"Sektor korporasi financingnya dari penerbitan obligasi korporasi dan saham. Jadi, untuk membiayai investasinya, swasta umumnya membayar lebih cepat ULN dan bahkan tidak menggunakan kredit perbankan tapi menerbitkan obligasi korporasi dan saham," kata dia.

Bahkan, sebagian sudah menerbitkan medium term notes (MT) karena dari sisi suku bunga atau kebutuhan financingnya akan lebih murah.

"Ini kondisi yang kami perkirakan tentu saja bersifat temporer. Lambat laun bank harus turunkan suku bunga kredit. Karena kalau tidak, bank akan kehilangan pasar di luar kredit. Lambat laun kredit perbankan turun," imbuhnya.

Dengan kondisi ini, Perry memprediksi sampai akhir tahun, perkiraan kredit masih lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang 9%-11%. Tahun ini kredit diperkirakan hanya akan tumbuh di angka 7%-9% hingga akhir tahun.

"Jadi, memang lebih rendah. Tapi kalau dilihat dari sisi kebutuhan financing dari korporasi lebih banyak dipenuhi penerbitan obligasi korporasi‎," pungkas dia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6892 seconds (0.1#10.140)