Indeks Keyakinan Konsumen Desember Melemah
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengindikasikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Desember 2016 sebesar 115,4 atau melemah 0,5 poin dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 115,9. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan melemahnya keyakinan konsumen ini didorong oleh penurunan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) sebesar 1,0 poin dari bulan sebelumnya menjadi 128,0.
Sementara Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) tercatat meningkat 0,1 poin dari bulan sebelumnya menjadi 102,9. “Pelemahan IKK pada Desember 2016 terjadi di 10 kota dengan penurunan indeks terbesar terjadi di Makassar -13,9 poin, dan Ambon -10,5 poin,” ujar Tirta di Jakarta.
Berdasarkan hasil survei BI, secara kuartalan, rata-rata IKK pada kuartal IV/2016 tercatat sebesar 116,0 lebih tinggi baik dibandingkan dengan 112,5 pada triwulan sebelumnya maupun dengan 103,5 pada periode yang sama tahun sebelumnya. Untuk persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi bulan Desember justru meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.
Kenaikan indeks kondisi ekonomi saat ini disebabkan oleh peningkatan seluruh indeks komponen pembentuknya seperti indeks ketersediaan lapangan kerja dan indeks penghasilan. “Dilihat dari komponen pembentuknya, kenaikan tipis IKE terjadi karena kenaikan indeks penghasilan saat ini dan indeks ketersediaan lapangan kerja masing-masing sebesar 0,9 poin dan 0,8 poin dibanding bulan sebelumnya,” terang dia.
Di sisi lain penurunan indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama sebesar 1,4 poin menahan peningkatan IKE lebih tinggi. Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiro mengatakan, tahun lalu, permintaan masyarakat meningkat, meski belum signifikan. Hal ini menyebabkan adanya gap suplai yang juga tercermin pada rendahnya inflasi di tahun lalu yang 3,02% year on year (YoY).
Survei Danareksa Research Institute tak jauh beda. Meski naik tipis 2,7% menjadi 101,9 2 Desember lalu, Indeks Kepercayaan Konsumen dibayangi kekhawatiran terhadap tinggi harga pangan. Konsumen yang khawatir tercatat naik dari 70,2% menjadi 72,6%.
Kendati begitu, komponen pembentuk IKK seperti Indeks Situasi Sekarang (ISS) naik sebesar 6% menjadi 85,0 dan Indeks Ekspektasi (IE) naik 0,9% menjadi 114,6. Artinya, konsumen menilai kondisi ekonomi dan lapangan kerja saat ini lebih baik. Selain itu, IE mengindikasikan masyarakat semakin optimistis pada prospek ekonomi dalam enam bulan mendatang.
Kenaikan optimisme konsumen itu belum tentu mendorong belanja. Survei mencatat, pada Desember hanya 29,87% konsumen yang berencana beli barang tahan lama dalam enam bulan ke depan atau turun dari survei bulan sebelumnya yaitu 30,97%. Selain itu, konsumen yang merasa yakin bahwa tekanan inflasi akan meningkat enam bulan mendatang naik nipis 3,8% menjadi 187,4. Tampaknya masih banyak yang tak yakin terhadap upaya pemerintah menstabilkan harga.
Sementara Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) tercatat meningkat 0,1 poin dari bulan sebelumnya menjadi 102,9. “Pelemahan IKK pada Desember 2016 terjadi di 10 kota dengan penurunan indeks terbesar terjadi di Makassar -13,9 poin, dan Ambon -10,5 poin,” ujar Tirta di Jakarta.
Berdasarkan hasil survei BI, secara kuartalan, rata-rata IKK pada kuartal IV/2016 tercatat sebesar 116,0 lebih tinggi baik dibandingkan dengan 112,5 pada triwulan sebelumnya maupun dengan 103,5 pada periode yang sama tahun sebelumnya. Untuk persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi bulan Desember justru meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.
Kenaikan indeks kondisi ekonomi saat ini disebabkan oleh peningkatan seluruh indeks komponen pembentuknya seperti indeks ketersediaan lapangan kerja dan indeks penghasilan. “Dilihat dari komponen pembentuknya, kenaikan tipis IKE terjadi karena kenaikan indeks penghasilan saat ini dan indeks ketersediaan lapangan kerja masing-masing sebesar 0,9 poin dan 0,8 poin dibanding bulan sebelumnya,” terang dia.
Di sisi lain penurunan indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama sebesar 1,4 poin menahan peningkatan IKE lebih tinggi. Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiro mengatakan, tahun lalu, permintaan masyarakat meningkat, meski belum signifikan. Hal ini menyebabkan adanya gap suplai yang juga tercermin pada rendahnya inflasi di tahun lalu yang 3,02% year on year (YoY).
Survei Danareksa Research Institute tak jauh beda. Meski naik tipis 2,7% menjadi 101,9 2 Desember lalu, Indeks Kepercayaan Konsumen dibayangi kekhawatiran terhadap tinggi harga pangan. Konsumen yang khawatir tercatat naik dari 70,2% menjadi 72,6%.
Kendati begitu, komponen pembentuk IKK seperti Indeks Situasi Sekarang (ISS) naik sebesar 6% menjadi 85,0 dan Indeks Ekspektasi (IE) naik 0,9% menjadi 114,6. Artinya, konsumen menilai kondisi ekonomi dan lapangan kerja saat ini lebih baik. Selain itu, IE mengindikasikan masyarakat semakin optimistis pada prospek ekonomi dalam enam bulan mendatang.
Kenaikan optimisme konsumen itu belum tentu mendorong belanja. Survei mencatat, pada Desember hanya 29,87% konsumen yang berencana beli barang tahan lama dalam enam bulan ke depan atau turun dari survei bulan sebelumnya yaitu 30,97%. Selain itu, konsumen yang merasa yakin bahwa tekanan inflasi akan meningkat enam bulan mendatang naik nipis 3,8% menjadi 187,4. Tampaknya masih banyak yang tak yakin terhadap upaya pemerintah menstabilkan harga.
(akr)