Harga Beras Ketan di Daerah Ini Anjlok Akibat Ekspor Distop

Rabu, 16 November 2016 - 23:19 WIB
Harga Beras Ketan di Daerah Ini Anjlok Akibat Ekspor Distop
Harga Beras Ketan di Daerah Ini Anjlok Akibat Ekspor Distop
A A A
SUBANG - Para petani di seluruh sentra pertanian padi beras ketan Kabupaten Subang, Jawa Barat (Jabar) mengeluhkan anjloknya harga ketan di musim panen tahun ini. Saat ini, gabah ketan cuma dihargai sekitar Rp300.000/kuintal, padahal pada musim panen 2015 harganya mencapai lebih Rp700.000/kuintal.

"Musim panen tahun ini, kami benar-benar rugi. Harga ketan sangat murah, cuma Rp300.000/kuintal. Bahkan, dengan harga segitu, kami sulit nyari bandar yang mau beli," keluh Dian, petani Desa Mekarwangi Kecamatan Pagaden Barat kepada KORAN SINDO, Ravu (16/11/2016).

Pihaknya mengaku tidak tahu penyebab anjloknya harga ketan. Namun disinyalir, banyaknya petani yang menanam padi jenis ketan, turut memengaruhi perkembangan fluktuasi harga.

Terpisah, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Subang, Aceng Kudus menuturkan, pada musim tanam gadu ini, jumlah luasan areal tanam padi ketan bertambah signifikan mencapai 12.000 hektare.

"Jumlah petaninya pun bertambah banyak dibanding sebelumnya. Hal ini turut berpengaruh terhadap harga, karena stok yang melimpah. Kemungkinan, bertambahnya jumlah petani ketan ini, dipicu tingginya harga jual di tahun sebelumnya. Sehingga, banyak yang tertarik menanam ketan," paparnya.

Selain dipicu bertambahnya jumlah petani ketan, anjloknya harga juga disebabkan kebijakan pemerintah pusat yang menyetop ekspor ketan ke luar negeri. Sehingga, harga di tingkat petani turun drastis.

"Sekarang ini, harga ketan di pasaran cuma Rp300.000/kuintal. Padahal idealnya, di kisaran Rp600.000/kuintal. Hemat kami, harga ketan anjlok akibat keran ekspornya ditutup pemerintah dan meningkatnya luas areal tanam ketan," tuturnya.

Menurutnya, dengan ditutupnya keran ekspor yang memicu anjloknya harga, para eksportir sudah tidak memiliki kewajiban lagi membeli ketan dari petani. Sehingga, resi gudang yang diberlakukan Pemkab Subang di seluruh sentra pertanian ketan di Kecamatan Binong, Tambakdahan, serta Cikaum, tidak lagi berfungsi, dan ketan petani menjadi tidak terserap.

Untuk mengatasi kian melemahnya harga ketan, pihaknya gencar melakukan lobi kepada para eksportir dan pemerintah, agar ketan petani bisa tetap terserap.

"Dan terpenting, agar pemerintah pusat tetap melaksanakan komitmennya, untuk menyerap 20% ketan dari total hasil produksi gabah," pungkasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7878 seconds (0.1#10.140)