Turunkan Emisi Gas Rumah Kaca, ESDM Serius Kembangkan EBTKE
A
A
A
JAKARTA - Untuk mengurangi penggunaan energi fosil yang terbatas serta menurunkan emisi gas rumah kaca, Kementerian ESDM menyatakan Indonesia bersama negara-negara di dunia sepakat mengembangkan Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE).
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengatakan, pengembangan EBTKE selaras dengan komitmen Indonesia menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 29% pada 2030. Komitmen tersebut juga sebagaimana arahan Presiden Jokowi saat menghadiri KTT Perubahan Iklim di Paris pada tahun lalu.
"Sektor energi jadi penghasil gas rumah kaca. Masing-masing negara termasuk Indonesia berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada 2030," ujar Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Marice Hutapea di Jakarta, Rabu (30/11/2016).
Marice menyampaikan, Indonesia mesti segera melakukan pembenahan dalam sektor energi dengan mengembangkan energi bersih yang minim dari emisi gas rumah kaca. Energi fosil disebutkannya sudah tidak bisa lagi jadi andalan karena akan merusak iklim di dunia.
"Kalau mau berkomitmen mencegah kenaikan suhu, itu harus dibenahi. Harus mengurangi energi fosil dan energi baru terbarukan harus dikembangkan," katanya. (Baca: ESDM Ungkap Ribuan Desa di Indonesia Masih Gelap Gulita)
Menurut dia, kebutuhan energi fosil di Indonesia saat ini cukup besar, sebanyak 94% dan sisanya berasal dari energi baru terbarukan. Ke depannya, pola penggunaan itu ditargetkan akan berubah.
"Energi fosil makin lama makin habis, itu tidak bisa diganti dan juga faktor emisi yang besar, baik dari BBM, gas, dan batu bara. Tahun 2025, energi fosil akan diturunkan jadi 77 persen dan 23 persen dari energi baru terbarukan," pungkasnya.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengatakan, pengembangan EBTKE selaras dengan komitmen Indonesia menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 29% pada 2030. Komitmen tersebut juga sebagaimana arahan Presiden Jokowi saat menghadiri KTT Perubahan Iklim di Paris pada tahun lalu.
"Sektor energi jadi penghasil gas rumah kaca. Masing-masing negara termasuk Indonesia berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada 2030," ujar Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Marice Hutapea di Jakarta, Rabu (30/11/2016).
Marice menyampaikan, Indonesia mesti segera melakukan pembenahan dalam sektor energi dengan mengembangkan energi bersih yang minim dari emisi gas rumah kaca. Energi fosil disebutkannya sudah tidak bisa lagi jadi andalan karena akan merusak iklim di dunia.
"Kalau mau berkomitmen mencegah kenaikan suhu, itu harus dibenahi. Harus mengurangi energi fosil dan energi baru terbarukan harus dikembangkan," katanya. (Baca: ESDM Ungkap Ribuan Desa di Indonesia Masih Gelap Gulita)
Menurut dia, kebutuhan energi fosil di Indonesia saat ini cukup besar, sebanyak 94% dan sisanya berasal dari energi baru terbarukan. Ke depannya, pola penggunaan itu ditargetkan akan berubah.
"Energi fosil makin lama makin habis, itu tidak bisa diganti dan juga faktor emisi yang besar, baik dari BBM, gas, dan batu bara. Tahun 2025, energi fosil akan diturunkan jadi 77 persen dan 23 persen dari energi baru terbarukan," pungkasnya.
(ven)