Uang Palsu Meningkat, Alasan BI Keluarkan Pecahan Baru
A
A
A
YOGYAKARTA - Bank Indonesia belum lama ini mengeluarkan pecahan uang baru. Tujuannya untuk menggantikan uang pecahan yang kini sudah beredar di masyarakat. Selain itu, keluarnya uang pecahan baru tersebut juga untuk mengurangi jumlah pemalsuan, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terus mengalami peningkatan.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta, Arief Budi Santosa mengakui, belakangan ini tren penemuan uang palsu khususnya di Yogyakarta mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan ini lebih karena terungkapnya pemalsuan uang dalam jumlah yang cukup besar.
"Tren selalu naik dalam tiga tahun terakhir," paparnya ketika melakukan sosialisasi emisi uang 2016 kepada awak media dan mahasiswa di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta, Jalan Panembahan Senopati, Senin (9/1/2017).
Ia menyebutkan, dalam tiga tahun terakhir terjadi lonjakan jumlah penemuan uang palsu di masyarakat. Tahun 2014 yang lalu, jumlah uang pecahan yang dipalsukan dan menjadi temuan sebanyak 1.976 lembar. Di tahun 2015 mengalami peningkatan hingga hampir dua kali lipat.
Tahun 2015, jumlah uang palsu yang ditemukan di masyarakat sebanyak 3.009 lembar. Jumlah uang palsu terus bertambah di tahun 2016 karena pihaknya menemukan uang palsu sebanyak 3.766 lembar. Uang pecahan yang paling banyak dipalsukan adalah pecahan kertas Rp100.000.
Arief menandaskan, keluarnya uang pecahan baru akhir tahun lalu memang sangat pas untuk Yogyakarta. Karena pihaknya menargetkan untuk selalu mengurangi pemalsuan uang pecahan dari Bank Indonesia tersebut. Meski sejumlah pertanyaan ramai dibicarakan di media sosial terkait uang baru tersebut, ia yakin rupiah emisi 2016 mampu meminimalisasi pemalsuan uang.
"Pengamanan yang berlebih, mulai desain hingga ada pengaman khusus. Jadi sangat susah untuk dipalsukan," tandasnya.
Ia menjelaskan, uang pecahan baru yang mereka keluarkan sebanyak tujuh lembar uang kertas dan empat pecahan uang logam. Uang ini memiliki kelebihan berupa color shiftry, yaitu tinta akan berubah warna ketika dilihat dari sudut yang berbeda. Uang baru ini juga menggunakan teknologi rainbow feature.
Rainbow Feature adalah teknologi dimana apabila uang tersebut dilihat dari sudut tertentu akan muncul angka yang tersembunyi. Angka-angka tersebut muncul dengan warna yang sangat variatif. Uang kertas baru ini juga dibuat dengan teknik latent image, dimana ketika digoyang akan keluar tulisan logo Bank Indonesia.
"Teknologi Ultra Violet Feature juga disematkan yaitu ketika disinari ultra violet akan muncul desain tersimpan," terangnya.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta, Hilman Tisnawan mengakui tren pemalsuan uang memang mengalami peningkatan beberapa tahun terakhir. Tetapi hal tesebut tidak menunjukkan peningkatan jumlah kejahatan pemalsuan uang.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta, Arief Budi Santosa mengakui, belakangan ini tren penemuan uang palsu khususnya di Yogyakarta mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan ini lebih karena terungkapnya pemalsuan uang dalam jumlah yang cukup besar.
"Tren selalu naik dalam tiga tahun terakhir," paparnya ketika melakukan sosialisasi emisi uang 2016 kepada awak media dan mahasiswa di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta, Jalan Panembahan Senopati, Senin (9/1/2017).
Ia menyebutkan, dalam tiga tahun terakhir terjadi lonjakan jumlah penemuan uang palsu di masyarakat. Tahun 2014 yang lalu, jumlah uang pecahan yang dipalsukan dan menjadi temuan sebanyak 1.976 lembar. Di tahun 2015 mengalami peningkatan hingga hampir dua kali lipat.
Tahun 2015, jumlah uang palsu yang ditemukan di masyarakat sebanyak 3.009 lembar. Jumlah uang palsu terus bertambah di tahun 2016 karena pihaknya menemukan uang palsu sebanyak 3.766 lembar. Uang pecahan yang paling banyak dipalsukan adalah pecahan kertas Rp100.000.
Arief menandaskan, keluarnya uang pecahan baru akhir tahun lalu memang sangat pas untuk Yogyakarta. Karena pihaknya menargetkan untuk selalu mengurangi pemalsuan uang pecahan dari Bank Indonesia tersebut. Meski sejumlah pertanyaan ramai dibicarakan di media sosial terkait uang baru tersebut, ia yakin rupiah emisi 2016 mampu meminimalisasi pemalsuan uang.
"Pengamanan yang berlebih, mulai desain hingga ada pengaman khusus. Jadi sangat susah untuk dipalsukan," tandasnya.
Ia menjelaskan, uang pecahan baru yang mereka keluarkan sebanyak tujuh lembar uang kertas dan empat pecahan uang logam. Uang ini memiliki kelebihan berupa color shiftry, yaitu tinta akan berubah warna ketika dilihat dari sudut yang berbeda. Uang baru ini juga menggunakan teknologi rainbow feature.
Rainbow Feature adalah teknologi dimana apabila uang tersebut dilihat dari sudut tertentu akan muncul angka yang tersembunyi. Angka-angka tersebut muncul dengan warna yang sangat variatif. Uang kertas baru ini juga dibuat dengan teknik latent image, dimana ketika digoyang akan keluar tulisan logo Bank Indonesia.
"Teknologi Ultra Violet Feature juga disematkan yaitu ketika disinari ultra violet akan muncul desain tersimpan," terangnya.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta, Hilman Tisnawan mengakui tren pemalsuan uang memang mengalami peningkatan beberapa tahun terakhir. Tetapi hal tesebut tidak menunjukkan peningkatan jumlah kejahatan pemalsuan uang.
(ven)