Dampak Terpilihnya Donald Trump ke Pasar Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Terpilihnya Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat ke-45, memberi dampak bagi pasar Indonesia. Analis Samuel Asset Management, Lana Soelistiyaningsih mengatakan, dampak Trump terhadap pasar Indonesia mengalami "shock jangka pendek".
"Cuma seberapa jangka pendeknya, saya kira harus kehati-hatian tinggi untuk kita. Kalau indeksnya sudah ke 5.200, itu sudah jadi daya tarik dan mudah-mudahan lokal ambil posisi," kata Lana di Gedung BI, Jakarta, Rabu (9/11/2016).
Untuk jangka menengahnya, lanjut dia, sekitar tiga bulan ke depan bagi investor yang melihat ketidakpastian di AS meningkat, mungkin investor akan keluar dari AS dan berinvestasi lagi di negara-negara yang sempat terkoreksi. "Dan mereka akan lebih banyak menempatkan dananya di emerging market. Mereka akan switch dari develope market ke emerging market," pungkasnya,
Selain itu, investor juga akan save heaven asset, tapi bukan dalam bentuk dolar AS karena dolar AS cenderung melemah terhadap mata uang kuat dunia. "Pasti mereka akan cari save heaven asset yang lain dan memang save heaven asset yang muncul saat ini adalah emas," tutur dia.
Di sisi lain, jika diperhatikan setiap Pilpres AS dari Partai Republik, biasanya melakukan invansi ke beberapa negara lain, sehingga selalu membuat harga minyak mentah dunia naik.
Tetapi, buat Indonesia dalam jangka pendek tentu harga komoditas itu akan membantu. "Nah mungkin itu akan ada kenaikan, harga minyak mentah naik, harga BBM juga naik. Kalau BBM naik tentunya inflasi kita naik. Kalau harga komoditas naik itu akan diikuti harga komoditas pangan yang naik. Dan kalau itu naik, inflasi double attack baik dari makanan maupun bahan bakar," jelas dia.
Sehingga, ini yang perlu diwaspadai dan Indonesia harus berhati-hati karena dalam tahun 2017 bisa saja target pemerintah yang menetapkan inflasi sebesar 4% bisa tidak tercapai.
"Cuma seberapa jangka pendeknya, saya kira harus kehati-hatian tinggi untuk kita. Kalau indeksnya sudah ke 5.200, itu sudah jadi daya tarik dan mudah-mudahan lokal ambil posisi," kata Lana di Gedung BI, Jakarta, Rabu (9/11/2016).
Untuk jangka menengahnya, lanjut dia, sekitar tiga bulan ke depan bagi investor yang melihat ketidakpastian di AS meningkat, mungkin investor akan keluar dari AS dan berinvestasi lagi di negara-negara yang sempat terkoreksi. "Dan mereka akan lebih banyak menempatkan dananya di emerging market. Mereka akan switch dari develope market ke emerging market," pungkasnya,
Selain itu, investor juga akan save heaven asset, tapi bukan dalam bentuk dolar AS karena dolar AS cenderung melemah terhadap mata uang kuat dunia. "Pasti mereka akan cari save heaven asset yang lain dan memang save heaven asset yang muncul saat ini adalah emas," tutur dia.
Di sisi lain, jika diperhatikan setiap Pilpres AS dari Partai Republik, biasanya melakukan invansi ke beberapa negara lain, sehingga selalu membuat harga minyak mentah dunia naik.
Tetapi, buat Indonesia dalam jangka pendek tentu harga komoditas itu akan membantu. "Nah mungkin itu akan ada kenaikan, harga minyak mentah naik, harga BBM juga naik. Kalau BBM naik tentunya inflasi kita naik. Kalau harga komoditas naik itu akan diikuti harga komoditas pangan yang naik. Dan kalau itu naik, inflasi double attack baik dari makanan maupun bahan bakar," jelas dia.
Sehingga, ini yang perlu diwaspadai dan Indonesia harus berhati-hati karena dalam tahun 2017 bisa saja target pemerintah yang menetapkan inflasi sebesar 4% bisa tidak tercapai.
(ven)