70 Tahun Damri, Makin Tua Makin Matang

Jum'at, 25 November 2016 - 09:57 WIB
70 Tahun Damri, Makin...
70 Tahun Damri, Makin Tua Makin Matang
A A A
TUJUH puluh tahun bukanlah perjalanan waktu yang singkat. Hari ini, 25 November 2016, Djawatan Angkutan Motor Republik Indonesia (Damri) genap berusia 70 tahun. Sebagai salah satu saksi sejarah negeri tercinta, Indonesia, Damri menjadi perpanjangan tangan pelayanan pemerintah kepada masyarakat di bidang transportasi.

Di tengah derasnya persaingan dengan perusahaan bus swasta, Damri menolak renta. Baginya, semakin tua bukan membuat kendur dalam produktifitas melainkan semakin matang berkompetisi. Mengedepankan pelayanan dan transformasi bisnis, Damri mendulang kenaikan pendapatan per tahun 10-15%. Bahkan laba sampai Oktober kemarin sebesar Rp44 miliar sudah melebihi target tahun ini, yaitu Rp41 miliar. Kalkulasi hingga akhir 2016, laba akan mencapai Rp47 miliar.

Hari ulang tahun ke-70, Jumat (25/11/2016), SINDOnews berkesempatan mewawancarai Corporate Secretary Perum Damri, Arifin, mengenai perjalanan, pencapaian, pelayanan dan target yang akan dilakukan Damri terkait tranformasi mereka.

Seiring dengan ulang tahun Damri ke-70, bisa ceritakan perjalanan Damri?

Awalnya, Damri itu terbentuk sewaktu penjajahan Jepang, terdapat dua angkutan yang beroperasi, barang dan penumpang. Setelah merdeka, melalui Maklumat Menteri Perhubungan Nomor 1 Tahun 1946 tertanggal 25 November 1946 dibentuk Djawatan Angkutan Motor Republik Indonesia yang disingkat Damri.

Kemudian tahun 1984, terbit Peraturan Pemerintah tentang Damri Nomor 31 Tahun 1984 tentang Perum Damri. Pada tahun 2002 terbit PP tentang Damri dengan nomor yang sama. Saat ini PP tersebut sedang dalam proses untuk menyesuaikan dengan kondisi perusahaan dan aturan yang baru. Mudah-mudahan tidak lama lagi.

Ke depannya, fungsi Damri sebagai kepanjangan tangan pemerintah dalam pelayanan kepada masyarakat di bidang transportasi, yang tidak dimiliki perusahaan lain. Maka sepertinya memang Damri harus menjadi Perum, meski tetap terbuka kemungkinan menjadi PT, karena kami berdiri di bawah dua institusi, yaitu Kemenhub untuk teknisnya dan Kementerian BUMN untuk managemennya.

Terkait ultah ke-70, Damri memiliki tujuh segmen usaha saat ini, bisa dijelaskan singkat?
Angkutan kota yang melayani di dalam kota, meliputi angkutan kota reguler dan busway, itu yang melayani koridor 1, 8, 11 yang di BKO ke koridor 5. Kemudian angkutan antar kota, angkutan antar lintas batas negara yang hanya ada di Pontianak dengan tujuan Pontianak-Kuching, Malaysia dan Pontianak-Bandar Sri Begawan di Brunei Darussalam. Kemudian angkutan paket dan barang, angkutan bandara baik oleh Angkasa Pura I dan II, angkutan travel dan angkutan keperintisan.

Upaya kerja nyata apa yang sedang dan akan dilakukan Damri untuk mencapai transformasi bisnis dan peningkatan pelayan?
Damri mempunyai rencana kerja jangka panjang tahun 2014-2018. Dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) tahun depan strateginya perubahan dan tranformasi bisnis. Untuk mencapai itu, tentunya di direktorat-direktorat kami sudah dan akan melakukan beberapa hal.

Direktorat Komersial misalnya, dari pertengahan tahun kemarin, melakukan pengembangan dan penerapan e-ticketing. Sebetulnya sudah diberlakukan sejak lama tapi sempat terhenti dan dimulai lagi pertengahan tahun kemarin.

Kemudian sedang diuji juga di Bandara Soekarno-Hatta, yakni pemasangan passanger information system untuk menyampikan ke penumpang, posisi kendaraan dan perkiraan kendaraan sampai ke tujuan. Bisa dilihat di monitor di ruang tunggu. Sekarang sudah terpasang dalam bentuk estimate time arrival atau ETA di terminal 3 ultimate. Nanti kalau terminal 3 sudah clear, baru yang di terminal 1, 2, sistemnya diadopsi dari terminal 3.

Untuk di Direktorat Teknik kita lakukan, soal pengadaan alat-alat khusus. Dulu tidak semua daerah punya hanya dicabang-cabang tertentu saja yang punya. Ke depan, meski belum semuanya punya tapi paling tidak di cabang-cabang besar yang punya armada baru dilengkapi oleh itu. ‎Kemudian pemasangan sistem informasi untuk memantau kendaran, perilaku pengemudi, dan mesinnya juga kami maksimalkan.

Di Direktorat Keselamatan dan Pelayanan, sekarang sedang berupaya mendapat sertifikasi untuk bidang keselamatan. Kalau ini kami peroleh, peluang untuk kerja sama dengan pihak-pihak yang mengedepankan keselamatan, eskpatriat misalnya, itu bisa dilakukan. Nah, yang mengeluarkan itu lembaga sertifikasi di Jerman. Kalau sertifikasi itu sudah ada, kami bisa juga ikut tender-tender yang dilakukan oleh ekspatriat itu. Artinya kita main di keselamatan tapi komersialnya juga dapat.

Kemudian di pelayanan, kami bikin desain baru agar lebih baik. Misalnya untuk bus jenis Royale, itu biasanya hanya bus eksekutif atau bisnis. Sekarang kami tingkatkan kualitasnya. Jika biasanya untuk kelas Royale itu, kursinya 2-2, sekarang 2-1, lengkap dengan fasilitas pendingin, dan coffee maker. Jadi kepuasan pengguna bisa meningkat. ‎

Kami menerapkan greeting petugas sebelum bus berangkat, pemasangan tanggap darurat dan doa sebelum perjalanan seperti di pesawat. Juga menerapkan sistem labeling, supaya barang-barang penumpang tidak tertukar atau hilang. Sekarang sudah sangat minim kasus hilang atau tertukarnya barang. Apalagi sekarang di bus-bus itu sudah ada CCTV, jadi sangat membantu.

Di Direktorat Keuangan menuju transformasi, kami selama ini menggunakan sistem keuangan tata buku yang pembukuannya masih serba manual dan belum menggunakan komputerisasi. Komputerisasi digunakan hanya untuk input data. Karena memang budayanya masih begini. Kami juga menggunakan sistem keuangan International Financial Reporting Standard (IFRS). Dimanapun laporan disampaikan, itu akan sama dengan yang diterima orang lain, IFRS itu sudah merupakan standar internasional.

Terakhir di Direktorat SDM, bekerja sama dengan badan yang menyelenggarakan pendidikan dan latihan untuk karyawan-karyawan kami. Salah satunya dengan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan yang berada di Tegal. Damri sedang melakukan regenerasi, kami sedang rekrut 48 calon karyawan yang kami titipkan di sana untuk dididik selama tigatahun. Mudah-mudahan tahun depan sudah lulus. Mereka nanti bisa menjadi ahli-ahli transportasi Damri.

Bagaimana persaingan dengan perusahaan bus swasta, seperti apa kendalanya?
Kendalanya menerapkan teknologi informasi saat ini bukan hal murah dan mudah karena investasinya tidak kecil. Pelan-pelan kami ubah ke arah lebih baik. Karena transformasi bisnis harus didukung teknologi informasi.

Juga tidak mudahnya kami mengadakan armada. Misalnya begini, untuk PO swasta, ketika dia melihat tipe bus baru, dia bisa langsung beli. Tapi untuk kami, lihat sekarang dan baru bisa beli tahun depan karena harus melalui persetujuan menteri. Pengadaannya pun menunggu tiga bulan, kemudian baru bisa terlaksana pertengahan tahun.

Untuk bersaing dengan PO-PO lain, Damri harus lebih menekankan ke pelayanan. Tidak sedikit orang yang lebih senang menggunakan Damri karena mengedepankan aspek keselamatan. Jadi, jika dibanding-bandingkan Damri tetap punya market yaitu orang-orang yang mengutamakan keselamatan. Untuk mendukung itu, sopirnya sudah lulus diklat dan memiliki sertifikat. Jam kerja mereka juga jelas, dibatasi, serta jumlah pengemudi juga kami tambah.

Bagaimana sinergi dengan BUMN lainnya?
Soal sinergi antar BUMN antara lain, di 25 kawasan pariwisata nasional, Damri harus hadir di sana, dalam bentuk apa saja menyediakan transportasi. Kemudian dengan Pelni, menjadi bagian dari ketersambungan tol laut sehingga disparitas harga bisa turun.

Kemudian dengan PT Pos Indonesia, mencari tempat-tempat yang tidak bisa dijangkau anak perusahaan PT Pos yang menggunakan transportasi Pos Indonesia. Kemudian terakhir di Natuna, kami juga sedang proses soal pengadaan angkutan barang.

Saat ini Damri memiliki 60 unit kantor pelaksana operasional, apakah itu akan bertambah di wilayah lain?
Kalau jumlah kantor cabangnya, mungkin akan dikurangi karena terlalu gemuk. Jadi begini, satu kantor cabang yang busnya hanya tiga atau beberapa dan punya general manager terus punya tiga manager juga, kalau ini diteruskan akan makan biaya banyak. Cost menghidupi kantor dan biaya manajerialnya itu tinggi. Kemudian banyaknya kantor cabang juga tidak efisien untuk jumlah SDM yang lain. Dengan demikian, ada potensi, jumlah 60 itu akan berkurang sampai 57.

Beralih ke target pendapatan...
Kami menargetkan kenaikan pendapatan per tahun 10-15%. Kalau soal laba, tahun ini sudah melampaui. Target kami sebetulnya Rp41 miliar. Tapi sampai Oktober kemarin ternyata sudah Rp44 miliar. Ini seperti bonus bagi kami dan kami sangat bersyukur. Kemungkinan sampai akhir tahun akan berada di Rp46-47 miliar. Karena di November ini grafiknya akan turun, Desember baru naik lagi.

Peningkatan pendapatan itu, kontribusi terbesar apakah dari busway?
Ya, salah satunya. Kami memulai busway pada 2011-2012. Pada 2012, mulai dengan koridor 1 dan 8dengan investasi Rp220 miliar untuk 66 unit. Tak disangka, itu malah membuat kami eksis dan menyumbang margin cukup bagus. Meski yang punya Damri itu hanya di koridor 1 dan 8.

Akan menambah unit busway lagi untuk ke depannya?
Tidak, karena sudah ada bus Transjakarta milik pemda dan mereka sudah menyediakan lebih dari 600 bus. Nah, untuk ‎pendapatan paling besarnya didapat dari kerja sama dengan bandara-bandara di Indonesia yang sebanyak 22 bandara.

Soal dampak pelemahan ekonomi global yang berimbas ke Indonesia, Damri merasakan dampak dari ini?
Sebetulnya bisa dibilang tidak berdampak signifikan. Hanya beban yang tadinya tidak ada, jadi ada. Di Damri itu, beban beratnya ada di SDM dan suku cadang. Jadi beban semakin berat, yang tiap tahun harus naik, kami juga harus naik. BBM turun tapi suku cadang tidak mau turun. BBM naik tapi tarif tidak boleh dinaikkan, itu yang kami rasakan. Namun, hingga saat ini alhamdulilah tidak sampai kepada PHK. Bahkan ketika BBM waktu itu harganya naik, Damri malah turunkan tarif.

Makna usia 70 tahun bagi perusahaan seperti apa?
Kami sekarang bukan pemain transportasi yang baru lahir. Artinya, bukan seperti manusia yang semakin umurnya bertambah, dia semakin menurun produktivitasnya. Tapi di Damri semakin berumur, tidak membuat kami makin tua tapi makin tahu persaingan di lapangan. Jadi kami makin tua, tapi fisik kami tidak akan tua, melainkan kedewasaan yang kami punya harus semakin matang.

Selain itu, kami semakin bisa melihat keinginan pasar seperti apa. Jadi bukan makin kendur tapi semakin matang dan dewasa. Dan tentunya, target paling utama, kami ingin menyejahterakan karyawan, tanpa mengabaikan stakeholder, pemerintah dan pihak lain yang bekerja sama dengan kami.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0440 seconds (0.1#10.140)