Ekspor Lesu, Pengusaha di DIY Alihkan Sasaran ke Pasar Domestik
A
A
A
YOGYAKARTA - Masih melambatnya perekonomian global hingga akhir 2016 ini membuat sejumlah eksportir di DIY mulai mengalihkan pangsa pasar mereka ke dalam negeri. Masih terjaganya pertumbuhan ekonomi di Indonesia terutama DIY membuat eksportir yakin mengalihkan pasarnya ke dalam negeri.
Seperti yang diungkapkan pemilik perusahaan Borobudur Furniture, Selly Sagita. Selly mengatakan, sejak tiga tahun terakhir, nilai ekspor dari mebel yang dia hasilkan terus menurun.
Pasar Amerika Serikat dan Eropa mengalami degradasi akibat perlambatan ekonomi yang terjadi secara global. "Ekspor kami terus mengalami penurunan," katanya di Yogyakarta, Minggu (25/12/2016).
Berbagai upaya sebenarnya telah dia lakukan untuk mendongkrak penjualan, mulai dari ikut berbagai pameran di luar negeri dengan negara tujuan berbeda hingga membuat desain-desain baru dari produk mebel yang diproduksi.
Namun, karena kondisi perekonomian global masih belum bisa menggeliat dan berakibat pada penurunan daya beli, maka inovasi yang dia lakukan belum menunjukkan hasil.
Meski hampir tiga tahun mengalami stagnansi usaha ekspor mebel yang dia tekuni selama puluhan tahun, tetapi secercah harapan mulai menghinggapi para pengusaha. Sebab, ternyata pasar domestik kini justru lebih menjanjikan dibanding pasar ekspor.
Perkembangan ekonomi yang terjadi saat ini mampu menjadi faktor pembeda dengan negara tujuan ekspor. Selly mengungkapkan, sejak setahun terakhir, dia memang berusaha keras menggarap pasar domestik. perlahan-lahan omzetnya mengalami kenaikan seiring masih tumbuhanya perekonomian di Tanah Air.
Di samping itu, masih kondusifnya pembangunan infrastruktur di Tanah Air juga menunjang usahanya. "Lumayan, saya dapat kontrak beberapa perusahaan," tuturnya.
Belum lama ini, dia mendapatkan kontrak baru untuk mengisi perabotan dari dua hotel baru yang akan dibangun di wilayah DIY. Hal ini tentu menunjukkan bahwa pasar di TanahAair masih terbuka.
Pihaknya berharap agar pengusaha lokal segera berperan dan turut meramaikan pasar lokal agar mampu berkompetisi dengan perusahaan internasional yang banyak masuk ke DIY.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Yogyakarta, Arief Budi Santosa mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi di DIY masih tertekan dengan kondisi ekonomi Indonesia pada umumnya. Kondisi ekonomi di Indonesia masih terpengaruh kondisi perekonomian global.
Pertumbuhan Amerika Serikat masih di angka 3% lebih rendah dari tahun sebelumnya 3,2%. Sementara pasar belum solid akibat pengaruh Amerika dan juga Brexit masih terasa. Kondisi global masih akan berdampak terhadap keadaan ekonomi di DIY.
"Struktur ekonomi ditopang permintaan domestik. Pemanfaatan peluang seperti memperkuat sektor pariwisata akan memengaruhi keyakinan swasta untuk melakukan investasi," paparnya.
Seperti yang diungkapkan pemilik perusahaan Borobudur Furniture, Selly Sagita. Selly mengatakan, sejak tiga tahun terakhir, nilai ekspor dari mebel yang dia hasilkan terus menurun.
Pasar Amerika Serikat dan Eropa mengalami degradasi akibat perlambatan ekonomi yang terjadi secara global. "Ekspor kami terus mengalami penurunan," katanya di Yogyakarta, Minggu (25/12/2016).
Berbagai upaya sebenarnya telah dia lakukan untuk mendongkrak penjualan, mulai dari ikut berbagai pameran di luar negeri dengan negara tujuan berbeda hingga membuat desain-desain baru dari produk mebel yang diproduksi.
Namun, karena kondisi perekonomian global masih belum bisa menggeliat dan berakibat pada penurunan daya beli, maka inovasi yang dia lakukan belum menunjukkan hasil.
Meski hampir tiga tahun mengalami stagnansi usaha ekspor mebel yang dia tekuni selama puluhan tahun, tetapi secercah harapan mulai menghinggapi para pengusaha. Sebab, ternyata pasar domestik kini justru lebih menjanjikan dibanding pasar ekspor.
Perkembangan ekonomi yang terjadi saat ini mampu menjadi faktor pembeda dengan negara tujuan ekspor. Selly mengungkapkan, sejak setahun terakhir, dia memang berusaha keras menggarap pasar domestik. perlahan-lahan omzetnya mengalami kenaikan seiring masih tumbuhanya perekonomian di Tanah Air.
Di samping itu, masih kondusifnya pembangunan infrastruktur di Tanah Air juga menunjang usahanya. "Lumayan, saya dapat kontrak beberapa perusahaan," tuturnya.
Belum lama ini, dia mendapatkan kontrak baru untuk mengisi perabotan dari dua hotel baru yang akan dibangun di wilayah DIY. Hal ini tentu menunjukkan bahwa pasar di TanahAair masih terbuka.
Pihaknya berharap agar pengusaha lokal segera berperan dan turut meramaikan pasar lokal agar mampu berkompetisi dengan perusahaan internasional yang banyak masuk ke DIY.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Yogyakarta, Arief Budi Santosa mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi di DIY masih tertekan dengan kondisi ekonomi Indonesia pada umumnya. Kondisi ekonomi di Indonesia masih terpengaruh kondisi perekonomian global.
Pertumbuhan Amerika Serikat masih di angka 3% lebih rendah dari tahun sebelumnya 3,2%. Sementara pasar belum solid akibat pengaruh Amerika dan juga Brexit masih terasa. Kondisi global masih akan berdampak terhadap keadaan ekonomi di DIY.
"Struktur ekonomi ditopang permintaan domestik. Pemanfaatan peluang seperti memperkuat sektor pariwisata akan memengaruhi keyakinan swasta untuk melakukan investasi," paparnya.
(izz)