Eksplorasi Geothermal Dinilai Kunci Ketahanan Energi RI
A
A
A
JAKARTA - Pemanfaatan panas bumi (geothermal) untuk ketahanan energi Indonesia dinilai harus menjadi perhatian serius oleh pemerintah, ketika energi fosil bersifat terbatas. Sekretaris Jenderal Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Budhi M Suyitno mengatakan, ada kesenjangan yang lebar antara produksi dan konsumsi energi di tanah air.
Dia menerangkan produksinya 700 ribu barel per hari sedangkan konsumsi kita mencapai 1,5 juta per hari, karena hal itu menurunya harus ada subtitusi energi alternatif yang perlu mendapat perhatian pemerintah. "Misalnya energi panas bumi yang banyak kita jumpai di berbagai daerah, namun kondisinya tak berkembang karena minim infrastruktur. Geotermal ini belum banyak dieksploitasi, padahal panas bumi ini tak akan pernah habis-habis," papar dia di Jakarta, Jumat (18/11/2016).
Lebih lanjut dia menerangkan ketahanan energi Indonesia harus perlu segera diantisipasi, karena jika tidak akan membuat Negara mengalami krisis. "Kita harus siap dengan cadangan energi yang kita miliki dari segala gempuran bencana alam, teroris dan juga permasalahan ekonomi," sambungnya dalam acara International Conference Resilience and Empowered Communities For Sustainable Development Multidisiplinary' di Universitas Pancasila (UP) Jakarta.
Budi menuturkan, cadangan energi, baru BBM yang disediakan oleh Pertamina. Sedangkan energi yang bernilai strategic research belum banyak dikembangkan. Padahal di negara-negara lain sudah dilakukan pengembangannya.
Dia menambahkan negara lain bahkan sudah bisa bertahan dari kecukupan energi dari 6 bulan sampai 1 tahun. Sehingga ketahanan energi harus mendapat penanganan segera. "Dengan ketahanan energi maka kita akan menjadi pemicu ketahanan lainnya misalnya ketahanan pangan," ungkap dia.
Namun untuk mengelola panas bumi ini dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sehingga diperlukan perhatian dari pemerintah untuk dikembangkan yang nantinya akan digunakan manfaatnya oleh masyarakat. "Ketahanan energi sangat penting dalam berbagai bidang dan pembangunan masyarakat dalam memungkinkan untuk berperan secara optimal dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan," terangnya.
Dia menerangkan produksinya 700 ribu barel per hari sedangkan konsumsi kita mencapai 1,5 juta per hari, karena hal itu menurunya harus ada subtitusi energi alternatif yang perlu mendapat perhatian pemerintah. "Misalnya energi panas bumi yang banyak kita jumpai di berbagai daerah, namun kondisinya tak berkembang karena minim infrastruktur. Geotermal ini belum banyak dieksploitasi, padahal panas bumi ini tak akan pernah habis-habis," papar dia di Jakarta, Jumat (18/11/2016).
Lebih lanjut dia menerangkan ketahanan energi Indonesia harus perlu segera diantisipasi, karena jika tidak akan membuat Negara mengalami krisis. "Kita harus siap dengan cadangan energi yang kita miliki dari segala gempuran bencana alam, teroris dan juga permasalahan ekonomi," sambungnya dalam acara International Conference Resilience and Empowered Communities For Sustainable Development Multidisiplinary' di Universitas Pancasila (UP) Jakarta.
Budi menuturkan, cadangan energi, baru BBM yang disediakan oleh Pertamina. Sedangkan energi yang bernilai strategic research belum banyak dikembangkan. Padahal di negara-negara lain sudah dilakukan pengembangannya.
Dia menambahkan negara lain bahkan sudah bisa bertahan dari kecukupan energi dari 6 bulan sampai 1 tahun. Sehingga ketahanan energi harus mendapat penanganan segera. "Dengan ketahanan energi maka kita akan menjadi pemicu ketahanan lainnya misalnya ketahanan pangan," ungkap dia.
Namun untuk mengelola panas bumi ini dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sehingga diperlukan perhatian dari pemerintah untuk dikembangkan yang nantinya akan digunakan manfaatnya oleh masyarakat. "Ketahanan energi sangat penting dalam berbagai bidang dan pembangunan masyarakat dalam memungkinkan untuk berperan secara optimal dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan," terangnya.
(akr)