Indonesia Butuh Ribuan Insinyur Garap Proyek Listrik 35.000 MW

Minggu, 13 November 2016 - 14:27 WIB
Indonesia Butuh Ribuan Insinyur Garap Proyek Listrik 35.000 MW
Indonesia Butuh Ribuan Insinyur Garap Proyek Listrik 35.000 MW
A A A
JAKARTA - Dalam beberapa tahun ke depan Indonesia akan kekurangan insinyur untuk menggarap program proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW) dan proyek-proyek infrastruktur yang digagas Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Wakil Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Heru Dewanto mengungkapkan, pada 2019 Indonesia akan butuh setidaknya 82.000 insinyur untuk menggarap proyek prestisius 35.000 MW. Sementara, ketersediaan tenaga ahli sektor infrastruktur saat ini hanya 20.000 insinyur.

"Sampai hari ini hanya separuh dari sarjana teknik yang berprofesi sebagai insinyur dan hanya separuh dari jumlah itu yang bekerja di infrastruktur," kata dia dalam keterangan tertulisnya yang diterima SINDOnews di Jakarta, Minggu (13/11/2016).

Menurutnya, jangan sampai proyek-proyek infrastruktur di mana salah satunya mega proyek 35.000 MW ke depan kekurangan tenaga ahli dalam pengelolaannya, sehingga proyeknya tidak jalan karena tidak ada yang mengerjakan.

Untuk itu, Presiden Direktur PT Cirebon Electric Power ini berharap pemerintah menyiapkan kurikulum pendidikan yang benar-benar dapat memenuhi sesuai kebutuhan pasar sehingga dapat direkrut sebagai tenaga ahli mengerjakan infrastruktur ketenagalistrikan.

"Selain itu, penyalurannya juga harus jelas sehingga tidak percuma anak-anak bisa disiapkan dan di latih supaya tidak bingung mencari pekerjaan sesuai kebutuhan di lapangan," kata Heru.

Dia menegaskan, program mega proyek pembangkit 35.000 MW dan proyek-proyek infrastruktur yang digagas Presiden Jokowi diharapkan dapat menjadi sarana kapasitas pembangunan bagi bangsa Indonesia untuk dapat bersaing di Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Menurutnya, proyek 35.000 MW harus menjadi awal pembangunan manusia di Indonesia yang akan membentuk masa depan bangsa. Heru mengungkapkan, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga Februari 2016 sekitar 7,45% masyarakat di Indonesia masih menganggur. Adapun sebesar 39% diantaranya lulus Sekolah Dasar (SD) sementara 25% lainnya lulusan Sarjana.

"Sementara yang tidak kalah mengagetkan 47% dari angkatan kerja di Indonesia merupakan lulusan SD. Jangan sampai terjadi miss-match di mana di satu sisi ada begitu banyak lulusan SMK bahkan sarjana yang menganggur sementara demand dari sektor infrastruktur nantinya sangat besar," tutupnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6923 seconds (0.1#10.140)