Jepang dan Rusia Teken 82 Perjanjian Bisnis
A
A
A
TOKYO - Kedatangan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Jepang bertemu Perdana Menteri Shinzo Abe berbuah hasil. Kedua negara yang masih bersengketa soal pulau di Kuril Selatan, sepakat menandatangani 82 perjanjian baru di sektor bisnis. Melansir dari Nikkei Asian Review, Sabtu (17/12/2016) perjanjian tersebut diantaranya memperluas hubungan di bidang energi, pertanian, kesehatan, dan infrastruktur.
Raksasa industri Jepang, Mitsui & Co meneken nota kesepakatan dengan konglomerasi pertanian Rusia, Ros Agro dan produsen farmasi R-Pharm. Rusia sendiri sekarang menjadi pasar utama untuk industri Jepang, setelah mereka meningkatkan investasi dalam bidang automotif dan ekspor makanan ringan.
"Kami ingin menanggapi serius tawaran dari pemerintah Rusia di bidang industri dan infrastruktur, yang tidak tunduk kepada Amerika Serikat dan sanksi Eropa," ujar Presiden Mitsui & Co, Tatsuo Yasunaga.
Kemitraan lainnya adalah perusahaan Jepang, Iida Group Holdings yang mencapai kesepakatan dengan Russian Far East Development Corporation untuk bidang perumahan, obat-obatan, dan pertanian. "Kami akan membangun pabrik kayu di Rusia dengan tujuan memasok perumahan berkualitas tinggi yang dibangun untuk iklim dingin," kata Toshio Tsunozaki, penasihat di Iida Group.
CEO Agency for Housing Mortgage Lending di Rusia, Alexander Plutnik menyebut langkah di atas akan menciptakan lingkungan perkotaan menjadi menarik. Ia pun berharap perusahaan-perusahaan Jepang lebih aktif terlibat dalam berinvestasi di Negeri Beruang Merah.
Sementara itu, bahan bakar dan petrokimia menjadi ekspor terbesar Rusia ke Jepang, yang mencapai 80% dari total keseluruhan ekspor. Adapun ekspor terbesar Jepang ke Rusia adalah automotif dan suku cadang kendaraan bermotor.
Dengan 82 perjanjian bisnis ini, Jepang akan meningkatkan jumlah perusahaan mereka yang beroperasi di Rusia. Saat ini, jumlah perusahaan Jepang yang beroperasi di Rusia berjumlah 400 perusahaan. Data pada 2015, perusahaan Jepang lebih banyak ekspansi dan beroperasi di China, yaitu dengan 33.400 perusahaan dan di Amerika Serikat sebanyak 7.800 perusahaan.
Rencana kerja sama ekonomi ini disinyalir semakin memperluas ekspansi perusahaan automotif Jepang. Dengan pertumbuhan masyarakat kelas menengah dan populasi lebih dari 150 juta jiwa, Rusia menjadi pasar menarik bagi barang-barang automotif dan elektronik Jepang.
"Rusia memiliki daratan yang luas dan kekayaan sumber daya alam. Dan Jepang memiliki teknologi dan uang. Sebuah hubungan ekonomi antara kedua negara akan saling melengkapi," kata Shigeru Murayama, Presiden Asosiasi Perdagangan Jepang dan Rusia, seperti dilansir Nikkei Asian Review.
Dan tentu saja sektor energi menjai agenda utama dalam perjanjian. Jepang dan Rusia melakukan penawaran baru, yakni pengembangan sumber daya minyak antara Rosneft dengan Marubeni Corporation. Kerja sama ini akan meningkatkan keamanan energi Jepang, mengingat selama ini negara tersebut menggantungkan 80% kebutuhan minyak dari Timur Tengah.
Raksasa industri Jepang, Mitsui & Co meneken nota kesepakatan dengan konglomerasi pertanian Rusia, Ros Agro dan produsen farmasi R-Pharm. Rusia sendiri sekarang menjadi pasar utama untuk industri Jepang, setelah mereka meningkatkan investasi dalam bidang automotif dan ekspor makanan ringan.
"Kami ingin menanggapi serius tawaran dari pemerintah Rusia di bidang industri dan infrastruktur, yang tidak tunduk kepada Amerika Serikat dan sanksi Eropa," ujar Presiden Mitsui & Co, Tatsuo Yasunaga.
Kemitraan lainnya adalah perusahaan Jepang, Iida Group Holdings yang mencapai kesepakatan dengan Russian Far East Development Corporation untuk bidang perumahan, obat-obatan, dan pertanian. "Kami akan membangun pabrik kayu di Rusia dengan tujuan memasok perumahan berkualitas tinggi yang dibangun untuk iklim dingin," kata Toshio Tsunozaki, penasihat di Iida Group.
CEO Agency for Housing Mortgage Lending di Rusia, Alexander Plutnik menyebut langkah di atas akan menciptakan lingkungan perkotaan menjadi menarik. Ia pun berharap perusahaan-perusahaan Jepang lebih aktif terlibat dalam berinvestasi di Negeri Beruang Merah.
Sementara itu, bahan bakar dan petrokimia menjadi ekspor terbesar Rusia ke Jepang, yang mencapai 80% dari total keseluruhan ekspor. Adapun ekspor terbesar Jepang ke Rusia adalah automotif dan suku cadang kendaraan bermotor.
Dengan 82 perjanjian bisnis ini, Jepang akan meningkatkan jumlah perusahaan mereka yang beroperasi di Rusia. Saat ini, jumlah perusahaan Jepang yang beroperasi di Rusia berjumlah 400 perusahaan. Data pada 2015, perusahaan Jepang lebih banyak ekspansi dan beroperasi di China, yaitu dengan 33.400 perusahaan dan di Amerika Serikat sebanyak 7.800 perusahaan.
Rencana kerja sama ekonomi ini disinyalir semakin memperluas ekspansi perusahaan automotif Jepang. Dengan pertumbuhan masyarakat kelas menengah dan populasi lebih dari 150 juta jiwa, Rusia menjadi pasar menarik bagi barang-barang automotif dan elektronik Jepang.
"Rusia memiliki daratan yang luas dan kekayaan sumber daya alam. Dan Jepang memiliki teknologi dan uang. Sebuah hubungan ekonomi antara kedua negara akan saling melengkapi," kata Shigeru Murayama, Presiden Asosiasi Perdagangan Jepang dan Rusia, seperti dilansir Nikkei Asian Review.
Dan tentu saja sektor energi menjai agenda utama dalam perjanjian. Jepang dan Rusia melakukan penawaran baru, yakni pengembangan sumber daya minyak antara Rosneft dengan Marubeni Corporation. Kerja sama ini akan meningkatkan keamanan energi Jepang, mengingat selama ini negara tersebut menggantungkan 80% kebutuhan minyak dari Timur Tengah.
(ven)