China Masih Dominasi Impor Nonmigas Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) menuturkan, tiga negara asal barang impor nonmigas terbesar ke Indonesia periode Januari-November 2016 adalah China senilai USD27,55 miliar (26,04%), Jepang USD11,84 miliar (11,20%) dan Thailand sebesar USD7,95 miliar (7,52%). Pangsa pasar impor nonmigas dari ASEAN sebesar 21,57% dan dari Uni Eropa 9,18%.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, secara kumulatif nilai impor Indonesia Januari-November 2016 mencapai USD122.858,5 juta atau turun dari USD7.759,0 juta (5,94%) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
(Baca: BPS Catat Neraca Perdagangan November Surplus USD840 Juta)
Penurunan terjadi pada impor migas dan nonmigas masing-masing USD5.742,1 juta (25,17%) dan USD2.016,9 juta (1,87%). Penurunan impor migas disebabkan turunnya nilai impor minyak mentah USD1.252,5 juta (16,93%), hasil minyak USD4.203,4 juta (30,91%), dan gas USD286,2 juta (15,77%).
"Pangsa impor masih dari China dengan nilai USD27,55 miliar atau 26,04%. Menariknya, kalau dibanding Januari sampai November 2015 naik. Padahal, total impor kita sekarang turun," ujarnya di Jakarta, Kamis (15/12/2016).
Dia menuturkn, nilai impor Indonesia November 2016 tercatat sebesar USD12,66 miliar atau naik USD1.150,3 juta (10,00%) dibanding Oktober 2016. Peningkatan terjadi pada impor migas dan nonmigas masing-masing sebesar USD214,6 juta (13,89%) dan USD935,7 juta (9,39%).
(Baca: Swasembada Masih Tersendat meski Impor Barang Konsumsi Naik)
Menurutnya, peningkatan impor migas dipicu naiknya nilai impor seluruh komponen migas, yaitu minyak mentah USD12,9 juta (2,53%), hasil minyak USD122,4 juta (13,62%), dan gas USD79,3 juta (58,27%).
"Dalam waktu setahun, mulai Oktober atau sejak September 2016 kondisi impor bulanan sudah melebihi 2015. Tadinya nyaris selalu di bawah. September mulai ada peralihan titik balik. Impor bulanan tahun ini lebih tinggi dari tahun lalu baik impor total atau nonmigas, ini sejak September 2016. Trennya sedang menuju tren normal," terangnya.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, secara kumulatif nilai impor Indonesia Januari-November 2016 mencapai USD122.858,5 juta atau turun dari USD7.759,0 juta (5,94%) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
(Baca: BPS Catat Neraca Perdagangan November Surplus USD840 Juta)
Penurunan terjadi pada impor migas dan nonmigas masing-masing USD5.742,1 juta (25,17%) dan USD2.016,9 juta (1,87%). Penurunan impor migas disebabkan turunnya nilai impor minyak mentah USD1.252,5 juta (16,93%), hasil minyak USD4.203,4 juta (30,91%), dan gas USD286,2 juta (15,77%).
"Pangsa impor masih dari China dengan nilai USD27,55 miliar atau 26,04%. Menariknya, kalau dibanding Januari sampai November 2015 naik. Padahal, total impor kita sekarang turun," ujarnya di Jakarta, Kamis (15/12/2016).
Dia menuturkn, nilai impor Indonesia November 2016 tercatat sebesar USD12,66 miliar atau naik USD1.150,3 juta (10,00%) dibanding Oktober 2016. Peningkatan terjadi pada impor migas dan nonmigas masing-masing sebesar USD214,6 juta (13,89%) dan USD935,7 juta (9,39%).
(Baca: Swasembada Masih Tersendat meski Impor Barang Konsumsi Naik)
Menurutnya, peningkatan impor migas dipicu naiknya nilai impor seluruh komponen migas, yaitu minyak mentah USD12,9 juta (2,53%), hasil minyak USD122,4 juta (13,62%), dan gas USD79,3 juta (58,27%).
"Dalam waktu setahun, mulai Oktober atau sejak September 2016 kondisi impor bulanan sudah melebihi 2015. Tadinya nyaris selalu di bawah. September mulai ada peralihan titik balik. Impor bulanan tahun ini lebih tinggi dari tahun lalu baik impor total atau nonmigas, ini sejak September 2016. Trennya sedang menuju tren normal," terangnya.
(izz)