Maskapai Habiskan Rp2,7 Juta/Menit Antre Mendarat
A
A
A
BOGOR - Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Airnav Indonesia) mengemukakan bahwa antrean panjang maskapai untuk mendarat (holding) memakan biaya tidak sedikit. Maskapai penerbangan harus menggelontorkan dana sebesar Rp2.790.000 per menit untuk antre mendarat.
Direktur Operasional Airnav Wisnu Darjono mengungkapkan, untuk holding di darat per menintnya maskapai harus menggelontorkan dana sekitar Rp80.000 ditambah harga avtur Rp11.000 per liter. "Kalau terjadi satu menit holding saja biayanya sudah Rp2,7 juta kalau di udara. Kalau holding di darat juga sudah Rp80 ribu," katanya dalam acara Media Gathering Airnav di Bogor, Jumat (30/12/2016).
Dia menilai, hal tersebut tentu menjadi tantangan tersendiri untuk Airnav. Perseroan terus berusaha agar pendaratan pesawat tidak terlalu lama. "Ini tantangan kenapa Airnav harus berusaha keras. Holding di udara jangan lama-lama, holding di darat juga jangan lama-lama," imbuh dia.
Menurutnya, antrean panjang pendaratan pesawat tersebut tidak hanya berkaitan dengan efisiensi maskapai semata. Namun, hal ini juga berkaitan dengan efek rumah kaca (green house effect).
"Jadi, bagaimana holding jangan terlalu lama. Bukan hanya uang saja, tapi juga kaitannya dengan greenhouse effect. Karena Indonesia juga sepakat untuk menekan emisi gas buang," imbuh dia.
Selain soal holding, lanjut Wisnu, tantangan terbesar Airnav adalah mengenai pertumbuhan lalu lintas pesawat terbang. Semakin membaik pertumbuhan ekonomi Indonesia, maka lalu lintas pesawat pun akan semakin meningkat karena masyarakat semakin banyak yang menggunakan pesawat.
"Kalau ekonomi Indonesia semakin bagus, tentu orang yang naik pesawat semakin banyak. Data terakhir sekitar 90 juta orang. Semakin ekonomi membaik, mobilitas manusia semakin tinggi. Sekarang growth (lalu lintas pesawat) 5%-6% per tahun," ujar dia.
Direktur Operasional Airnav Wisnu Darjono mengungkapkan, untuk holding di darat per menintnya maskapai harus menggelontorkan dana sekitar Rp80.000 ditambah harga avtur Rp11.000 per liter. "Kalau terjadi satu menit holding saja biayanya sudah Rp2,7 juta kalau di udara. Kalau holding di darat juga sudah Rp80 ribu," katanya dalam acara Media Gathering Airnav di Bogor, Jumat (30/12/2016).
Dia menilai, hal tersebut tentu menjadi tantangan tersendiri untuk Airnav. Perseroan terus berusaha agar pendaratan pesawat tidak terlalu lama. "Ini tantangan kenapa Airnav harus berusaha keras. Holding di udara jangan lama-lama, holding di darat juga jangan lama-lama," imbuh dia.
Menurutnya, antrean panjang pendaratan pesawat tersebut tidak hanya berkaitan dengan efisiensi maskapai semata. Namun, hal ini juga berkaitan dengan efek rumah kaca (green house effect).
"Jadi, bagaimana holding jangan terlalu lama. Bukan hanya uang saja, tapi juga kaitannya dengan greenhouse effect. Karena Indonesia juga sepakat untuk menekan emisi gas buang," imbuh dia.
Selain soal holding, lanjut Wisnu, tantangan terbesar Airnav adalah mengenai pertumbuhan lalu lintas pesawat terbang. Semakin membaik pertumbuhan ekonomi Indonesia, maka lalu lintas pesawat pun akan semakin meningkat karena masyarakat semakin banyak yang menggunakan pesawat.
"Kalau ekonomi Indonesia semakin bagus, tentu orang yang naik pesawat semakin banyak. Data terakhir sekitar 90 juta orang. Semakin ekonomi membaik, mobilitas manusia semakin tinggi. Sekarang growth (lalu lintas pesawat) 5%-6% per tahun," ujar dia.
(izz)