Mega Proyek Listrik 35.000 MW Didorong Pakai Komponen Lokal
A
A
A
JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN terus berupaya mendorong peningkatan komponen dalam negeri pada proyek-proyek pembangkit listrik swasta serta dalam program listrik 35.000 MW. PLN memberikan syarat penggunaan komponen pembangkitan dan Balance of Plant (BOP) yang difabrikasi dan dirakit oleh BUMN (Badan Usaha Milik Negara) Strategis dan pabrikan dalam negeri secara maksimal.
"Untuk pembangkit-pembangkit yang dibangun PLN, kita sudah tetapkan leader konsorsium dari kontraktor dari dalam negeri. Ada BUMN Karya atau juga perusahaan swasta yang sudah berpengalaman membangun pembangkit. Kalau ada kontraktor Asing mari bergandengan dengan leadernya kontraktor dalam negeri," ungkap Direktur Pengadaan PLN Supangkat Iwan Santoso, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (3/11/2016).
(Baca Juga: Jokowi Cemaskan Proyek Listrik 35 Ribu MW, Ini Respons Dirut PLN)
Lebih lanjut dia menegaskan PLN sudah menetapkan 6 proyek Indonesia Power Producer/IPP supaya menggunakan boiler produksi dalam negeri. Proyek tersebut di antaranya yakni PLTU Bangka (2x100 MW), PLTU Kalselteng 3 (2x100 MW), PLTU Kaltim 3 (1x200 MW), PLTU Kaltim 6 (1x200 MW), PLTU Kalbar 2 (1x200 MW), PLTG/MG Peaker Jawa Bali 4 dan akan menyusul beberapa proyek IPP lainnya.
"PLN telah memulai proses pengadaan beberapa proyek IPP tersebut dan telah meluluskan para peserta lelang dalam tahap pra kualifikasi," sambungnya.
Dia menambahkan, komponen dan teknologi tinggi dalam membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) membuat PLN tidak bisa berdiri sendiri dalam meningkatkan komponen dalam negeri. Sebab itu perlu dukungan dari pengembang yang bertanggung jawab membangun dan mengoperasikan bisnis pembangkit.
"Sebagai gambaran untuk PLTU besar berkapasitas 1000 MW, kita baru mampu maksimum 15% menyerap komponen lokal. Itu pun negonya sudah sangat susah," ujarnya.
Dia beralasan peningkatan komponen dalam negeri akan memberikan dampak ganda, baik dari sisi perkeonomian, keuangan dan lapangan kerja. Untuk pembangunan pembangkit-pembangkit berskala kecil di bawah 100 MW dalam waktu 10 tahun depan populasinya akan menanjak lebih dari 150 unit.
"Sebab itu perlu kita mulai dengan maksimal komponen dalam negeri kalau belum ada pabrik ya kita bisa buat disini," ujarnya.
Terkait keraguan terhadap kualitas komponen, kata dia, PLN akan menyediakan tenaga ahli dari luar supaya tetap dapat dimonitor. "Kita akan menyediakan kualitas manajemen untuk mengawal kualitas supaya tetap dapat dijaga," pungkasnya.
"Untuk pembangkit-pembangkit yang dibangun PLN, kita sudah tetapkan leader konsorsium dari kontraktor dari dalam negeri. Ada BUMN Karya atau juga perusahaan swasta yang sudah berpengalaman membangun pembangkit. Kalau ada kontraktor Asing mari bergandengan dengan leadernya kontraktor dalam negeri," ungkap Direktur Pengadaan PLN Supangkat Iwan Santoso, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (3/11/2016).
(Baca Juga: Jokowi Cemaskan Proyek Listrik 35 Ribu MW, Ini Respons Dirut PLN)
Lebih lanjut dia menegaskan PLN sudah menetapkan 6 proyek Indonesia Power Producer/IPP supaya menggunakan boiler produksi dalam negeri. Proyek tersebut di antaranya yakni PLTU Bangka (2x100 MW), PLTU Kalselteng 3 (2x100 MW), PLTU Kaltim 3 (1x200 MW), PLTU Kaltim 6 (1x200 MW), PLTU Kalbar 2 (1x200 MW), PLTG/MG Peaker Jawa Bali 4 dan akan menyusul beberapa proyek IPP lainnya.
"PLN telah memulai proses pengadaan beberapa proyek IPP tersebut dan telah meluluskan para peserta lelang dalam tahap pra kualifikasi," sambungnya.
Dia menambahkan, komponen dan teknologi tinggi dalam membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) membuat PLN tidak bisa berdiri sendiri dalam meningkatkan komponen dalam negeri. Sebab itu perlu dukungan dari pengembang yang bertanggung jawab membangun dan mengoperasikan bisnis pembangkit.
"Sebagai gambaran untuk PLTU besar berkapasitas 1000 MW, kita baru mampu maksimum 15% menyerap komponen lokal. Itu pun negonya sudah sangat susah," ujarnya.
Dia beralasan peningkatan komponen dalam negeri akan memberikan dampak ganda, baik dari sisi perkeonomian, keuangan dan lapangan kerja. Untuk pembangunan pembangkit-pembangkit berskala kecil di bawah 100 MW dalam waktu 10 tahun depan populasinya akan menanjak lebih dari 150 unit.
"Sebab itu perlu kita mulai dengan maksimal komponen dalam negeri kalau belum ada pabrik ya kita bisa buat disini," ujarnya.
Terkait keraguan terhadap kualitas komponen, kata dia, PLN akan menyediakan tenaga ahli dari luar supaya tetap dapat dimonitor. "Kita akan menyediakan kualitas manajemen untuk mengawal kualitas supaya tetap dapat dijaga," pungkasnya.
(akr)